13. Bidadari Surga (Rosyad-Nur)

335 10 0
                                    

Selamat membaca!

Nur memasuki kantor milik Rosyad dengan rantang makanan di tangannya.

"Selamat datang, Nur!" Sapa beberapa karyawan.
"Iyaaa...." Balas Nur dengan ramah. Ia segera menuju ke ruangan Rosyad di lantai 20.

Sampai di depan ruangan Rosyad, ia tidak melihat sekretaris Rosyad di mejanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk langsung ke ruangan Rosyad.

"Assalamu'alaikum....Mas Rosyad?!" Dua orang yang ada di sana sama-sama terkejut dengan kehadiran Nur. Kedua mata Nur mulai berkaca-kaca.

"Wa'alaikumsalam. Sayang, ini...."
"Maaf, saya menganggu. Silahkan di lanjut saja," Nur keluar dari ruangan Rosyad dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ia berlari menuju lift dengan segera sebelum Rosyad dapat menyusulnya.

"Lepaskan aku! Kau lihat kan, dia istriku! Kau membuatnya salah paham!" Bentak Rosyad pada wanita di depannya.

"Biarkan saja! Kau di guna-guna apa olehnya, hah?! Pakaian kuno seperti itu!" Balas wanita itu dengan kesal sambil menahan lengan Rosyad.

"Dia tidak kuno! Dan dia tidak mengguna-guna diriku! Harusnya kau sadar, kenapa aku memilih menikah dengannya!" Rosyad menyentak tangan wanita itu dan berlari menyusul Nur. Ia mengacak rambutnya ketika melihat lift tertutup. Dengan cepat ia menuju tangga dan turun ke lantai dasar. Lelah yang ia rasakan tidak sebanding dengan lelah batin yang Nur rasakan.

"NUR!!" Teriaknya ketika sampai di lantai dasar, Nur juga baru keluar dari lift. Semua karyawan menatap kedua pasangan itu dengan bingung.

"Nur! Please listen to me! Honey!" Teriak Rosyad karena Nur tidak menggubris panggilannya. Saat Nur sampai di depan pintu utama kantornya, ia menahan tangan mungil Nur dan menggenggamnya kuat.

"Sakit, mas...lepaskan Nur..." Nur meronta agar Rosyad melepaskan cengkeramannya.

"Jangan...pergi...tolong dengarkan...aku...dulu..." Ucap Rosyad dengan nafas yang memburu. Wajahnya memerah dan keringat membanjiri dahinya.

"Mas mau bicara sama Aira kan? Bicaralah dan jangan perdulikan Nur lagi. Lepasin, mas, sakit...." Rosyad menarik Nur ke pelukannya. Ia menyandarkan dahinya di bahu Nur sambil mengatur nafasnya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu, sayang... Kau kekasihku. Kau belahan jiwaku. Bagaimana bisa aku hidup tanpamu di sisiku. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Cintaku tulus karena Allah, khumaira. Jangan...jangan berpikir untuk meninggalkanku. Aku bisa mati." Ucap Rosyad. Tanpa sadar, ia menangis. Menangis di bahu sang istri. Semua karyawan seketika hening ketika mendengar ucapan Rosyad yang begitu tulus. Dan yang membuat mereka terkejut adalah, isakan tangis dari Rosyad. Nur pun terkejut mendengar Rosyad terisak di bahunya.

"Mas..."

"Nur, mas mohon, jangan tinggalkan mas sendirian, Nur.... Mas sayang sama Nur, cinta sama Nur. Apa Nur tega meninggalkan mas sendirian? Sedangkan mas tidak bisa apa-apa tanpa kamu di sisi mas?" Rosyad memeluk pinggang Nur dengan sangat erat, seakan tidak ingin Nur lepas dari jangkauannya.

Tidak tega melihat suaminya menangis, Nur memeluk leher Rosyad dan mengusap kepala pria itu.

"Mas, berhenti menangis. Nur minta maaf sudah bikin mas nangis. Nur bukan istri yang baik." Ucap Nur. Rosyad merenggangkan pelukannya lalu menyatukan kedua kening mereka.

"Mas. Mas yang bukan suami terbaik buat kamu. Selama ini, kamu mengurusi kebutuhan dan melayani mas sepenuh hati. Sedangkan mas, tidak bisa apa-apa. Hanya luka yang bisa mas torehkan di hatimu."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang