#34

1.2K 34 3
                                    

Vino dan temannya menuju rooftop. Dengan alasan, ke kamar mandi hanya untuk kabur dari pak Sarip. Guru killer super parah si kalau dia mah.

"Gue gak habis pikir Vin sama lo. Segitu teganya lo bikin Ine ampe nangis kek gitu anying." Tutur Daffa yang mengambil posisi duduk di bawah.

"Ck, lo pun sama pasti kalo ada di posisi gue."

"Tapi bener Vin apa kata Ine, apa lo gak bisa gitu liat sedikit ke depan gimana perjuangan Ine buat dapet perhatian lo?" Haikal ikut menimpali.

"Kal, si Ine tuh cuma caper. Dia cuma pengen di pandang baik sama orang lain, tapi hati nya mah busuk."

Haikal dan yang lainnya tak paham dengan maksud Vino. Sebusuk apa Ine sampai membuat Vino tidak mau mengakui Ine sebagai tunangannya.

"Vino."

Semuanya menoleh. Marsella nampak terengah-engah karena menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3.

Membuat baju nya menjadi transparan akibat keringat. Untung saja Marsella menggunakan baju dalam. Jika tidak, bisa khilaf yang lainnya.

"Aduh anjir cape bet gila." Ujarnya sambil mengelap keringat di dahi.

"Ya lo segala ngajak gue kemari." Sahut Angel yang tengah mengatur nafasnya.

Vino masih menatap Marsella. Di tambah teman-temannya yang juga ikut menatap Marsella.

"Apa lo liat-liat gue?"

"Lah lo ngapain di sini?"

Degup jantung Marsella tak bisa terkontrol saat Vino mendekatinya. Meraih tangannya untuk mengajaknya duduk.

Bodohnya, Marsella malah menurut dan duduk di sebelahnya. Di samping, Vino mengelap keringat nya. Sudah lama Marsella tidak melihat wajah tampan Vino sedekat ini.

"Gue kasian Sel sama lo."

"Kasian kenapa?"

"Lo keringetan kan, gara-gara naik tangga cuma buat ke lantai 3. Sama aja Sel, kayak gue. Ibarat ngejar lo yang naik lift sama orang lain, sementara gue naik tangga darurat."

"Yeh tai." Sahut yang lainnya.

"Bacot ae,"

Satu hal yang Marsella tidak suka ketika sedang berada di hadapan Vino, yaitu di tatap. Tatapan tajam Vino yang seperti mengintimidasi.

"Jangan liatin gue kayak gitu, Vin."

"Kenapa? Salting?"

Marsella menggeleng dengan cara membuang wajahnya ke arah lain guna menghindari kontak mata dengan Vino.

Pipinya memanas. Membuat Vino hanya tertawa kecil melihat sikap Marsella.

"Vin, gue gak pernah mikir kenapa lo bisa sejahat itu sama Ine."

"Jahat? Di bagian mananya gue jahat, bukannya omongan gue itu bener? Kenapa si banyak banget yang bilang gue jahat sama Ine."

"Kenapa si Vin, kenapa gak lo liat dulu perjuangan Ine yang selama ini gak pernah lo liat. Selama ini kan lo cuma liat hasilnya, tanpa lo liat perjuangannya."

"Perjuangan apa? Perjuangan buat dapetin harta gue dengan cara ngaku sebagai tunangan gue?"

Keadaan menjadi dingin meski kini matahari sudah berada di atas menyinari mereka yang berada di rooftop.

Angin pagi sedikit sejuk, namun tidak untuk Marsella dan Vino yang sedang berdebat panas tentang sikap kasar Vino pada Ine.

"Apa salah Vin, ngakuin Ine sebagai tunangan lo? Kalo emang salah, kenapa lo gak jadiin Ine pacar lo aja. Biar lo bisa nerima dia."

My Possessive Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang