9. Liburan

282 12 1
                                    

Selamat membaca!

"Hati-hati di jalan ya!" Arisha melambaikan tangannya pada Fano dan Fatiya yang sudah ada di dalam mobil.

"Assalamu'alaikum!" Salam keduanya.
"Wa'alaikumsalam." Balas Zefin dan Arisha. Mobil pun melaju.

"Mas, emang di Banjarmasin ada keluarga mas ya?" Tanya Fatiya sembari menatap Fano.
"Iya, ada. Mama kan asli sana, sayang." Jelas Fano tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya.

"Terus papa asli mana, mas?" Tanya Fatiya.
"Risha ngak ada cerita apapun sama kamu?" Tanya Fano. Fatiya hanya menggeleng.

"Papa itu asli Jerman. Waktu papa ada kerjaan di Banjarmasin, papa ketemu mama yang waktu itu sedang menuju ke masjid untuk sholat zuhur. Papa jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi, waktu itu papa beragama non-Muslim, jadi butuh waktu sampai 2 tahun untuk bisa mendapatkan mama." Cerita Fano.

"Lalu, kenapa cuma mas yang nampak sekali bulenya? Kenapa Risha tidak? Ya Risha tetap cantik, tapi tidak ada wajah papa samasekali."

"Entahlah, wajah Risha menurun keluarga mama, sedangkan aku mendapatkan semua wajah bule keluarga papa." Fatiya mengangguk paham.

"Jika ada reuni, Fati takut bawa mas kesana." Ujar Fati dengan wajah datar. Fano mengerutkan keningnya. "Kenapa memangnya?"

"Nanti banyak yang naksir sama mas. Perjuangan Fati bakal sia-sia kalau akhirnya mas ngak pilih Fati. Ehh..eumm..itu..."

"Perjuangan? Maksud kamu?"

"Ngak ada apa-apa, mas...lu...lupakan aja ya..."

"Fati, jangan sembunyikan apapun dariku. Kau sudah tidak menganggapku lagi, hah?" Tanya Fano dengan suara dingin. Fatiya seketika merasa ketakutan karena aura yang di keluarkan suaminya.

"Mas, Fati...Fati..Fati cinta sama mas sudah lama, mas. Tapi....tapi Fati ngak berani jujur sama mas selama ini."

"Jadi, semua makanan yang dulu sering datang ke kantorku adalah kamu pelakunya? Bukan Risha?"

"Iya, mas. Maafin Fati, mas. Fati takut mas nolak makanan buatan Fati." Seketika mobil berhenti di pinggir jalan. Fatiya mulai bergetar ketakutan.

"Bahkan sebelum menikah, kau sudah berkorban banyak untukku. Harusnya aku yang sebagai seorang pria yang memulai, bukannya tidak peka terhadap perhatianmu."

"Tapi...tapi dengan mas melamar Fati waktu itu...sudah cukup untuk membayar semua perjuangan Fati untuk mendapatkan mas. Maka dari itu, Fati ngak rela kalau mas jatuh ketangan orang lain." Fano menghela nafas, lalu ia menarik Fatiya kepelukannya. Wanita itu terisak pelan. Fano mengecup puncak kepala Fatiya.

"Terima kasih atas semua cinta dan perhatianmu. Mas berjanji untuk tidak berpaling darimu."
"Iya, mas."

Sesampainya di bandara, Fano segera membangunkan Fatiya.

😘😘😘

Sesampainya di Banjarmasin, mereka di jemput salah satu bawahan di kantor Fano yang ada di sana. Mereka segera menuju ke hotel.

Tanpa membangunkan Fatiya, Fano menggendong istrinya ke kamar mereka yang sudah ia pesan beberapa hari lalu. Semua karyawan hotel menatap Fano, boss mereka, yang tengah menggendong seorang wanita cantik berkerudung panjang. Tapi yang membuat mereka bertanya-tanya adalah, berstatus apakah wanita itu di dalam hidup boss dingin mereka?

"Itu jelas bukan nona Arisha kan?"
"Bukanlah! Nona Arisha masih kalah cantik dari wanita itu."
"Ah kau ini! Jika tuan Zefin mendengarnya, kepalamu bisa saja menghilang dalam sekejap."
"Aish! Tapi tuan Zefin itu sangat sexy dan menggoda! Aku ingin sekali merasakan bisep-bisep kerasnya itu."
"Ya, kau benar juga. Tapi tuan Fano tidak kalah sexy. Apa kau berencana untuk merebut tuan Zefin dari nona Arisha?"
"Jika aku memiliki keberanian, mungkin akan aku lakukan. Lagipula, calon suamiku tak kalah sexy."
"Siapa yang mau menikah denganmu?"
"Tentu saja ada. Tentu tak kalah sexy dan hot dari tuan Zefin dan tuan Firza."
*mohon diabaikan percakapan dua perempuan di atas ya! Bayangkan aja hanya angin lalu. Mereka bukan salah satu tokoh di sini, jadi jangan takut mereka jadi PHO antara Zefin-Arisha dan Fano-Fatiya, oke?

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang