Selamat membaca!
"Baju sudah?"
"Sudah,""Obat-obatan?"
"Sudah,""Dokumen dan berkas?"
"Sudah ada di laptop semua.""Keperluan mendadak?"
"Sudah bunda...""Masih ada yang tertinggal, yah?"
"Ada,"
"Apa? Ayo cepat siapkan!"
"Bunda." Zefin menarik pinggang Arisha.
"Aish! Masih pagi gombal juga!" Arisha mencubit perut Zefin gemas. Bukannya kesakitan, pria itu malah tertawa dengan lebarnya."Jangan keras-keras! Si kembar nanti bangun!" Arisha melingkarkan lengannya di leher Zefin.
"Memangnya kenapa kalau si kembar bangun?" Zefin menaikkan sebelah alisnya."Ya ngak kenapa-kenapa. Kasihan kalau mereka bangun, mereka begadang semalam." Arisha mengusap rahang Zefin.
"Aku merindukanmu," Zefin menangkap tangan Arisha dan menyatukan kening mereka berdua.
"Tapi bunda ngak kemana-mana ayah,"
"Seminggu meninggalkanmu membuatku sedikit tidak rela,"
"Kenapa?"
"Entahlah, perasaanku sedikit tidak enak."
"Jangan berpikir macam-macam, ayah. Kan di rumah masih ada abang sama kak Fatiya, bunda sama anak-anak InsyaAllah baik-baik aja. Ayah jangan khawatir ya," Arisha mencium rahang Zefin yang tidak di tumbuhi bulu-bulu halus.
"Tapi bunda, ayah takut terjadi sesuatu selama ayah pergi..."
"Ayah, Allah jaga bunda dan kembar dimanapun kami berada, jadi ayah tidak perlu takut. Selesaikan pekerjaan ayah dan cepatlah pulang."
"Hm, aku mencintaimu." Zefin meraih pipi Arisha dan mendekatkan wajahnya.
"Bunda juga cinta sama ayah." Arisha menyambut ciuman Zefin dengan suka rela, karena ia sadar, ia juga akan merindukan Zefin selama pria itu pergi keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Bun, ayah berangkat ya," Zefin mengecup kening Arisha dengan lembut.
"Iya, yah. Nanti kalau sudah sampai, ayah bilang bunda ya?" Arisha mencium punggung tangan Zefin.
"Iya, bunda... Za, Fat, gue titip Risha dan si kembar ya?"
"Siap, Zef! Arisha dan si kembar juga tanggung jawab gue sebagai kakak dan om untuk mereka." Ujar Firza.
"Terima kasih. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Di perjalanan, Zefin masih memikirkan Arisha dan si kembar. Entah kenapa perasaannya semakin tidak enak saja. Tapi ia cepat mengenyahkan pikiran negatif dari kepalanya dan fokus terhadap pekerjaannya yang akan menyambutnya nanti.
💞💞
3 hari kemudian,
"Kak, sayuran di kulkas udah mulai habis. Aku beli dulu di supermarket ya?" Tanya Arisha pada Fatiya."Jangan sendirian, Sha! Di temenin mbok Ning ya? Biar mbok Jen dan mbok Sum yang bantuin aku masak dan jagain anak-anak." Ujar Fatiya.
"Ngak perlu, kak, aku sendiri aja. Nanti aku minta pak Jaja buat ngantar ke supermarket kok,"
"Yasudah, terserah kamu aja. Cepat pulang ya?"
"Iya, kak, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Pak Jaja!" Panggil Arisha pada salah satu sopir di rumah.
"Eh, iya non? Mau diantar kemana?" Tanya pak Jaja sambil berlari menghampiri Arisha."Ke supermarket di depan kompleks ya pak?"
"Iya, non. Ayo!" Arisha dan pak Jaja segera menuju ke supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceMendapatkan hatimu itu, tidak segampang seperti di novel roman yang sering kubaca. Tak segampang seperti mengambil benda yang berada di sampingku. Kau dekat denganku seperti urat nadi, tapi jauh seperti bintang, sulit untuk kugapai.