Happy reading!
Arisha menatap Rosyad di sampingnya. Rosyad mengangguk pasti. Dengan memberanikan diri, Arisha mengetuk pintu besar di depannya. Dan tak butuh waktu lama, pintu pun terbuka.
"Fatiya?! Lo di sini?" Kaget Arisha.
"Ri...Risha? Ini beneran lo?!"
"Iya ini gue!" Fatiya dan Arisha saling berpelukan."Sayang, siapa?" Arisha terkejut mendengar suara Fano. Dan munculnya seorang pria tampan di balik tubuh Fatiya.
"Ri..Risha?!" Fatiya menyingkir. Ia membiarkan Arisha berlari memeluk Fano.
"Ini betul kamu, sayang? Risha adikku?"
"Iya! Ini Risha adek abang! Risha kangen abang! Hiks...hiks..""Ini anak lo sama..." Fatiya menunjuk si kembar dan Rosyad bergantian. Arisha dan Rosyad melempar senyum.
"Rosyad lo!"
"Bukan abang! Ini anak Risha sama mas Zefin." Jelas Arisha.
"APA?!"Prankk!
Semua mata menatap kearah dalam rumah. Arisha terkejut melihat orang tersebut. Kedua matanya bersitatap dengan orang itu.
"Mas Zefin?!" Orang itu lantas memunguti pecahan kaca di lantai dengan tangan gemetar. Saking gugup nya, ia tidak sadar bahwa jemarinya terluka."Mas! Sudah cukup!" Arisha menahan tangan Zefin. Zefin tidak berani menatap Arisha.
"Tatap Risha, mas!" Arisha mengangkat dagu Zefin agar menatap kearahnya. Arisha tersentak ketika melihat air matanya mengalir di kedua pipi tirus pria itu."Mas..."
"Jangan! Jangan lihat aku! Aku buruk!" Zefin memalingkan wajahnya.
"Mas ngak kangen Risha? Risha jelek ya, mas? Oiya, kan Ada Selfa yang...""Tidak! Kau...kau lebih cantik darinya...." Zefin memberanikan dirinya menatap kearah Arisha. Arisha tersenyum. Ia hapus air mata Zefin lalu memeluk pria itu.
"Mas ngak kangen anak-anak mas?" Bisik Arisha. Zefin repleks melepas pelukan mereka.
"Anak...-anak...? Kapan...kapan aku punya anak....?""Kak Rosyad, bawa si kembar kesini! Biar ayahnya melihat si kembar." Rosyad masuk sambil membawa si kembar. Fano dan Fatiya mengekor di belakang.
"Anak lo, Zef! Lo harus jaga mereka berdua! Walau gue masih ngak rela mereka di jaga cowok brengsek kayak lo, tapi mereka anak-anak lo. Lo harus berterima kasih sama gue karena sudah nemenin istri dan anak-anak lo selama ini." Ujar Rosyad sembari memberikan Hasan ke gendongan Zefin dan Husein ke gendongan Arisha.
"Ini...anakku? Ke...kenapa bisa..." Zefin menatap Arisha bingung. Bukannya meragukan, hanya saja, Zefin ingat sekali dia tidak pernah membuahi rahim Arisha.
"Ketika mas sakit, Risha melakukan semuanya, mas. Maaf, maaf memanfaatkan keadaan mas. Yang Risha pikir saat itu hanyalah kebahagiaan Risha jika nanti mas lebih memilih Selfa."
"Ya Allah! Kau melakukan semuanya tanpa aku tahu?! Kau menyiksa dirimu sendiri, Risha! Maaf, maafkan aku." Zefin menarik Arisha kepelukannya dan mencium kening wanita itu.
"Lo harus tau, Zef, melahirkan si kembar bukanlah hal mudah. Jalan kelahiran mereka terlalu kecil karena...kalian yang hanya sekali melakukan 'hubungan'."
"Benar itu, sayang?" Pipi Arisha bersemu ketika Zefin memanggilnya 'sayang'. Dengan malu ia mengangguk.
"Maaf, maaf. Aku selalu menyiksamu. Bahkan ketika melahirkan anak-anak ku.""Tidak apa-apa, mas. Itu pelajaran buat Risha. Risha tidak bisa jadi istri yang baik buat mas. Pergi dan menghilang tanpa izin mas."
"Terima kasih, Syad. Lo sahabat gue. Kenapa gue baru sadar, kalau selama ini lo dan Fano sudah melakukan kebaikan yang sebenarnya tidak akan bisa di ganti dengan apapun. Padahal, lo sering bilang sama gue untuk jauh dari Selfa, tapi gue tidak mendengarkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomansaMendapatkan hatimu itu, tidak segampang seperti di novel roman yang sering kubaca. Tak segampang seperti mengambil benda yang berada di sampingku. Kau dekat denganku seperti urat nadi, tapi jauh seperti bintang, sulit untuk kugapai.