"Tak sadar hadir membawa kenyamanan, kau ibarat candu yang paling mematikan. Wahai engkau sahabat sekaligus kebahagiaan. Bolehkah aku meminta perubahan dari sebuah keadaan? Yaitu, penumbuhan rasa yang lebih dari sekedar persahabatan."
***
Dafa terperangah melihat replika Tuhan yang begitu indah berjalan anggun bak putri di sebuah novel cinta. Sambil menelan saliva karena kagum, perlahan bibir Dafa membentuk sebuah lengkungan.
Cantiknya dia, Tuhan.. Batin Dafa mengeluarkan pendapat.
Berjalan tergesa mendekat ke arah Anyelir Dafa mengulurkan tangan saat gadis itu menghela napasnya sesaat, di balut dengan dress hitam selutut Anyelir begitu cantik dengan poni menghiasi dahinya, "Cantik sekali anda tuan putri," Puji Dafa saat Anyelir menerima uluran tangannya, tak membalas ucapan, Anyelir hanya mampu tersenyum saja lalu mereka berjalan berdampingan menuju mobil Dafa.
"Nyee, kamu cantik," Ucap Dafa untuk kesekian kalinya, kini kendaraan mereka pun sudah melaju melintasi jalan raya, "Ihh, cantik banget sih," Dafa menoleh ke arah Anyelir yang sedang melihat suasana malam melalui jendela mobil.
"Eh, tunggu!" Anyelir spontan menoleh ke arah Dafa karena mobil yang dikendarainya mendadak berhenti disana.
"Kenapa berhenti sembarangan sih, Dafa," Ucap Anyelir dengan pandangan tetap fokus pada Dafa yang sibuk mencari sesuatu.
"Duh, mana sih!" Anyelir menghela napas dongkol karena Dafa kini sibuk sendiri.
Apa sih yang tengah dia cari!
"Ini dia!" Dafa bersuara saat Anyelir sempat akan menutup sejenak matanya, "Pake yaa," Dafa mengeluarkan sebuah cincin masih tetap sama dari sebelumnya, berbentuk motif bunga Anyelir kesukaan gadisnya.
"Ini apa mak--"
"Hanya cincin persahabatan!" Dafa memotong cepat ucapan Anyelir, Dafa tau Anyelir pasti akan memprotes seperti biasanya, tak membutuhkan izin dari Anyelir lagi Dafa langsung memasangkan cincin itu di jari manisnya.
"Lho kok," Ucap Dafa heran, Anyelir hanya mengerutkan dahinya saja, "Kok kebesaran yaa, Nyee," Lanjutnya bertanya sambil cengengesan manja lalu Dafa menggaruk tengkuknya kikuk disana.
Sial! Kenapa gue gak pas beliin nya, duh dia marah enggak yaa?
"Di jari tengah aja coba," Dafa mendongak tak percaya, jadi ceritanya Anyelir mau di beri cincin olehnya, "Kenapa?" Ucap Anyelir lagi karena Dafa hanya diam saja memandanginya.
"Eng-enggak, aku coba ni yaa," Anyelir hanya mengangguk polos, "Dih! Mau di pasangnya di jari tengah rupanya," Dafa berseru heboh berusaha membuat Anyelir tak salah faham bahwa ia memang tak sengaja membelikan cincin yang kebesaran di jari manisnya.
"Duh cocok banget sih di kamu, Nyee, cantik!"
Anyelir berdecak seraya menarik kembali tangannya, lalu ia memandangi cincin itu, "Gimana gak di tolak terus, beliin cincin aja gak pas sama ukuran. Kata orang sih itu tandanya mungkin yang di beliin cincin ini bukan satu-satunya," Ucap Anyelir usil seraya menoleh ke arah Dafa yang kini sudah merubah mukanya menjadi panik. Ingin rasanya ia tertawa.
"Yaa ampun, Nyee. Baru sekali aku beliin yang kebesaran," Ucap Dafa memelas seraya menyingkirkan poni yang mengganggu wajah gadisnya,
"Baru sekali? Berarti kamu akan mengulanginya," Gerakan Dafa terhenti, dan Anyelir mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum manis pada Dafa yang sekarang tengah bergerak gusar.
"Aku beneran gak sengaja beli yang kebesaran, sumpah Nyee!" Anyelir tak kuat menahan tawanya karena Dafa ternyata serius menanggapi omongannya,
"Masa?" Dengan sengaja Anyelir malah keterusan mengerjai Dafa.
"Duhhh, Nyee jangan ragu sama aku," Anyelir sengaja membuang mukanya ke arah jendela, sumpah ia tak kuat ingin tertawa, "Nyee, maafin aku. Jangan marah gitu dong," Dafa masih saja memelas. Rasanya tidak lucu jika Anyelir akan pergi meninggalkan Dafa gara-gara hanya karena cincin yang kebesaran.
"Nyee," Dafa memanggil dengan tangan menyentuh pergelangan tangan gadisnya, "Anyelir, maafin aku, jangan ngomong kamu sekarang gamau ke rumah, mama udah siapin semuanya tau," Anyelir sengaja bergeming, Dafa kian frustasi.
"Nyee--" Oke, Anyelir sudah tak tahan dengan segera Anyelir menoleh dengan tawa yang mengudara.
Gak kuat dah! Muka melas banget gila!
"Kok ketawa sih, aku serius ini," Ucap Dafa dengan kerutan menghiasi dahinya, Anyelir masih tertawa dengan tangan menutup mulutnya.
"Kamu terlalu serius, aku hanya bercanda, Dafa!" Ucap Anyelir di sela tawanya.
Heh?
Dafa menghela napas lega, lalu tersenyum melihat Anyelir tertawa begitu lepas. Ini yang ia suka saat melihat gadisnya tertawa hingga hidungnya mengkerut lucu disana, "Jadi, kamu ngerjain aku yaa," Ucap Dafa seraya manyun lalu setelahnya menyerang tubuh Anyelir dengan gelitikan di seluruh pinggangnya.
"Hahaha.. Dafa hentikan," Anyelir tertawa dengan tangan menahan Dafa yang usil tetap menggelitikinya,
"Dafa, geli hahahaha..,"
"Ampun enggak?"
"Iya.. Iya.., geli Daf.." Dafa berhenti lalu tertawa kecil karena melihat Anyelir mengerucut kan bibirnya lucu.
"Curang! Mainnya gelitikan!" Anyelir mendelik dengan tajamnya, tapi Dafa malah kembali tertawa.
"Kamu sih udah bikin jantung aku serasa mau copot, becandaan kamu ngeri tau gak!"
"Lebay!"
"Bukan lebay tapi kalo masalah kamu aku rasanya menanggapinya selalu serius, Nyee," Dan masih sama Anyelir hanya mendengus saja disana, ia masih tak percaya pada Dafa seutuhnya. Padahal Dafa berucap benar-benar dan itu serius ia katakan dari lubuk hatinya.
Ahh, Anyelir yaa? Susah sekali sih mendapatkan cintanya.
Semoga hari ini gue beruntung engggak di tolaknya lagi. Setelah acara makan keluarga, gue akan melakukan peruntungan kembali.
Oh, again?
Yaa, Fighting Dafa!
***
Don't forget coment and voute gaes!
Gomawo, Sarangheo😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Romance"Seolah terus di genggam, tapi tak bisa dimiliki" Itulah yang dirasakan Dafa yang setia mencintai wanita bernama Anyelir.