Chapter 16. Memori

59 2 0
                                    

"KAKAK BURUAN! TEMENNYA UDAH NUNGGUIN DI LUAR!"

"IYA SEBENTAR!"

Anyelir tersenyum centil di depan cermin, merapikan poninya sekilas, dengan cepat perempuan ABG itu menyambar ransel di atas ranjang.

"Cowok di depan pacar kakak yaa?" Mela bertanya kepada sang kakak yang sedang menuruni anak tangga.

Anyelir mengangguk malu-malu, lalu dengan gerakan terburu-buru ia mengoleskan selai ke roti bakar buatan bundanya, "Namanya Vian, ganteng kan, Mel?"

Mela, adik Anyelir mengangguk seraya nyengir, "Iya ganteng banget, putih lagi kaya manekin idup."

Wanita itu tertawa nyaring, kemudian dengan sigap ia memasukkan roti yang sudah ia selai ke dalam kotak bekal, "Kakak berangkat duluan deh," Ucapnya seraya menengok bunda yang sedang berkutat di dapurnya.

"BUNDA KAKAK BERANGKAT!" Dan setelah berpamitan dengan setengah berteriak, perempuan berseragam SMA itu langsung ngebirit ke luar.

"Vi-vian?" Anyelir mengedipkan mata bingung melihat sepeda terparkir rapi di halaman rumahnya, "Kamu jemput aku pake sepeda?" Vian yang sedang senderan segera menegakkan posisi berdirinya, ia tersenyum melihat Anyelir mengerutkan dahi kebingungan.

"Kamu gak suka ya aku jemput pake sepeda?" Vian bertanya masih dengan senyuman manisnya, Anyelir spontan menggeleng cepat lalu segera membalas tersenyum hangat ke arah pacarnya.

Bisa berabe kalau dia di putuskan hanya karena tidak mau di bonceng sepeda, itu terdengar tidak lucu yaa kan?

Anyelir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang