Prolog

255 13 19
                                    

Gadis cantik itu tengah duduk diam di sebuah taman, tangan kanannya menggenggam sebuah bunga bernama 'Anyelir' seperti namanya, sedangkan maniknya sedari tadi menatap kosong hamparan hijau di depannya. Dia sedang termenung memikirkan bagaimana caranya untuk hidup, sementara mati seolah melanda dirinya.

Kecelakaan dua tahun lalu membuatnya berubah menjadi sosok yang tak tersentuh. Ia merasa hidupnya juga sama berakhir seperti hidup kekasihnya. Bahkan dulu, ia hampir gila dihadapkan dengan kenyataan harus berpisah. Padahal dulu dia adalah sosok gadis yang begitu ceria serta tegar. Tapi, karena cinta semua itu bisa berubah dalam sekejap.

Kehilangan..

Yaa, sudah dua tahun gadis itu merasakan kehilangan. Kehilangan seseorang yang sudah melabuhi hatinya, menjaganya, dan mencintainya. Tapi sekarang, ia seolah merasakan hari-harinya berubah kelam tanpa adanya senyum hangat dikala pagi menjelang.

Oh Tuhan, mengingat itu membuatnya rindu sekaligus sesak.

Tak terasa air bening itu mendarat mulus di pipinya. Gadis itu memejamkan mata mengontrol emosi yang tidak tertahankan.

Mengapa seseorang harus merasakan kehilangan?

Oh Tuhan. Ini kah yang dinamakan sebuah ujian?

"Sayang aku kangen.." gumamnya lirih dengan bibir yang amat bergetar menahan isakan, "Selamat tanggal 26, 48 bulan, ke tujuh tahun yaa sayang." Gadis itu membuka mata dan tersenyum pedih di sana.

"Aku masih mencintaimu." Perlahan gadis itu beranjak seraya membalikan tubuhnya.

Deg.

Setelah membalikkan dengan sempurna tubuhnya, seulas senyum hangat ia terima dari sosok pria yang sedari tadi berada di balik punggungnya. Menunggunya dengan setia walau sudah berapa puluh kali ia menolaknya. Tapi pria itu tetap bertahan dan gadis itu sudah memutuskan untuk memberinya sebuah kesempatan.

Tepatnya, kesempatan untuk dirinya sendiri agar merasakan sebuah kebahagiaan lagi.

Anyelir sudah memutuskan untuk berubah tak lagi memikirkan sosok masa lalunya yang sudah terpisah jarak, waktu, bahkan alamnya.

Yaa, Anyelir akan melangkah. Melangkah bersama dengan pria yang kini berjalan menuju arahnya.

"Siap?" Suara barithonnya seolah memecahkan kicau burung yang mengudara, Anyelir tersenyum kecil seraya membalas uluran tangan sang pria.

"Aku siap!" balasnya mantap dengan kepala mengangguk kecil. Dan hal itu sontak membuat sang pria kembali mengembangkan senyumnya bahkan kini lebih lebar.

Akhirnya dia tak lagi ditolak.

"Will you merry me?"

***

Sabtu, 12 Mei 2018

^_^ Sarangheo....

Anyelir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang