Chapter 07. Spesial Dafa POV

77 7 6
                                    

Saat Anyelir sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit seminggu lalu. Bersama dengan itu pula, hubungan diantara aku dan gadis ku itu berubah. Tapi, bukan perubahan seperti sejenis ulat yang berekarnasi menjadi kupu-kupu yang indah. Tentu itu berbeda, perubahan kami itu dalam artian hanya hal kecil saja, hanya perubahan sikap Anyelir yang lebih baik dan menanggap aku lebih ada.

"Aku ingin mencobanya..,"

Apa yang kalian pikirkan? Jika seseorang yang kau cintai berbicara demikian? Mencoba.. Mencoba untuk menjalin hubungan kan? Girang sekali aku saat mendengarnya.

Tapi, ternyata aku hanya salah tangkap. Gadis ku itu memang licik berstrategi memenjarakan hati ini. Yang dimaksud ucapan Anyelir waktu siuman minggu lalu yang buatku gila karena ia koma hampir seminggu itu, ternyata maksudnya tak lain tak bukan, hanya ingin mencoba menerima ku sebagai teman saja, TEMAN saudara-saudara!! Bukan sebagai penawan. Penawan hati, misalkan.

Huhu, kurasa aku sudah gila.

Tapi, tak masalah bagiku, jika perubahan itu belum mengarah ke arah situ. Aku akan lebih berusaha membuatnya cinta padaku. Toh, di pikir-pikir bukankah ini lampu hijau, kapan lagi Anyelir memperbolehkan aku didekatnya, temankan selalu berdampingan. Terbukti saat ini saja, Anyelir tak memprotes saat aku membuntutinya terus-menerus ditempat nya bekerja. Dulu, boro-boro aku dibolehkan berdekatan, hanya senyum saja aku hampir di hajar.

Jadi, pikirkan. Ucapan aku ada benarnya juga kan?

"Nyee..," Panggil ku yang sudah keberapa kali, "Mau yaa, please.." Merajuk? Yaa, aku rasa Anyelir adalah perempuan kedua yang bisa membuatku merajuk setelah mama.

"Katanya kamu mau mencoba, jadi please mau yaa..," Ku merasa Anyelir berhenti bergerak lalu menghela nafas dan berbalik untuk melihatku disana.

"Aku sudah pernah menjelaskannya, Dafa!" Ucapnya dan aku hanya mampu menghela nafas, "Aku hanya ingin mencoba menerima mu sebagai teman, gak lebih!"

Lagi dan lagi..

"Aku tau," Ucap ku seraya menunduk lalu memainkan sepatuku. Sebenarnya aku merasa sesak, tapi mau bagaimana lagi gadis ku itu memang sulit untuk ku jangkau.

"Maaf..," Tuturnya lirih lalu kembali berbalik dan menyelesaikan pekerjaannya.

"Tapi, emang salah yaa? Seorang teman mengundang temannya makan malam bersama keluarganya?" Kataku, dan mencoba kembali mendekatinya. Aku tak ingin menyerah! Fighting Dafa!

"Nyee, hanya makan malam dan kamu hanya sebagian temanku disana," Ucap ku lagi seraya menyikap anak rambut yang mengganggunya.

Anyelir menoleh dengan tangan yang masih penuh busa sabun, "Please!" Bujuk ku lagi seraya mengambil lap dan membersihkan cangkir yang tadi sudah selesai di cucinya.

"Hei, jangan bantu aku," Ucapnya seraya melotot padaku, Anyelir memang tak suka jika pekerjaannya ada yang mengganggu. "Itu jas putih kamu nanti kotor Dafa!" Lanjutnya dan membuat aku terkekeh, aku memang memakai jas putih dan sebentar lagi aku akan ke rumah sakit.

"Mau yaa," Aku masih saja membujuknya. Ia menghela nafas seraya membasuh bersih tangannya.

"Hanya makan malam?" Ucapnya seraya menatapku dan aku langsung mengangguk antusias, "Kamu gak aneh-aneh kan?" Aku memandanginya bingung karena Anyelir menyipitkan mata seolah tengah mencurigai ku saja.

"Iya, emang aku pernah buat aneh-aneh sama kamu, Nyee?" Aku cemberut dan Anyelir merampas lap dari tanganku.

"Gada acara lamar-melamar kan?" Ia berbicara tapi tak sedikitpun melihat ke arahku. Aku tersenyum melihatnya yang kini tengah kembali sibuk dengan pekerjaannya itu.

Anyelir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang