8. Sick

273 14 0
                                    

Happy reading!

"Haachhiii...haacchhii..." Zefin mengusap hidungnya yang memerah. Arisha yang baru selesai menidurkan Hasan dan dan Husein segera menghampiri suaminya yang tengah duduk bersandar di kasur.

"Mas, kenapa? Dari tadi bersin terus." Arisha mengusap pipi Zefin. Lalu tangannya merambat menuju kening pria itu. Hangat.
"Mas demam! Pasti karena mas kehujanan tadi. Kepala mas sakit, ngak? Dingin?"

"Dingin, kepala mas juga sakit." Keluh Zefin. Arisha mendecak kesal. "Mas kenapa diam aja? Risha jadi khawatir kan? Mas tunggu di sini," Arisha membuka lemari untuk mengambilkan bed cover lalu menyelimuti pria itu.

Cup!
Arisha mengecup kening Zefin sebelum ia menuju ke dapur untuk mengambil air kompresan.

"Sialan! Dingin banget!" Zefin mengambil dua sarung nya di dalam lemari. Ia pakai keduanya, lalu ia bungkus lagi dengan dua selimut tebalnya.

"Ya Allah! Dinginnya! Risha..." Ia mengurut kepalanya karena terasa sakit. Tak lama Arisha datang. Ia membantu Zefin untuk berbaring lalu meletakkan handuk kecil yang sudah di basahi dengan air hangat di dahi Zefin.

"Dingin, Sha..." Wajah Zefin mulai terlihat pucat. Arisha cemas. Arisha masuk kedalam selimut yang sama dengan Zefin. Ia buka corp top yang ia kenakan, begitu juga dengan sarung dan kaos putih yang melekat di tubuh kekar Zefin.

"Sudah ya, mas..." Arisha mengusap rambut Zefin lalu mengecup keningnya. Tak luput bibir tipis pria itu juga jadi sasaran bibir manis Arisha. Zefin mulai mendapatkan kehangatannya. Ia menarik pinggang dan tengkuk Arisha hingga posisi Arisha menindih tubuh kekar Zefin.

"Sudah enakan, mas?" Tanya Arisha sembari mengusap bibir Zefin. Zefin tersenyum lalu mencubit gemas puncak hidung Arisha.
"Masss!"

"Kamu nakal ya! Sudah tau mas demam, terus flu, kamu cium."
"Risha ngak tega liat mas kedinginan. Wajah mas juga pucat banget tadi. Abang pernah bilang, waktu SMP, mas sama yang lain main hujan waktu latihan pramuka, eh, ngak lama mas sakit. Bener ya?"

"Ya, kurang lebih mirip begini lah gejalanya,"

"Nah, terima kasih kek sudah Risha tolongin juga."

"Uhh! Istri mas ternyata minta balas budi ya! Jangankan terima kasih, berlian juga mas kasih."
"Ngak mau. Mas sama si kembar bahkan lebih berharga daripada berlian." Arisha menyandarkan kepalanya di dada telanjang Zefin.

"Mas nyesal pernah lebih memilih Selfa daripada kamu. Bahkan, di mata Selfa, berlian lebih berharga daripada perhatian mas. Tapi sekarang, mas dapat kamu yang menilai mas lebih berharga dari berlian. Mas salah pernah menyia-nyiakanmu dan si kembar karena perempuan itu."

"Sudah mas, itu cuma masa lalu. Risha aja sudah ngak ingat lagi. Waktu bulan madu yang Risha ingat cuma waktu kejadian 'itu', kehamilan Risha, dan kelahiran si kembar. Eh, si kembar lahirnya di Seoul ya?! Ihh...Risha iri deh sama si kembar!"

"Anak sendiri iri."
"Ya kan Risha pengen lahir di Korea juga!"
"Aneh. Kalau kamu lahir di sana, kamu ngak bakal ketemu sama mas."

"Kalau jodoh kan biar aku di antartika mas di Indonesia kita bakal ketemu apapun yang terjadi."
"Uhhh...mas makin sayang deh sama kamu."

😷😷😷

"Lo sakit lagi, Zef?" Tanya Fano. Saat ini, di dalam kamar Zefin dan Arisha sudah ada Fano dan Fatiya yang menjenguk Zefin.

"Sudah agak enakan lah sekarang,"

"Gue keinget waktu kita latihan pramuka dulu, Zef. Yang lo tiba-tiba demam gara-gara kita main hujan."

"Ah lo, bikin flashback aja. Gua kan waktu itu kena semprot Lili gara-gara ngak cepet-cepet basahin kepala biar ngak sakit."

"Kasihan deh. Lili kan kalau marah serem." Ujar Arisha sembari tertawa puas. Fano dan Fatiya ikut tertawa. Sedangkan Zefin berubah cemberut.

Cup!
"Risha bercanda, mas." Ucap Arisha setelah mengecup kening Zefin.

"Ehem! Ehem! Adek gue jadi agresif begini pasti gara-gara lo, Zef!" Ujar Fano.
"Sirik aja sih lo, No! Bini gua ini." Zefin memeluk pinggang Arisha posesif.

"Mas iri aja. Wajar dong Risha jadi agresif, kan suaminya kak Zefin." Ujar Fatiya sambil memeluk lengan Fano.
"Nah, bini lo aja tau, Za." Ujar Zefin.

"Sudah, sudah. Kalian emang ngak berubah ya dari dulu. Berantem mulu." Arisha menengahi.

"Eh, kabar Rosyad sama bininya gimana? Katanya mereka mau pindah ya?" Tanya Zefin.

"Iya, semingguan lagi katanya. Nyokap si Nur masih belum bisa jauh-jauh dari Nur," Jelas Fano.

"Fati, kayaknya kue kita udah jadi deh, kita liat yuk!" Fatiya dan Arisha segera menuju dapur, meninggalkan dua pria dewasa yang masih asik berbincang-bincang.

"Eh, bini gua mana?"
"Bini gue juga mana?"

Arisha dan Fatiya datang dengan dua potong kue, dua cangkir kopi dan dua cangkir teh.

"Ayo duduk dulu, mas!" Arisha membantu Zefin untuk duduk bersandar. Lalu ia berikan sepiring kecil potongan kue coklat yang tadi ia buat bersama Fatiya.

"Enak!" Seru Zefin dan Fano. Arisha dan Fatiya tersenyum senang.

"Nih, cobain!" Zefin dan Fano menyuapi Arisha dan Fatiya.
"Iya, enak!" Ucap keduanya.

Zefin tersenyum melihat coklat di sudut bibir Arisha. Ia menatap kearah Fatiya dan Firza yang sibuk dengan dunia mereka.

Cupp!
"Mas!" Delik Arisha ketika Zefin menyentuh bibirnya dengan tiba-tiba.
"Kalau abang sama Fati lihat gimana?"

"Ya gitu. Emang mau gimana lagi? Mereka kan punya mata."
"Mas Zefin ihh!"

😘😘😘

Malamnya,
Zefin menciumi punggung tangan Arisha sejak dua puluh menit lalu. Padahal, Arisha tengah menyusui Husein -setelah menyusui Hasan.

"Mas kenapa sih daritadi?"
"Heena nya bagus. Mas suka. Pas di lukis di tangan kamu." Puji Zefin sembari mengusap punggung tangan Arisha yang terukir heena.

"Iya dong!" Zefin tersenyum. Ia gesek-gesekkan hidung mancungnya ke hidung Arisha. Arisha tertawa geli lalu mengusap rahang Zefin.

"Husein taruh di box sana. Gantian, mas lagi." Bisik Zefin tepat di telinga Arisha.
"Heh! Mas nih ngomongnya!" Arisha mendelik. Zefin tersenyum. Ia kecup kening Husein, setelah itu Arisha membawa Husein ke box bayi untuk di tidur kan.

"Selamat malam anak bunda." Arisha mengecup kening dan pipi kedua anaknya. Setelah itu, ia menuju ke kasur.

"Ayo cepetan!" Zefin menarik tangan Arisha hingga membuat wanita cantik itu terjatuh ke pangkuan nya.

"Masss!"

"Lelet sih! Buruan, mas haus berat ini!" Zefin melepas crop top Arisha lalu melemparnya sembarang.

"Mas!" Arisha menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa di tutupin?"

"Malu mas!"
"Idih! Malu-malu kucing."
"Mas ihh,"

"Apa? Apa? Udah ah,"
"Mas Zefin!!"

Bersambung
Sstt! Readers jangan pada ngintipin Zefin sama Arisha ya! Ayo vote dong! Author berharap banget ada yang vote dan komen di lapak ini.

Salam,
AnnisaTauhid

Salam,
Zefin-Arisha

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang