Awal

2K 289 47
                                    

"ROSE!!!!"

"T-ttolong a-aku.."


FLASHBACK ON

Rose menarik Jisoo keluar. Ditarik begitu, Jisoo ikut-ikut saja.

Setelah mereka keluar dari ruang guru, Jisoo tiba-tiba melepaskan lengan Rose yang menarik lengan nya.

"Rose," Ucap Jisoo dengan nada yang sulit dijelaskan.

Rose menoleh. Diperhatikan nya raut wajah Jisoo yang berubah .

"Kenapa, Jis?"

"Apa memang kamu membenci Jungkook?" Tanya Jisoo akhirnya. Ia memperhatikan betul ekspresi Rose yang sulit dijelaskan sekarang ini.

"Sebenarnya, aku nggak benci sama Jadi Jungkook. Aku cuma ngerasa bersalah. Dan.."

"Dan?" Jisoo menyerngit bingung.

"Dan aku tahu sebuah-"

FLASHBACK OFF


"Rose!! Bangun!!"

Lelaki itu menekan dada Rose beberapa kali, agar air yang masuk ke dalam paru-paru itu dapat keluar.

"Rose!! Bangun!!"

Rose memuntahkan semua air nya. Ia telah sadar. Wajahnya pucat pasi, benar-benar terlihat lemas.

"Rose? Akhirnya kamu sadar.." Jisoo memeluk tubuh Rose erat.

"Bawa dia ke tenda darurat. Minta kepada anggota palang merah untuk memberikan pengobatan lebih lanjut." Ujar lelaki itu sembari mengatur napasnya.

"Jungkook, kamu mau kemana?" Tanya Lisa dan June serentak.

Lelaki itu -Jungkook, berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Ayo Rose, aku akan mengantarmu ke tenda darurat." Jisoo dan Lisa memegang lengan Rose lembut. Mereka berusaha berjalan dengan perlahan.

.

.

.

Setelah mengantar Rose, Jisoo bergegas mencari keberadaan Jungkook. Entah mengapa, ia menjadi sangat khawatir pada bocah kelinci itu. Tatapan takut kehilangan itu, terpancar jelas di kedua mata lelaki itu.

Selama ini, Jisoo memilih bungkam. Ia memilih untuk tidak mencari tahu alasan Jungkook menjauhi Rose. Tapi persetan kali ini, ia tidak akan bungkam lagi. Kalau perlu, ia juga akan memberikan anak itu beberapa pukulan.

"Liat aja nanti." Jisoo bertekad kuat.

Pandangan nya menyapu ke segala arah. Hingga lokasi di dekat danau, menarik perhatian nya. Ya.. Jisoo berhasil menemukan Jungkook, yang duduk di tumpukan-tumpukan batang kayu di pinggir danau.

"Jungkook!!"

Bocah kelinci itu sama sekali tidak menengok.

"Jungkook!!" Jisoo berteriak dengan napas yang ngos-ngosan. Ia berlari dengan kecepatan penuh.

Namun sama saja, Jungkook tidak menoleh sekalipun.

"Jungkook!!" Jisoo memegang kedua bahu lebar itu, dan membalik nya agar lelaki itu dapat melihat wajah nya.

Wajah Jisoo merah padam. Ia benar-benar marah sekarang. Benar-benar bukan dirnya yang dulu. Yang lebih mengejutkan, wajah Jungkook yang basah karena airmata. Lelaki itu menangis disana.

"J-Jungkook? K-Kamu-"

"Ya! Aku memang nangis! Siapa yang nggak nangis liat orang yang dia suka hampir mati?!" Lagi-lagi Jungkook mengeluarkan airmatanya. Entah berapa kali sudah ia menangis hari ini.

Jisoo memeluk tubuh Jungkook erat. Mengusap punggung lelaki itu dengan lembut, agar ia berhenti menangis.

"Kenapa kamu begitu ke dia selama ini?" Jisoo menangkup kedua pipi basah Jungkook lembut. Memposisikan agar kedua pandangan mereka bertemu.

Airmata Jungkook semakin mengalir deras. Ia menggigit bibir bawah nya pelan, agar tidak ada isakan yang keluar dari sana.

"Aku terikat Jisoo, aku sudah berjan-"

"Apa ini tentang Eunha?" Jemari Jisoo menangkup kedua pipi Jungkook dengan agak kuat sekarang. Terlihat sekali raut marah dan sedih yang bercampur jadi satu.

Jungkook benar-benar bungkam. Ia menunduk dalam. Kedua mata nya tertutup rapat. Seakan dengan semua itu, sudah jawaban jelas secara tersirat. Dan Jisoo mengerti akan semua yang Jungkook coba jelaskan. Perlahan, Jisoo melepaskan emari-jemarinya pada kedua pipi lelaki itu.

Gadis itu duduk disamping Jungkook. Mengambil posisi yang pas, sebelum mulai membuka sebuah kisah menyakitkan miliknya. Ya.. Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi. Setidaknya, agar Jungkook tidak terjerumus ke lubang yang sama seperti dirinya.

"Jungkook, aku benar-benar menyesali satu hal sampai hari ini. Anggaplah keluarga ku gila, namun begitulah sistem di keluarga seperti ku kan? Aku dijodohkan, pada seorang anak lelaki yang lebih tua dariku."

Jisoo menjeda sebentar kalimatnya. Ia mengambil napas dalam-dalam untuk memantapkan hatinya menuju pahit.

"Kami dijodohkan. Itu saat aku kelas satu SMP. Singkat cerita, kami menjadi dekat. Aku nyaman berada di dekatnya. Saat tidak sengaja aku melihatnya bersama gadis lain, hatiku sesak. Aku marah Jungkook!! Aku membenci nya..."

Gadis itu menangis. Airmata membasahi kedua pipi manisnya.

"Saat aku tau ... Hiks.. a-aku menyesal Jungkook. Aku menyesali semua nya. Dia hanya.. dia hanya mencoba untuk menemani gadis itu di hari-hari terakhirnya. Tapi aku? Tapi aku.. Hiks.. Hiks.. Tapi aku.."

Jisoo menangkupkan wajah nya dengan kedua telapak tangan nya. Mencoba menyembunyikan tangisan nya. Tapi sayang, airmata terlanjur mengalir deras.

"Hiks..Hiks... Aku buta Jungkook! Aku menyuruh bodyguard ayah untuk membunuh gadis itu Jungkook... Aku membunuh gadis itu..."

Runtuh sudah semua pertahanan Jisoo. Ia merasakan tubuh nya yang melemas. Jungkook memegang bahu rapuh itu lembut. Membawa sang pemilik ke dalam pelukan nya. Jungkook membiarkan Jisoo menangis di bahu nya.

Jungkook tidak bisa mengatakan apapun. Ia tidak bisa membenarkan, juga tidak bisa menyalahkan Jisoo.

"Aku ada disini.. Semuanya akan baik-baik saja. Aku berjanji.. aku tidak akan meninggalkan mu."

.

.

.

Jungkook mendekati Rose yang tengah tertidur lelap. Gadis itu mengalami banyak hal selama ini. Jungkook tahu, sikapnya tidak pantas untuk dimaafkan. Namun, bisakah ia berharap Rose akan memaafkan nya setelah semua yang mereka lalui?

Perlahan jemari Jungkook mengusap pelan puncak kepala Rose. Menyingkirkan beberapa helain rambut yang menutupi wajah gadis manis itu.

"Bisakah kamu memaafkan ku nanti, Rose? Bisakah percaya padaku sekali lagi?"

Jungkook melepaskan jaket nya, dan melapisi tubuh Rose dengan itu. Kedua sudut bibirnya tersenyum samar.

"Bisakah, langit mendekat kearah bumi?"

.

.

.

TBC

Ini awal atau akhir?

Apakah ini awal yang baik? Atau justru awal kesedihan?

Siapa Eunha? Apa yang Rose ketahui?

See you in the next chapter ^_^

Il Cielo e La Terra | RoseKook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang