Dafa menegakkan posisinya setelah netra nya menangkap sosok yang ia tunggu-tunggu. Dengan sedikit tergesa ia membenarkan kaos dan langsung melangkahkan kaki menghampiri Anyelir yang sudah menaiki motornya.
Yuhuuuuu!! Waktunya menagih janji.
"Yuk!" Ucapnya to the point dan langsung naik di jok penumpang motor Anyelir, sengiran di bibirnya tak luntur-luntur sedari tadi.
Senangnya Dafa, ini kencan pertama. Patut di abadikan harusnya.
Anyelir tersentak karena merasakan ada seseorang yang naik di belakang motornya, "Lo--loo," Ucap Anyelir terkejut setelah menoleh ke belakang dan membuka sedikit celah helm nya.
"Ngapain lo? Turun Dafa!!" Lanjutnya dan refleks langsung mendorong tubuh Dafa dengan tangannya.
"Gak mau," Balas Dafa dan masih betah berada di jok penumpang. Dengan santainya Dafa malah menyenderkan kepalanya di punggung gadis itu.
Anyelir berdesis jengkel dan langsung turun dari motor dengan segara, "Mau lo apa sih!!?"
"Jalan-jalan,"
"Terus ngapain lo naik ke motor gue? Pergi lo, gue mau balik, capek!" Sewot gadis itu seraya menarik kaos Dafa agar turun dari motor kesayangannya.
"Ahh kamu jangan pura-pura lupa Anye," Gerakan Anyelir terhenti, sedangkan Dafa tersenyum karena melihat Anyelir mengerutkan dahi seolah tengah berfikir keras, "Kemaren kan kamu udah janji, kalo sekarang kamu mau aku ajak jalan," Dan Dafa kini tertawa melihat kerutan itu berubah karena Anyelir mendengus sebal.
Haha. Pasti dia sudah mengingatnya.
"Hayu Nye, keburu malem," Ucap Dafa lagi seraya menepuk jok depan motor mengisyaratkan agar Anyelir cepat membonceng nya.
"Kita ke Dufan yaa!"
Dufan?
"Jangan salah sayang, Dufan itu zona bahagia.."
Deg.
Anyelir memejamkan mata karena memori itu kembali melintasi isi kepalanya, "Jangan ke dufan Daf!" Lirihnya sembari kembali membuka matanya.
Dafa mengerutkan dahi karena tiba-tiba suara Anyelir berubah terdengar menjadi letih, "Kamu gak suka dufan?" Tanyanya.
Anyelir menggeleng lemah, "Kita ke taman aja, gue capek kalo ke dufan," Ucapnya berdusta.
"Oke, aku mah ikut aja, asal sama kamu" Senyuman Dafa semakin melebar.
Kalau saja Anyelir tak mengingatnya, mungkin biasanya dia akan mendengus jika melihat senyuman itu.
"Yaudah turun,"
Hah?
Dafa kembali mengerutkan dahi, apa maksudnya, "Kenapa turun?"
"Lo bawa mobil kan?" Tanyanya datar pada Dafa, "Sono lo bawa mobil lo, dan gue bawa motor gue!"
WHAT!
Rasanya Dafa ingin sekali mencakar aspal.
"Dih Nye, mana romantis kita jalan masa bawa masing-masing kendaraan," Dafa kian protes, Apa-apaan seperti itu.
"Kalo mau pake mobil aku aja yaa," Dafa masih membujuk.
"Kalo lo gak mau gitu, yaudah gak jadi aja sekalian,"
Astaga! Dasar wanita licik, Dafa ingin sekali mencekiknya,
"Gimana?" Ucap Anyelir lagi seraya tersenyum kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/147604932-288-k11770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Romance"Seolah terus di genggam, tapi tak bisa dimiliki" Itulah yang dirasakan Dafa yang setia mencintai wanita bernama Anyelir.