Bab 4

7K 586 29
                                    

Aduh gimana ini. Aku perlu minta maaf enggak." Fika melompat-lompat dengan panik.

Sementara ketiga temannya menatap dengan miris.

"Ya...kayaknya perlu deh, soalnya doi kayaknya denger apa yang lu bilang, Fika." Zacky menatap Fika miris. Antara pengen menertawakan atau mengasihani.

"Nanti deh, tunggu sepi. Udah mau pulang juga. " Fika langsung gigit jari merasa bersalah.

"Sabar, ya, Fika." Dewi mengusap lengan Fika.

Fika pun duduk sambil meringis. Detik demi detik dilalui dengan kecemasan. Sampai jam pulang kerja tiba. Ketiga temannya itu sudah pulang terlebih dahulu. Fika mondar-mandir di depan ruangan sambil menunggu Cello keluar.

Pintu berbunyi, Cello keluar dari ruangan Direktur dan terkejut melihat Fika di sana.

"Pak, saya minta maaf," ucap Fika spontan.

"Kan belum lebaran. Kok udah minta maaf?" Balas Cello santai.

Fika membungkukkan badannya di depan Cello."Saya minta maaf, Pak. Tadi Saya udah ngata-ngatain Bapak."

"Wah, ngata-ngatain saya? Memangnya apa yang kamu katakan tentang saya?"

Hati Fika semakin tidak karuan. Ia yakin Bosnya itu sekarang sedang sangat marah."Bapak jangan becanda. Saya benar-benar minta maaf pak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Kamu mau dimaafin?" Tanya Cello.

Fika mengangguk cepat."Iya, Pak."

"Duduk manis saja."

Fika mendesah lega. Kemudian Cello masuk ke dalam ruangannya lagi. Satu menit, dua menit, waktu terus berjalan. Fika masih menunggu dengan sabar demi maaf dari Cello. Anggap saja yang ia lakukan saat ini adalah permohonan maafnya. Hingga satu jam pun berlalu.

"Mana, sih, Bapak," omel Fika. Perutnya mulai keroncongan."Kemudian dengan berani ia membuka pintu. Ia tercengang ketika melihat Cello sedang duduk di meja kerjanya."

"Pak hukuman saya dilanjut besok saja, ya, pak. Saya lapar," mohon Fika. Ia tak peduli lagi jika Cello akan menambah hukumannya.

"Kamu kok masih di sini?" Kening Cello berkerut karena heran.

"Lah Bapak suruh duduk, ya saya duduk, saya tunggu Bapak di depan," kata Fika dengan polosnya.

"Saya cuma nyuruh duduk, kasihan kamu sudah dari tadi,kan,berdiri di sana. Bukan nyuruh kamu nungguin saya." Cello kembali fokus pada pekerjaannya.

Wajah Fika langsung berubah menjadi kesal. Ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah tampan bosnya itu. Tapi, ia harus mengontrol emosinya. Ia tak ingin mengata-ngatai Cello lagi."Saya boleh pulang, Pak?"

Cello mengangguk."Silahkan."

Fika tersenyum lega. Setidaknya senyuman itu untuk dirinya sendiri, bukan Cello. Ia keluar dari sana dengan tubuh yang letih. Tak ada lagi semangat untuk melangkah. Tapi,ia harus tetap berjalan menuju ke kostnya.

"Udah sepi angkot. Masa jalan, sih," keluh Fika.

"Kamu kenapa belum pulang?" Tiba-tiba ada suara di belakangnya.

Fika menoleh."Eh, Bapak. Nungguin angkot, Pak."

"Oh," katanya singkat. Ia berdiri di sebelah Fika.

Fika menatap pria itu dengan bingung karena masih berdiri di sebelahnya. Dan apa tujuan sang Bos berdiri di halte bus, pikirnya. Tiba-tiba ada sebuah mobil sedan berhenti tepat di hadapan mereka. Jendela kaca terbuka.

"Cello! Ayo!" Panggil Gamma.

"Masuk!" Kata Cello, entah pada siapa.

"Hah?" Fika merasa tak yakin dengan apa yang diucapkan Cello. Sementara pria itu sudah masuk duluan ke dalam mobil.

"Masuk!" Kata Cello sambil menatap Fika tajam.

"Masuk kemana, Pak?"

"Hai, ayo...kami antar pulang," kata Gamma dengan ramah.

Fika mengangguk dengan ragu. Ia ingin menolak, tapi tatapan Cello sungguh mengerikan. Ia segera masuk ke dalam mobil."Pak, kost saya enggak jauh dari sini. Di perempatan sana belok kiri. Udah nyampe."

Gamma menoleh."Enggak apa-apa. Kasian kamu cewek pulang sendirian. Lagian kamu pasti abis lembur ya."

Fika hanya bisa meringis. Ia tak lagi menjawab karena Cello tak mengatakan apa-apa."Maaf, Pak merepotkan. Saya turun di perempatan sini aja," kata Fika lagi setelah mobil sudah hampir sampai di tempat yang ia maksud.

"Belok kiri, kan." Gamma mengarahkan stirnya.

"I...Iya, Pak. Itu udah dekat, kok, Pak. Yang sebelah kiri. Gedung warna putih itu," tunjuk Fika pada kost-kostan sederhana itu.

Gamma mengangguk."Yang ini, ya. Wah, kamu ngekost."

"Iya, Pak. Pak...Makasih, ya sudah mengantarkan saya. Saya permisi. Mari, Pak Cello."

Gamma mengangguk."Hati-hati, ya. Selamat istirahat." Kemudian ia melirik adiknya itu dengan heran."Dingin banget sama karyawan."

"Biasa aja, sih."

Gamma tertawa geli."Yakin biasa aja?"

"Udah, ah Kak. Ayo jalan." Wajah Cello terlihat kesal. Ia mulai bersikap manja. Kakaknya itu hanya mengangkat kedua bahunya, mengalah karena sikap manja adiknya mulai kambuh.

Sesampai di kamar, Fika menepuk-nepuk pipinya tak percaya. Ia diantar pulang oleh Bosnya yang menyebalkan itu. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu hingga ia tertawa sendiri, kemudian tanpa mandi atau mengganti pakaiannya terlebih dahulu, ia merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Diambilnya ponselnya, lalu mulai menulis di Wattpad.

 Diambilnya ponselnya, lalu mulai menulis di Wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mempublish, Fika segera bergegas mandi. Ia yakin ketiga temannya itu pasti akan langsung ribut di grup WhatsApp setelah ini.

***


Untuk yang baru baca sekedar informasi, cerita ini berseries. Jadi kalau ada tiba-tiba muncul tokoh yang membuat kalian bertanya-tanya, itu adalah tokoh dari series sebelumnya. Ini adalah series ke tujuh. Lihat di profileku untuk apa aja seriesnya.

Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang