"Hanya sekedar menatap, aku seolah tak merasa tertolak"
_Ardafa Pragoya_
***
"Tuh, meja nomor tujuh!" sang gadis yang sedang sibuk itu menoleh ke belakang atas penuturan temannya, kemudian ia menghela nafas panjang dan kembali menatap temannya yakni, Fara.
"Lo aja deh, gue malas ketemu tuh cowok," Anyelir berbicara tanpa menoleh ke arah Fara, lalu menyibuki diri sendiri dengan cara mengelap cangkir-cangkir yang baru dicucinya.
"Dia gak mau sama pelayan lain, maunya sama lo Anye," Fara berbisik pada Anyelir. "Buruan deh, ladenin tuh si Dafa," lanjut Fara seraya menepuk pelan bahu temannya, kemudian Fara berlalu untuk menjamu para tamu yang semakin sore semakin berdatangan.
Pria itu tak pernah kapok-kapok juga, astaga!
Anyelir berdecak malas tapi setelahnya ia mengikuti saran temannya untuk bertemu sang pria bernama Dafa itu.
Ia kembali menghela napas panjang setelah pandangannya bertemu dengan pria yang kini tersenyum sangat lebar di hadapannya, "mau pesan apa, mas?" Anyelir bersikap profesional dengan berbicara formal kepada Dafa yang sudah ia kenal yang selalu mengejar-ngejarnya selama lima bulanan terakhir ini.
Tapi, Anyelir selalu menolaknya. Dan pria ini selalu betah mengejarnya.
"Kalo pesen cinta? Ada mba?" Anyelir mendengkus melihat Dafa yang kini semakin melengkungkan bibirnya.
"Kebetulan cinta hanya nama cafe kami mas, kami tidak menjualnya!" anehnya pria bernama Dafa itu malah terbahak mendengar ucapan Anyelir yang bernada ketus barusan.
"Kalau minta hati mba nya aja, gimana?" ucap Dafa disela tawanya yang mengudara. "Boleh?" lanjutnya disertai senyum yang sungguh menawan.
Ok! Anyelir sudah tak tahan.
Dengan frustasi Anyelir mengusap wajahnya yang kusut, ia lelah karena sedari pagi full bekerja, "Dafa! Gue lagi kerja," geram Anyelir seraya menaruh bokongnya di kursi depan Dafa. "Tolong! Jangan ganggu gue." Lanjutnya dan menatap tajam sang pria.
"Aku ganggu apa sih?" tanyanya polos seolah tak menggangu ketenangan Anyelir, padahal sebaliknya. "Orang aku mau makan,"
Lagi-lagi Anyelir mengela napas lalu beranjak dari duduknya, "yaudah kalo mau makan, cepetan, lo pesen apa? cafe gue lagi rame ini, banyak yang harus dilayanin gak cuma lo doang," Dafa menyapu pandangannya, ternyata benar cafe yang dimiliki oleh orang yang sangat ia cintai itu ternyata ramai pengunjung. Pasti gadisnya lelah, pikir Dafa.
"Pesen mie patah hati ya, soalnya aku lagi patah hati ini ditolak mulu sih." Sindir Dafa, tapi sang gadis malah mencatat daftar list, terlihat cuek dan tak merasa.
Yaa, Anyelir memang seperti itu.
"Level?"
"Paling hancur lebur, berkeping-keping!" ucap Dafa dramatis dan hal itu mencuri perhatian Anyelir, terbukti kini gadis itu menoleh dan kembali mantap tajam ke arah Dafa.
Ck, lebay.
***
Dafa: Hari ini aku absen gak bisa nungguin kamu pulang😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Storie d'amore"Seolah terus di genggam, tapi tak bisa dimiliki" Itulah yang dirasakan Dafa yang setia mencintai wanita bernama Anyelir.