Selamat membaca!
Fatiya menggeliatkan tubuhnya hingga selimut tebalnya merosot hingga ke perut. Fano tersenyum melihat tingkah istrinya itu.
"Mas...kita dimana?" Tanya Fatiya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Di hotel. Tidur aja, pasti kamu capek," Ujar Fano sembari mengusap rambut Fatiya. Fatiya menggeleng, lalu bangkit duduk sembari mengucek kedua matanya."Tapi ini di hotel mana, mas? Masa iya masih di Banjarmasin?"
"Mau tau kita dimana?" Tanya Fano sembari menyelipkan belaian rambut Fatiya kebelakang telinga wanita itu. Wanita itu mengangguk, masih dengan wajah bantalnya. Fano mendekatkan bibirnya ke telinga Fatiya."Ih mas ngapain sih?!" Fatiya mendorong dada Fano, tapi Fano menahan tangannya lalu berbisik di telinga Fatiya, "Kita di Jerman."
"APAAAA?!!!"
Fano tersenyum melihat respon dari Fatiya. Wanita itu terlihat sangat shock karena ucapannya.
"Jerman....Jerman..." Lirih Fatiya dengan tatapan kosong. Fano menatap Fatiya heran.
"Sayang...""KYAAAA!!!" Teriak Fatiya tiba-tiba. Fanobsampai terlonjak mendengarnya. Fano terbelalak ketika Fatiya dengan tiba-tiba naik keatas pangkuannya.
"Kita beneran di Jerman, mas?! Mas ngak bohong kan?"
"Buat apa mas bohong sama kamu, sayang? Ayo sini mas tunjukkan sesuatu," Fank menurunkan Fatiya lalu menggandeng tangan Fatiya menuju balkon kamar mereka."Mas! Indahnya! Fati suka, mas! Fati suka! Terima kasih, mas." Fatiya lantas memeluk leher Fano. Fano memeluk pinggang Fatiya agar tidak terjatuh.
"Syukurlah kalau kamu suka." Fano mengusap rambut panjang Fatiya dengan lembut dan mendaratkan kecupan di kening wanita muda tersebut.
"Karena kamu udah bangun, gimana kalau kita jalan-jalan? Mau?"
"Boleh?! Ayo, ayo kita jalan!"🍁🍁🍁
Di sepanjang jalan, Fano dan Fatiya saling bergandengan tangan. Lebih tepatnya, Fatiya yang menggandeng tangan Fano. Kenapa? Karena sejak mereka memutuskan untuk jalan-jalan, perempuan yang lewat di sekitar mereka akan melihat kearah Fano seakan tidak ada Fatiya bersama pria itu. Karena hormon kehamilan, Fatiya menjadi sangat posesif terhadap Fano. Ia tidak akan membiarkan satupun orang mendekati Fano atau merebut pria itu darinya.
"Jangan di tekuk gitu dong wajahnya. Fati ngak suka mas ajak jalan-jalan?" Tanya Fano dengan lembut. Fatiya mendongak menatap Fano yang tinggi menjulang.
"Mas, Fati suka kok,"
"Tapi kenapa wajahnya murung begitu? Cerita sama mas dong,""Fati ngak apa-apa mas Fano."
"Yakin?" Tanya Fano sekali lagi. Fatiya mengangguk. "Baiklah..."Di sepanjang jalan, Fatiya hanya diam. Biasanya, wanita itu akan sibuk berbicara walaupun kadang Fano hanya mendengarkan segala ucapannya. Tapi kali ini, wanita itu diam dan tatapan matanya kosong. Fano kini tau apa yang membuat Fatiya diam. Tatapan wanita kepadanya membuat Fatiya cemburu. Sebelum menikah, Fano memang pernah beberapa kali kesini bersama Arisha untuk mengunjungi keluarga ayah mereka. Dan kadang, mengurus perusahaan ayahnya di sini. Dan setelah menikah, baru ini ia mengajak Fatiya ke Jerman.
Sebenarnya, di tatap memuja oleh perempuan manapun sudah menjadi makanan untuk Fano. Tapi lain cerita jika dia sudah menikah seperti sekarang. Tentu istrinya cemburu melihat suaminya begitu di puja wanita lain. Di dunia ini tidak ada satupun istri yang mau suaminya di puja oleh wanita lain. Tapi Fano tidak perduli dengan wanita-wanita yang menatapnya seakan ingin menerkamnya saat itu juga. Di sisi lain, dia harus menjaga perasaan Fatiya. Biar bagaimanapun, Fatiya istrinya kan? Dan Fatiya tipe istri yang sangat pencemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
РомантикаMendapatkan hatimu itu, tidak segampang seperti di novel roman yang sering kubaca. Tak segampang seperti mengambil benda yang berada di sampingku. Kau dekat denganku seperti urat nadi, tapi jauh seperti bintang, sulit untuk kugapai.