Saddaru berakhir di rumah sakit.
Badannya yang sangat lemas tak memungkinkan Saddaru untuk dibawa pulang ke rumah. Saddaru juga harus melakukan transfusi darah. Langkah medis ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Saddaru yang kekurangan darah, karena luka-luka dari benda tajam di tubuhnya mengeluarkan darah cukup banyak.
Sudah lebih dari dua jam Sakura dan teman-temannya berada di rumah sakit. Saat ini Dion, Figo dan Saga sedang pergi ke kantin untuk mencari makan, sementara Sakura, Nolan dan Alan berada di kamar inap Saddaru. Mereka mengamati Saddaru yang terbaring di brangkar dengan tatapan sendu.
"Kasian ya Saddaru," kata Sakura, sedih.
Wajah Saddaru yang penuh luka lebam itu membuat Sakura semakin sedih. Bibir Saddaru yang awalnya berwarna segar, kini terlihat kering dan pucat. Mukanya juga sangat pucat. Benar-benar menyedihkan.
Tadinya Figo ingin memberi tahu Garrisco bahwa kakaknya masuk rumah sakit akibat dihajar habis-habisan oleh Deathrow. Tapi, Alan melarangnya karena mengingat kondisi Andra yang stroke dan Irene yang baru saja melahirkan.
Mungkin setelah keadaan Saddaru sedikit lebih baik Alan baru akan mengabarkan keluarganya. Untuk saat ini, hanya Desi yang Alan hubungi agar bisa datang ke rumah sakit.
Sakura yang duduk di kursi tepat di samping kanan brangkar Saddaru itu setia mengamati wajah Saddaru. Sakura berharap Saddaru segera bangun. Cukup membuka mata maka Sakura akan merasa lega.
Setelah ditunggu bermenit-menit lamanya, Saddaru tak kunjung bangun. Mungkin ini salah satu reaksi obat yang diberikan dokter untuk Saddaru, yang membuat cowok itu terlelap sampai sekarang.
"Bang, pulangnya nanti aja, ya. Tunggu Saddaru bangun," kata Sakura pada Nolan.
Nolan mengangguk. "Iya, terserah."
Setelah itu, Nolan merogoh saku celana dan meraih ponselnya yang menyala. Dia lalu nyelonong keluar dari ruangan ini —sepertinya ingin mengangkat panggilan telepon yang entah dari siapa.
Jadi, di ruangan ini tersisa Sakura dan Alan, bersama Saddaru yang belum kunjung siuman. Sakura kini mengalihkan pandangannya ke tangan kanan Saddaru. Di punggung tangan Saddaru terdapat selang penyalur darah. Sakura cemberut melihatnya.
Dengan telunjuknya, Sakura menyentuh punggung tangan itu dan sedikit mengelusnya. "Kok kamu lama banget bangunnya," katanya.
Setelah beberapa lama, yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Saddaru membuka mata dan hal itu membuat Sakura menghela napas lega, begitu juga Alan. Senyuman Sakura melebar saat itu juga. Dia nampak senang.
"Hai," sapa Sakura.
Saddaru mendengar, tapi matanya tak berpindah. Dia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong dan tentu sama sekali tak berkedip. Bila diperhatikan dengan cukup lama, kalian akan takut karena tatapan Saddaru seram.
"Saddaru," panggil Sakura.
Perlu waktu sebanyak dua menit hingga akhirnya Saddaru berhenti menatap lurus ke depan. Kini kepalanya bergerak sedikit ke arah kanan dan matanya menangkap sosok gadis yang duduk di samping brangkarnya.
Sakura tersenyum pada Saddaru, tapi cowok itu tak membalas senyumannya. Saddaru hanya diam dengan tampang datar sambil memandang wajah Sakura. Matanya tak henti menatap wajah cantik itu, kilatannya menunjukkan seperti sudah bertahun-tahun tak bertemu Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oscillate #1: The Big Secret
Teen Fiction[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L A T E 2018 by Raden Chedid