Selamat membaca!
Zefin, Fano, dan Rosyad telah sampai di depan sebuah rumah sederhana yang jaraknya sangat jauh dari rumah Fano. Untung saja tadi sedang tidak macet, setengah jam cukup untuk sampai di sini.
"Kak Rosyad, Nur!" Seorang gadis menyambut mereka di depan pintu dengan wajah panik. Mendengar nama Nur membuat Rosyad segera berlari masuk.
"Apa yang terjadi, sayang?" Zefin mengusap kepala Arisha.
"Sebaiknya kita masuk sekarang, kita lihat keadaan Nur." Ujar Fano. Mereka bertiga pun masuk untuk menyusul Rosyad.Nur terlihat berbaring lemah di atas kasur dengan seorang dokter perempuan memeriksanya. Orang tuanya, orang tua Rosyad, orang tua Zefin, dan orang tua Fatiya juga ada di dalam kamar tersebut bersama Rosyad yang sudah ada sejak tadi. Pria itu duduk di dekat kepala Nur sambil mengusap kepalanya dan menggenggam tangan mungilnya.
"Saya sudah menghubungi teman saya untuk datang kesini," Ucap dokter tersebut.
"Memangnya istri saya sakit apa, dok?" Tanya Rosyad khawatir. Semua orang yang mengetahui keadaan Nur hanya tersenyum. Begitu juga dengan Nur sendiri.
"Sebaiknya kita tunggu dia saja," Si dokter tersenyum untuk menenangkan Rosyad dan mengatakan bahwa Nur baik-baik saja.
"Sayang, apa yang terjadi? Mas kan sudah bilang sama kamu, selama mas pergi kamu harus berhati-hati? Lalu kenapa waktu mas kembali kamu malah begini?!"
"Hikss...hiksss...mas bentak Nur...." Isak Nur tiba-tiba, membuat Rosyad panik seketika.
"Nur, Nur....sayang...maafin mas.... Sudah, berhenti menangis..." Rosyad memasukkan tangannya ke bawah cadar Nur guna menghapus air matanya.Dokter lain pun datang. Beliau dengan segera memeriksa keadaan Nur. Senyum mengembang dari kedua bibir dokter itu, membuat Rosyad bingung.
"Apa yang terjadi, dok? Istri saya baik-baik saja kan?"
"Selamat ya, kalian akan menjadi seorang ayah dan ibu. Kandungannya sudah dua bulan." Perkataan dokter tersebut membuat Rosyad terdiam. Berbeda dengan yang lain yang terlihat mengucapkan kalimat syukur dan ucapan terima kasih atas kehamilan Nur yang selama ini mereka tunggu.
"Mas....mas Rosyad! Hikss hikss...mas gak mau Nur hamil ya? Mas gak mau nerima anak ini ya? Mas..." Nur terdiam ketika Rosyad memeluk tubuhnya.
"Mas...." Panggil Nur sambil menyentuh punggung Rosyad. Isakan Rosyad terdengar. Pria itu menyembunyikan wajahnya di leher Nur. Nur merasakan kerudungnya sedikit basah akibat air mata Rosyad.
"Mas kok nangis?"
"Mas bahagia, Nur. Mas bahagia! Terima kasih. Terima kasih, Nur atas hadiah yang kamu berikan." Rosyad mencium kening Nur dengan mesra.
Kedua dokter tadi sudah pergi. Mereka masih berkumpul di kamar Nur.
"Oiya, bagaimana? Semua sudah selesai?" Tanya Fatiya tiba-tiba.
"Kami tidak akan kembali sebelum semuanya selesai, sayang. Mereka sudah di tangkap." Ujar Fano sambil meraih Fatiya kepelukannya."Siapa pelakunya, ayah?" Arisha mendongak untuk menatap wajah Zefin.
"Selfa dalang dari semua ini. Cella dan Aina yang membantunya dalam melakukan semuanya." Jawab Zefin."Cella?!" Seru Fatiya kaget.
"Kenapa, sayang?""Beberapa hari lalu aku ada melihat Cella bersama Selfa dan Aina di sebuah cafe."
"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku, sayang?""Fati kira itu bukan hal yang penting, mas, makanya Fati tidak mengatakan apapun."
"Sudahlah, semua sudah berakhir. Kita aman sekarang." Rosyad menengahi. Ia masih memeluk Nur yang bersandar di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceMendapatkan hatimu itu, tidak segampang seperti di novel roman yang sering kubaca. Tak segampang seperti mengambil benda yang berada di sampingku. Kau dekat denganku seperti urat nadi, tapi jauh seperti bintang, sulit untuk kugapai.