#2

3.5K 124 0
                                    

Marsella memasuki kelasnya dengan lesu. Moodnya di pagi hari sangat berantakan. Mengingat perlakuan Vino tadi yang mencengkeram lengannya sangat kuat, membuatnya begitu kesal.

"Liat deh ya ampun, ganteng banget."

"Andai gue jadi Laura, aaaaa pasti ga bakal gue lepas tuh si Vino."

"Kalo dia selingkuh sama cewek lain gapapa, asal jangan pergi. Vino i love you!!"

Ucapan para murid perempuan receh dan lenjeh di kelasnya itu, membuat Marsella semakin jengkel.

Seganteng apa sih Vino itu? Batinnya.

Ia melipat kedua tangannya diatas meja lalu menenggelamkan wajahnya. Berharap kekesalannya ini mereda dengan cara ia tidur.

"Guys, guru matematika lagi ga ada. Dia ada dinas. Kita cuma disuruh ngerjain soal halaman 75 di kertas folio terus dikumpulin ke gue."

Ucapan ketua kelas langsung di sambut heboh oleh seisi kelas.

"Cabut yuk?" Marsella mendongak ke atas.

"Kemana?"

"Kantin, mumpung ga ada guru."

Marsella mengangguk dan berdiri. Tangan kanannya sibuk memasukkan ponsel kedalam saku, dan tangan kirinya merapihkan sebagian bajunya yang keluar, sambil kakinya terus berjalan menuju kantin.

Sudah seminggu lebih Marsella menjadi murid baru di SMA NEGERI BANGSA. Tak apa bukan, jika dirinya sudah mendapatkan seorang teman?

Meski rata-rata, temannya itu berjenis kelamin laki-laki tapi itu tak jadi masalah. Asal ia tahu batas. Karena kedua orang tuanya pun membebaskan Marsella berteman dengan siapa saja, asalkan dirinya bisa menjaga dirinya sendiri.

Jika disekolah lain umumnya laki-laki yang sering kali berbuat onar, disekolah ini justru Marsella lah biang onar tersebut.

Beberapa guru dan Osis saja hampir jengah meladeni sikap Marsella. Mungkin sifat Marsella itu lah yang membuat semua laki-laki nakal disekolahnya berminat ingin menjadi temannya.

"Maaf anak-anak, sampai disini pertemuan kita. Nanti kita sambung lagi minggu depan, karena ibu ada rapat dinas di kantor Wali kota, selamat pagi."

Semua murid XII IPA 3 bersorak gembira saat mengetahui bahwa guru yang sedang mengajar akan melakukan rapat dinas. Itu artinya, beberapa jam kedepan kelas mereka akan jamkos.

"Vin kantin ayo." ajak seorang sahabat bernama Rey.

"Au, ngopi apa Vin. Diem-diem bae." Haikal, ikut menimpali.

"Oke, tapi gue ga bisa lama-lama ya. Ada urusan soalnya."

Haikal dan Rey sudah paham betul urusan yang di maksud Vino. Urusan apalagi jika bukan Osis. Karena dia adalah ketua Osis yang super sibuk. Maklum, beberapa bulan lagi lengser. Jadi, Vino tidak mau melewati banyak kesempatan di organisasi nya itu.

Kaki Vino melangkah keluar kelas. Badannya terdiam, dan langkahnya terhenti melihat Laura yang sedang membaca sebuah buku didepan kelas seorang diri.

Mereka berdua saling bertatapan cukup lama. Membuat Laura memilih tersenyum dan memutuskan kontak mata. Vino membalas senyuman itu dengan gugup, lalu bergegas pergi menyusul Rey dan Haikal yang sudah jauh dari tempatnya.

Sampainya di kantin, Vino mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang kosong. Masih pukul 8 pagi, tapi kantin sudah penuh.

Matanya tak sengaja melirik Marsella yang bergabung dengan beberapa laki-laki dimeja paling pojok.

'Kenapa Marsella ga gabung sama teman cewe-cewenya yang lain? Ah masa bodo, peduli amat gue.' Gumam Vino dalam hati.

Ketiganya memilih meja nomor dua. Karena hanya itu meja yang tersisa.

"Astagfir, itu cewek setiap kita lewat pas lagi sama lo, selalu aja macetin jalan. Pada kenapa si?" ucap Rey sambil mengibaskan tangannya di udara.

"Kan gue udah pernah bilang. Gue aja ga suka, apalagi lo kan? Udah nikmatin aja. Bentar lagi kan lulus, kapan lagi coba." jawab Vino.

"Sumpek gue liatnya. Giliran gue yang lewat, lenggang banget." Keluh Rey yang di balas tawa oleh Vino.

"Mereka kayak gitu sadar muka juga kali." Haikal memutar bola matanya ke atas.

"Maksud lo apa bambang? Kurang ganteng apa gue? Vino sama gue aja 11-15 ga jauh-jauh banget bedanya." Balas Rey dengan sewot.

"Lah mang iy–"

"Udah mending lo diem. Gantengan gue kemana-mana." Ucap Vino dengan santai.

Ketiganya terdiam, dan saling mengecek gadget nya masing-masing.

"Vin, liat dah tuh cewek." Vino mengikuti arah telunjuk Rey yang mengarah ke Marsella.

"Dia padahal cewek loh, kenapa dia gabung ama cowok ya?"

"Ga punya temen kali dia. Sikapnya aja songong!"

"Wah, ko lo tau kalo sikapnya songong? Jangan-jangan, udah saling kenal sama dia?"

"Hih, najis banget."

"Tapi ya Vin, tu cewek mayan juga di liat-liat. Anak ipa kelas 2 ya? Murid baru juga?"

"Iya kali, gue ga tau."

Haikal dan Rey masih sibuk melihat Marsella yang menarik perhatian mereka.

Vino tersadar dan teringat sesuatu. Bahwa tadi pagi dirinya menyuruh Marsella untuk keruang Osis pada jam istirahat. Namun melihat Marsella yang berada di kantin untuk apa susah payah menunggu jam istirahat yang masih lama.

"Vin, mau kemana?"

Rey dan Haikal kebingungan melihat Vino yang berjalan menuju meja Marsella. Rey menatap Haikal sangat lama.

"Tu anak kenapa?

Haikal mengedikkan bahunya, "Mana gue tau."

"Lo laper ga?" tanya Rey dengan serius.

Haikal mengangguk dengan semangat.

"Pesen sana, gue nitip."

Seketika wajah Haikal langsung tertekuk.

"Kenapa lo? Udah sana pesen, gue laper banget."

"Pinter banget lo. Lo aja sana, lo yang laper ini."

"Lah, bukannya lo juga laper? Tadi perasaan lo ngangguk cepet banget."

"Liat napa, rame banget."

Rey melihat kerumunan itu. Mereka saling mengantri makanan dengan berdesakan.

"Nah makanya itu, lo pesen. Gue di sini bantu doa."

Haikal mencibikkan bibirnya lantaran kesal dengan Rey yang hanya bisa menyuruh. Apalagi yang ucapannya nanti dia bantu doa lah, nanti akan bantu bawain makanannya lah. Omong kosong. Yang membawa tetap juga Haikal sendiri.

Vino semakin dekat dengan meja Marsella. Aroma parfum Marsella menusuk indera penciumannya. Mereka sedang tertawa. Tapi masa bodo. Siapa suruh berurusan dengannya. Lagi juga, ia tidak akan pernah takut pada Marsella atau pun teman-teman nya itu. Toh, dia juga sudah terbiasa menghadapi siswa ataupun siswi yang modelan seperti itu.

Saat langkahnya sangat dekat, semua mata di meja itu beralih menatapnya. Tawa mereka semua menjadi diam. Namun Marsella masih tertawa, karena tak ada yang memberi tahu padanya bahwa Vino kini berada di belakangnya.

***

Sori ya guys, kalo makin kesini makin ga nyambung, intinya jangan lupa vote+coment okeee

My Possessive Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang