Chapter 20. Trauma

79 1 0
                                        

Beberapa hari kemudian..

Pagi menjelang.

"Hoam.. " Anyelir terjaga, wanita itu memicingkan mata saat netranya tersapu cahaya yang bersumber dari celah jendela, merentangkan tangannya sejenak, Anyelir menoleh lalu tertegun saat pandangannya tak mendapati Dafa terlelap disamping nya.

Segera beringsut duduk, Anyelir menoleh ke sekelilingnya, lalu tak lama wanita itu tersenyum manis saat melihat ke arah lemari pakaian dimana suaminya tengah bercermin di sana.

Sudah rapi. Dafa hendak kemana pagi-pagi begini?

"Good morning, my wife.." Dafa tersenyum kecil seraya menyorot Anyelir dari pantulan cermin. "Sexy banget sih kalo abis bangun tidur gini," Pria itu berbalik, melangkah mendekat lalu memberi kecupan hangat di dahi sang istri.

Anyelir membalas tersenyum, mengulurkan tangannya disana, wanita itu cekatan membantu Dafa memakai dasi. "Kamu mau kemana? Pagi-pagi gini udah rapi."

Memandang lekat wajah sang istri, sejenak Dafa menghela napas berat lalu jahil mengecup hidung mancung Anyelir di depannya. "Sementara honeymoon kita di pending, aku disuruh cek rumah sakit sama papa," Ucap Dafa mendadak masam, "Kamu sih pake acara kedatangan tamu bulanan, jadi lama deh kita mau liburan."

Tertawa geli, wanita itu merasa tak tersinggung sama sekali. "Dih, malah ketawa lagi,"

"Sabar kenapa, sih!" Kata Anyelir seraya terkekeh geli.

"Pengen cepet punya baby," Dafa merujuk, perlahan memajukan tubuhnya kemudian memeluk manja Anyelir disana, "Kamu wangi banget sih, Yang." Pria itu menghirup dalam aroma sang istri, bagi Dafa Anyelir adalah perempuan terwangi di dunia ini.

"Menurut kamu, kita kalo punya baby maunya perempuan apa laki-laki dulu?"

Anyelir bergeming. Wanita itu mendadak diam, fikiran nya melayang-layang mengingat masa silam.

"Nyaman banget sih, aku peluk kamu gini," Wanita itu masih tak menyahut. Dafa menghela napas lalu nyengir setelah tadi mengecup bahu istrinya.

"Udah ah, nanti aku gak jadi pergi," Anyelir mengerjap saat Dafa melepaskan pelukan, "Aku pergi dulu ya, sayang. Hati-hati di rumah," Mengangguk perlahan, Anyelir menatap kosong punggung Dafa yang mulai menjauhi dirinya.

Baby?

Perempuan atau laki-laki?

***

Vian: Tunggu aku, Ly. Aku punya sesuatu di hari jadi kita. Selamat tanggal 26 untuk kelima tahun ini ya sayang.

Wanita itu sedang duduk di sebuah bangku taman, Anyelir tersenyum lebar memandang ponselnya, hatinya sungguh bahagia setiap tanggal 26 seperti sekarang. Wanita itu tak sabar menunggu kedatangan suaminya.

Anyelir: Cepetan datang, aku juga punya suprese buat kamu sayang. Selamat tanggal 26 juga, aku mencintaimu dan selalu akan seperti itu. I love you.

Sementara itu di sisi lainnya, tangan wanita itu memegang benda yang menujukan dua garis merah. Anyelir hamil. Dan ini suprese yang akan ia katakan nanti.

"Pasti Vian seneng bentar lagi punya baby," Anyelir tersenyum bahagia, perlahan bulir bening berjatuhan membasahi pipinya, "Ya Tuhan, aku seneng banget bisa wujudin keinginan Vian yang mau banget jadi dady," Menghirup udara segar disana, Anyelir menoleh melihat kado yang tadi di bawanya.

Selain testpeck, wanita itu memang menyediakan kado yang begitu spesial untuk suaminya.

Vian: Lihat aku di depan kamu, Ly.

Wanita itu meluruskan pandangan saat pesan Vian kembali berdatangan.

Vian: Agak ke kanan lihatnya dong, sayang😑

Anyelir terkekeh saat netranya beradu dengan Vian yang kesusahan membawa banyak balon serta boneka jumbo di tangan kanannya.

Astaga.

Dia ini, kenapa romantis banget sih.

"SINI!!" Anyelir melambaikan tangannya, senyum tak jua luntur di bibirnya, "AKU JUGA PUNYA KEJUTA-"

BRAK!!

"VIAN!!"

Anyelir menelan ludah, ingatan itu masih sangat terlihat jelas. Saat dulu suaminya terpental ke sisi trotoar, darah mengenang di sepanjang pandangan, sampai Vian tertatih memanggil namanya.

Anyelir tersenyum kosong mengingat kepingan ingatan kelam itu berubah menjadi trauma yang begitu mendalam, perlahan tangan wanita itu mengepal dengan tubuh yang tremor parah, keringat pun bercucuran disana, wanita yang masih duduk di ranjang itu kemudian terbahak-bahak sambil menjambaki rambutnya.

"Baby!" Kata Anyelir mendadak pucat pasi, "Aku gak mau Dafa mati."

***

Anyelir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang