01 • Albino

199K 20K 2.4K
                                    

Jam istirahat sudah berakhir. Gadis berambut putih baru saja keluar dari ruang Tata Usaha setelah memasangkan nametag di dada bagian kiri seragamnya.

Charlotte de Sakura. Begitu tulisan yang tercetak pada nametag tersebut.

"Kamu udah tau kelas kamu di mana?" tanya Arifin, petugas Tata Usaha di bagian perlengkapan seragam siswa maupun siswi.

Gadis yang biasa dipanggil Sakura itu menggeleng. "Saya daritadi cuma jalan-jalan keliling sekolah, tapi nggak tau kelas saya di mana."

Arifin terkekeh. "Ayo, ikut saya. Saya anter kamu ke kelasmu."

Maka, Sakura menurut dan pergi bersama Arifin. Sambil berjalan, anak itu sesekali melirik ke kanan dan kiri. Apalagi saat mereka sudah tiba di lantai dua, di mana kelas-kelas bertebaran di kiri dan kanan. Bukan hanya lantai dua, lantai tiga pun sama.

Sakura sadar, ketika ia melewati pintu-pintu kelas yang terbuka, banyak sekali pasang mata yang memerhatikannya. Ia malu, ia takut mereka semua menganggap dirinya aneh karena penampilannya yang sangat beda dari mereka semua.

"Ini kelasnya." Arifin berhenti di depan sebuah pintu yang di atasnya tergantung papan kecil bertuliskan XI IPS 1.

Ritme jantung Sakura tak bisa dikendalikan dengan baik. Ia mendadak panik ketika Arifin membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam kelas itu. Sakura tentu diajak dan mau tak mau ia mengikuti jejak Arifin.

Jeng jeng jeng. Kelas yang tadinya sedikit ramai mendadak hening. Bahkan, jarum pada jam dinding yang tergantung di tembok belakang kelas sampai terdengar jelas bunyinya.

"Manusia albino, ya?" celetuk seorang siswa, membuat wajah Sakura memanas seketika.

Mereka lantas mulai menertawakan Sakura dan itu membuatnya tertunduk malu. Ia sampai tak berani melihat wajah para penghuni kelas ini. Ia merasa takut.

Arifin mengangkat satu tangan, meminta murid-murid itu untuk diam dan memerhatikan. Berdeham pelan, Arifin pun mulai bicara untuk memperkenalkan Sakura.

"Namanya Sakura," ujar Arifin.

"Dari Jepang, dong? Kok bisa nyasar ke sini? Dibuang, ya? Hahaha!" Ada lagi yang memancing gelak tawa.

Tawa mereka seakan adalah musibah bagi Sakura. Bukannya merasa senang karena suasana kelas jadi hangat, tapi Sakura malah semakin ketakutan.

"Pak ...." Sakura meringis, suaranya sangat pelan —hampir berbisik. "Saya mau keluar aja."

"Kenapa?" tanya Arifin, heran.

Tanpa menjawab keheranan Arifin, Sakura langsung ngacir keluar dari kelas dan berlari ke arah tangga. Wajahnya semakin memerah, tangannya juga gemetaran. Ia takut. Ia tidak bisa tenang bila dikelilingi orang-orang seperti tadi. Ia tidak tahan bila menjadi bahan ejekan terus-menerus.

"Sakura!" panggil Arifin, bersama seorang guru wanita yang sedang mengajar di kelas tadi.

Sakura mendengar, tapi tak mengindahkannya. Ia terus berlari sampai dirinya tiba di lantai teratas gedung sekolah, lantai lima. Di sini, Sakura tak melihat apapun selain ruangan kosong yang sangat luas dan gelap, serta pintu balkon yang terbuka lebar di ujung kiri. Yang Sakura tebak ini adalah aula sekolah.

Gadis cantik itu jalan ke menelusuri aula tanpa merasa takut, mendekati balkon dan berdiri di balkon sambil berpegangan dengan pagar balkon.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oscillate #1: The Big Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang