2. Menikah

331 18 0
                                    

Happy reading!

"APA?! Ayah, ini sudah bukan zaman perjodohan lagi! Ini sudah zaman modern, ayah! 2018 ayah, 2018! Lagipula, aku sudah punya Selfa!" Elak Zefin pada keputusan sepihak ayahnya.

"Buat apa meneruskan hubungan dengan wanita licik itu, hah?! Kau ingin keluarga kita hancur hanya karena dirinya? Ayah tidak ingin penolakan darimu. Kau, akan tetap menikah dengan Arisha. Suka ataupun tidak." Ayah Zefin pergi dari hadapan pria itu. Zefin menghempaskan tubuh besarnya keatas kasur berukuran king size miliknya.

"ARGHHH!!!" Zefin meremas rambutnya frustasi. Ia terus mengumpat di dalam hatinya.

Drrtt...drrtt...
"Sialan! Siapa lagi sih itu?!" Umpatnya kesal. Zefin meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan tersebut tanpa ingin tahu siapa nama penelpon tersebut.

"Ganggu lo!" Bentak Zefin kesal.
"Weh! Nyante, mas! PMS lo?" Zefin tentu kenal suara ini.
"Apaan sih, Di! Gue badmood nih!"
"Oy, bego! Rakan hari ini kawin, nyet!"
"NIKAH ASUU!!"
"Iya, iya, sorry. Salah,"
"Sorry gua lupa. Gua siap-siap dulu dah, lo pada ada dimana?"
"Depan rumah lo. Lekaslah! Rakan daritadi wa gua!"
"Iya, iya! Dasar Hadi bawel!" Zefin segera memutus sambungan sebelum Hadi menyemprotnya dengan kata-kata kasarnya.

Zefin bangkit. Ia berjalan menuju walk in closet miliknya. Ia melihat seluruh koleksi kemeja dan jas miliknya yang akan dipadukan dengan celana kain hitam yang sudah ia kenakan. Dan pilihannya jatuh pada kemeja putih dengan jas berwarna navy. Ia bosan dengan jas hitam yang sering ia gunakan kemana-mana. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, ia kenakan jam tangannya lalu merapikan rambutnya. Ia tersenyum karena melihat penampilannya yang terlihat sempurna, menurut pandangannya. Ia ambil parfum miliknya lalu ia semprotkan dua kali ke tubuhnya. Setelah itu, ia keluar dari kamarnya.

Sampai di ruang tamu, ia melihat kakaknya dan kakak iparnya tengah duduk berdua dan sesekali terlihat bercanda ria.
"Mau kemana, bang?" Tanya Rika, kakak Zefin. "Ijab qabul Rakan. Ntar siang kesana ya!" Zefin mengenakan sepatu snikers berwarna navy-putih miliknya.

Zefin keluar rumah. Dan benar saja, dua buah mobil sport terparkir di depan rumahnya.

"Weh, Fin!" Zefin mendekati mobil sport berwarna abu-abu milik Rosyad. Di dalamnya, sudah ada sahabatnya yang lain.
"Fano mana?"
"Dia sama adeknya di mobil satunya." Jawab Hadi.
"Ohh."

💐💐💐

Sesampainya di tempat tujuan,
"Ayo, bang!" Arisha menggandeng lengan Fano untuk memasuki rumah sederhana tersebut. Fano terlihat ragu untuk masuk.

"Kita pulang aja yuk! Abang takut ngak kuat lihat nya..." Ucap Fano. Arisha mendecak kesal. Sejak kapan abangnya ini lemah hanya karena urusan cinta seperti ini.

"Abang, abang sama kak Rakan itu sahabatan sudah lama. Bahkan sebelum abang ketemu kak Rosa. Abang mau, ngerusak pernikahan sahabat abang sendiri hanya karena MANTAN yang sampai sekarang belum bisa abang lupakan adalah mempelai perempuannya? Risha punya abang yang hebat. Yang tegar dan kuat menghadapi semuanya. Apa hanya cinta seperti ini abang lemah? Abang, abang itu masih ganteng, pintar dan mapan pula. Masih banyak yang suka sama abang."

"Baiklah, abang lakukan ini demi kamu, sayang. Demi kamu!" Fano menangkup kedua pipi Arisha lalu mencium kening gadis itu. Arisha tersenyum.

🍁🍁🍁

"Gimana, Risha, kamu terima kan lamaran om untuk menikahkanmu dengan Zefin?" Sekali lagi, ayah Zefin bertanya pada Arisha, karena sejak tadi gadis itu hanya diam membisu. Entah mengiyakan atau menolak.

"Jawaban ada di tangan kamu, Risha. Yang menjalankan rumah tangga itu kamu, bukan abang. Ikuti kata hatimu, sayang." Fano mengusap puncak kepala Arisha. Arisha mengangguk.

🍃🍃

Februari
"Saya terima nikah dan kawin nya Arisha Fakhra Ananta binti Muhammad Fakhra Ananta dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Sah? Sah? Sah?"

"SAAHH!!!"

"Alhamdulillah!!"

Air mata berhasil lolos dari kedua sudut mata Arisha.
"Sayang, ayo!" Bunda Zefin dan Rika, kakak Zefin menggandeng Arisha menuju ke tempat proses ijab qabul. Di setiap langkahnya, detak jantungnya terasa semakin berpacu cepat. Keringat juga terlihat sedikit membasahi dahinya. Arisha beristigfar di dalam hati karena rasa gugup yang semakin menjadi ketika jaraknya dan ruangan semakin dekat.

Setelah selesai, acara sungkeman dilanjutkan. Arisha menangis sesegukan di pelukan Fano. Bahkan rasanya, ia tidak rela untuk melepas pelukannya pada tubuh kekar Fano yang selama ini selalu membuatnya nyaman, menjadi tempat sandarannya, menjadi apapun untuk dirinya.

"Risha harus jadi istri yang berbakti. Zefin sekarang adalah suamimu. Jika dia melakukan sesuatu yang buruk, lekas katakan pada abang. Abang akan membalaskan nya untukmu."

"Abang! Zefin sahabat abang, loh! Hanya karena Arisha kalian berkelahi, apa tidak terlihat kekanak- kanakan?" Fano menghela nafas dan meminta maaf. "Abang hanya mencemaskanmu. Sekarang, bukan abang lagi yang menjagamu, tapi Zefin, suami impianmu."

"Risha yakin Zefin bisa jaga Risha."

"Abang minta ponakan banyak ya setelah bulan madu nanti!" Fano mengedipkan matanya sebelah. Arisha merengut kesal lalu memukul dada Fano. "Abang!" Fani tertawa.

"Zef, lo memang sahabat gue, tapi kalau gue tau lo nyakitin adek gue, gua ngak akan maafin lo." Ancam Fano pada Zefin.

"Iya, iya, bawel. Mentang-mentang kakak ipar gue lo sekarang." Fano dan Zefin tertawa.

Zefin dan Fano segera berkumpul bersama yang lain. Sedangkan Arisha segera di tarik Rika menuju kamar Arisha.

"Kenapa, kak?" Tanya Arisha takut, karena baru ini ia berbicara dengan kakak dari suaminya ini.

"Risha, sejak pertama kakak lihat kamu, kakak langsung jatuh cinta sama wajah dan sikapmu. Entah kenapa, kakak merasa, akan ada kebahagiaan di rumah ini sejak kedatanganmu." Entah pemikiran darimana di dapatkan Rika, tiba-tiba saja ia merasakan semua hal tersebut ketika melihat Arisha. Padahal, itu tidak searah dengan pekerjaannya sebagai seorang pengacara. Entahlah, mungkin karena se-kaum dengan Arisha.

"Tapi, kak, Risha tidak melakukan apapun. Bahkan Risha belum melakukan tugas sebagai bagian dari keluarga ini,"

"Percayalah, Risha, jangan pernah pergi dan mencoba untuk berhenti menjadi bagian dari keluarga ini, karena entah apa yang akan terjadi setelah itu."

"InsyaAllah, kak, Risha akan selamanya menjadi bagian dari keluarga ini." Rika tersenyum lalu memeluk Arisha. Arisha membalas pelukan Rika.

"Terima kasih, Risha."

Bersambung

Ayo vote dong! Terima kasih.

Salam,
AnnisaTauhid

Salam,
Zefin-Arisha

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang