Fika berkutat di depan layar komputernya. Suasana hening sekali, hanya terdengar suara mouse dari semua penghuni Kubikel Squad. Mereka tak hanya sedang fokus bekerja, tapi juga karena mengantuk menjelang jam pulang kerja.
"Ah, salah terus!" Zacky datang dengan wajah kesal.
Seluruh penghuni Kubikel menghentikan aktivitas mereka."Kenapa?"
"Ya enggak sih, desain aku salah terus nih. Bukan salah deh, cuma kurang memuaskan doi," ucap Zacky dengan nada kekecewaan.
"Mungkin kamu, Ka, yang bisa memuaskan doi," ucap Dewi spontan.
"Ini pada ngomong apa, sih. Siapa yang memuaskan dan dipuaskan?" Tanya Nina jengah.
"Bapak Ammaris Cello dong, Nina. Desain aku ditolak. Ya udah aku harus revisi." Zacky mengacak-acak rambutnya dengan dramatis.
"Kalau ditolak, dukun bertindak dong," kata Fika dengan santainya.
Zacky menarik rambut Fika pelan."Heh, lu pikir ini cinta. Elu aja Sono, kalau ditolak Pak Cello dukun bertindak."
Fika mengangkat dagunya tinggi-tinggi."Aku enggak mungkin ditolak dong, aku ini kan karyawan kesayangan. Saking sayangnya dia sama aku...telat datang aja enggak dimarahin."
Ketiga temannya itu tertawa melihat Fika yang memang terkenal super pede. Tapi, itu menjadi hiburan tersendiri bagi mereka semua di sela-sela tekanan pekerjaan.
Tiba-tiba sudut mata mereka menangkap pemandangan pria berjas hitam. Mereka semua langsung fokus ke layar komputer masing-masing.
"Duh, bisa enggak, sih pak dese ini kalau datang bilang-bilang. Bikin jantungan aja," gumam Dewi.
"Ya kalau datangnya enggak bikin jantungan bukan Si doi namanya," balas Zacky dengan gumaman pula. Tangannya sibuk meng-klik folder-folder yang ada di dalam komputer. Padahal ia juga tidak sedang mencari apa-apa.
Cello menghampiri Kubikel."Siapa lagi drafter di sini?"
Mereka berempat bertukar pandang."Saya, Pak," jawab Fika.
"Setengah jam lagi saya tunggu desain kamu." Belum sempat Fika mencerna kata-kata Cello, pria itu sudah pergi.
"Loh, desain apa?" Fika menggaruk kepalanya hingga rambutnya berantakan."Ya Tuhan, demi sempak Firaun...dia minta desain apa. Terus...Suruh desain baru dalam waktu setengah jam gitu? Dia pikir aku power ranger pink yang sedang melawan monster kegelapan."
Dewi mengedipkan matanya dengan begitu takjub melihat tingkah temannya itu."Fik, kamu itu kenapa? Kesurupan?"
Zacky terkekeh."Eh, bukan power ranger pink. Dia pikir lu itu penyihir laverna yang mau mengenyahkan Barbie. Kenapa tadi enggak nanya dia minta desain apaan?"
"Heh, kata-kata dia aja baru nyampe di telinga aku, belum nyampe ke otak dia udah pergi. Tolong pahami kecepatan otakku berpikir, Zea!" Fika berkacak pinggang. Mulutnya terlihat manyun.
"Ya udah desain apa aja, Fik. Mungkin beliau pengen lihat kemampuan kamu dalam desain," kata Nina meredamkan perdebatan di antara mereka.
"Kayaknya bener apa yang dibilang Nina. Kamu cari desain terbaik kamu. Print sekarang, terus bawa deh ke ruangan beliau." Dewi menambahkan.
"Tuh dengar! Jangan segala sempak Firaun lu bawa-bawa." Zacky menarik rambut Fika lagi.
Fika memanyunkan bibirnya, lantas ia memeriksa desain-desain yang tersimpan di dalam komputer. Ia harus menunjukkan desain terbaiknya pada Cello. Siapa tau saja bosnya itu sedang dirasuki malaikat, berubah menjadi baik dan memberikannya bonus karena desainnya luar biasa.
Setelah menemukan desain terbaiknya, Fika mem-print-out desain tersebut. Ia menatap hasilnya dengan puas."Eh udah setengah jam belum, sih?"
Nina melirik jam tangannya."Kayaknya sih udah."
"Iya, udah," kata Dewi.
Fika mengangguk."Oke, doakan ya."
"Memang mau ngapain, Fik, minta didoain segala. Banyak-banyak istighfar aja," kata Zacky sambil terkekeh.
Fika mengetuk pintu, lalu terdengar suara Cello mempersilahkan masuk."Selamat sore, Pak."
Cello memandang Fika dengan heran."Kamu siapa?"
Fika menganga lebar."Saya? Saya karyawan Bapak," jawabnya dengan miris.
"Oh. Silahkan duduk," balasnya datar seperti biasa.
Fika mengelus dadanya, bosnya itu tak lagi lupa ingatan kalau ia adalah karyawan di sini.
"Ada perlu apa?" Tanyanya.
Wajah Fika langsung 'cengo' dan mengumpat di dalam hati."BANGKE!"
"Bapak tadi menyuruh saya ke ruangan Bapak, membawa desain saya," kata Fika dengan senyuman penuh dusta. Padahal sebenarnya ia ingin sekali memaki-maki bosnya yang menyebalkan itu.
"Oh, masa, sih? Coba saya lihat." Cello mengambil lembaran kertas yang disodorkan Fika.
"Masa, sih? Hei, es lilin, kamu yang nyuruh aku tadi. Mana perintahnya enggak jelas lagi," teriak Fika begitu keras. Tapi hanya di dalam hati.
Cello membolak-balik kerta itu, sesekali menatap Fika."Ini desain kamu?"
Fika tersenyum."Iya, Pak. Bagus ya, Pak?"
"Seperti desain anak SD!"
"Apa!!" Teriak Fika dalam hati. Hatinya terasa seperti sedang disayat-sayat. Mahakarya nya dikatakan seperti desain anak SD. Mana ada anak SD bisa desain sebagus itu.
"Iya, Pak desain saya jelek." Fika tetap tersenyum meski hatinya sedang terluka. Bosnya itu memang sadis.
"Saya enggak bilang jelek. Hanya seperti desain anak SD," balasnya tanpa ekspresi.
"Heh, manusia es...belum pernah dilempar pake buldozer,ya!" Umpat Fika dalam hati. Sepertinya hari ini ia benar-benar banyak makan hati.
"Kamu harus belajar lebih giat lagi. Kita harus memiliki desain yang unik dan menarik, serta padat manfaat. Kalau enggak, nanti kita tertinggal," jelas Cello.
Fika kembali meringis dalam hati."Bodo amat!"
"Ya sudah Kamu kembali bekerja saja." Cello memberi kode agar Fika keluar dari ruangannya.
Fika mengangguk, ia terus mengumpat dengan kesal. Ia berjalan menuju kubikel, dan menyandarkan dagunya di atas pembahasan Kubikel tepat di depan Nina.
"Loh, kenapa?"
"Bete!" Kata Fika seperti ingin menangis.
"Bete kenapa?" Tanya Dewi penasaran.
"Masa ya...pas aku masuk dia nanya 'siapa ya?', Pengen aku bilang 'Hello Bapak enggak tau, ya kalau aku ini Karyawan paling imut di sini," kata Fika dengan ekspresi yang begitu total. Ketiga temannya terkekeh saja, tak tau lagi harus berkata apa.
"Terus.. terus?"
"Dia nanya lagi aku ada perlu apa ke ruangan dia. Ini nih demi bang Toyib yang usah tiga kali lebaran tiga kali puasa enggak pulang-pulang, kan dia yang manggil dengan perintah enggak jelasnya itu. Udah gitu dia hina-hina lagi desainku. Kayak desain anak SD."
"Fika."
Suara itu lantas membuat Fika mematung. Ketiga temannya menatap Fika dengan kasihan.
"MATI!"
Fika mengumpulkan kekuatan untuk membalikkan badannya. Di sana ada Cello."Iya, Pak?"
"Desain kamu ketinggalan,"katanya sambil memberikan beberapa lembar kertas tadi kepada Fika. Tanpa berkata apa-apa lagi, Cello kembali ke ruangannya.
"Mati aku...mati aku!"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boss
ChickLitCover : Reta Hill Hobi membaca membuat Fika menjadi suka menulis. Tapi, tulisan yang ia buat tak wajar karena ia menjadikan Cello, bos di kantornya menjadi tokoh utama di cerita yang ia buat hanya untuk sekedar lelucon. Setiap hari Cello pun jadi ba...