#5

2.5K 101 1
                                    

Marsella menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai. Membuat orang yang lewat, menatapnya dengan heran.

"Ini orang kemana sih, engga balik-balik." Katanya dengan pelan.

Sudah lebih dari satu setengah jam Marsella menunggu Vino yang tak kunjung datang.

Jangan–jangan itu orang ninggalin gue, lagi? Ah sialan!

Akhirnya sosok yang di tunggu, kini sudah kembali. Ia melirik Vino dengan kesal.

"Kenapa?" Vino bertanya dengan heran kepada Marsella yang melihat nya dengan tajam.

"Lo nyasar apa nyari ribut sama preman?"

"Heheh ya maap. Buku yang gue cari masalahnya ga gue temuin."

Marsella memutar bola matanya malas.

"Tau gitu gue balik duluan!"

"Terus kenapa masih disini? Ga punya ongkos?"

"So tau lo! Yaudah ayo pulang, ah!"

"Iye–iye bawel."

Didalam mobil hanya ada keheningan yang terjadi antara Vino dan Marsella.

Sesekali terdengar ketukan keyboard Marsella di ponselnya.

"Cie yang di chat doi."

Doi?

"Apaan si lo, garing."

Marsella kembali fokus pada ponselnya. Sesekali matanya melirik Vino yang sedang fokus memandang lurusnya jalan.

Tiba-tiba mata Marsella terbelalak saat melihat nomor tak dikenal mengirimkannya pesan.

0878349845** :

Hai sel?

Marsella mengernyitkan dahinya. Nomor siapa ini? Vino? Ia melirik Vino yang sedang menyetir.

'Masa Vino sih, ga mungkin.'

Iya, ini siapa?

0878349845** :
Levin, Sel.

Marsella mengehembuskan nafasnya lega. Ternyata Levin yang mengirimkannya pesan. Tak berniat membalas pesan Levin, Marsella memilih untuk menemani Vino yang sedang mengemudi meski mereka hanya saling diam.

Mobil Vino sudah sampai.

"Makasih." ucap Marsella dingin.

Vino menatap Marsella dengan sinis.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" Tanya Marsella.

"Harusnya yang ikhlas, pake senyum."

"Sono lo pergi ah."

Tiba-tiba seseorang wanita paruh baya, datang menghampiri mobil Vino.

"Eh Sela, kirain siapa. Ajak dulu temennya masuk." Marsella dan Vino menoleh ke arah April, mamahnya.

"Sini nak, masuk dulu." Ajak April dengan ramah.

Vino mengangguk. "Iya tante makasih. Lain kali aja, soalnya masih ada urusan."

April hanya mengangguk, sementara Vino menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Marsella.

Perlahan lahan mobil Vino menghilang, dan Marsella masuk kerumah terlebih dahulu di susul April dari belakang.

"Pacar kamu?"

Marsella berhenti.

"Bukan."

"Tapi cakep ih, mama suka."

"Mah ih, kalo mau suka jangan sama dia."

April terkekeh, "Orangnya baik ya."

Marsella tak peduli dengan ucapan mamahnya itu yang memuji Vino di depannya. Ah, salah dirinya harus ikut pulang dengan Vino tadi.

"Mamah oh mamah." Vino memasuki rumahnya yang berlantai 2 dengan lesu.

Melihat anaknya yang tiba-tiba berteriak, Laras segera menghampiri putranya itu sambil menutup kedua telinganya.

"Kamu itu ya Vin. Berisik tau ga?" Melihat mamanya yang menutup telinga, Vino hanya terkekeh geli.

"Iya mah, maaf." yang di tegur hanya tertawa.

"Ada apa si? Bukannya salam atau apa, malah teriak-teriak!"

"Iya–iya, assalamualaikum mamahku. Hari ini Vino mau bercerita."

Laras hanya mengangguki ucapan putra nya itu. "Wa'alaikumsallam." Ia pasti yakin bahwa Vino akan bercerita tentang gadis idamannya yang saat ini belum ia ketahui namanya itu.

"Cerita tentang apa? Gadis idaman kamu?"

"Iya mah, mamah kok tau si? Tau ga mah? Tadi rambut sebahu nya dia, diiket ke belakang, terus dia pake jepitan pita pink gitu. Aku belum pernah liat dia pake jepitan akhir-akhir ini. Tapi gapapa si, jadi makin cantik kayak mamah hahahaha. Mukanya manaan manis banget, gula aja kalah." ucap Vino sambil membayangkan wajah Laura.

"Ajak kesini makanya. Jangan cuma di ceritain doang."

"Dia udah Vino ajak mah, dia nya ga bisa terus."

"Yaudah gapapa, lain kali aja. Kali dia ada acara atau apa, iya kan?"

Apa yang diucapkan Laras ada benarnya juga.

Tapi Vino yakin, suatu saat nanti dia pasti bisa membawa Laura ke rumah, dan memperkenalkan nya kepada mamah dan papahnya.

Vino meninggalkan Laras yang sedang menonton tv menuju kamarnya.

Ia meletakan ponselnya di atas nakas lalu berbaring sambil membuka beberapa kancing bajunya.

Vino pun mengingat kembali kejadian tadi pagi. Wajah Marsella yang terkejut saat Vino memberi tau ucapannya itu, masih terngiang-ngiang di pikirannya."

Drtt.. Drtt..

"Halo, kenapa Do?" Vino mengangkat telefon saat ia melihat layar bahwa Aldo, teman sekolahnya selain Rey dan Haikal, menelpon.

"Sini Vin ke warung, ada gue sama bocah."

"Rame ga? Kalo rame gue gamau!"

"Kagak rame, cuma ada gue sama bocah."

"Oke otw."

Tutttttt.

Vino berdiri mendekati lemarinya dan mengambil sebuah baju hitam polos.

Setelah sampai di warung tempat ia dengan kawan kawannya berkumpul, Vino mendekat sambil memukuli bahu mereka satu persatu.

"Woi!"

"Woi, duduk sini lo."

Vino duduk di sebelah Satria, kemudian mengambil ponsel nya disaku dan memainkannya.

"Vin, si Laura jadian ya?" Vino yang sedang memerhatikan ponselnya secara serius, langsung beralih ke arah Bagas.

"Sama siapa?"

"Sama Levin, anak ketua basket itu." Mata Vino terbelalak saat mendengar kata LEVIN. Perasaannya kininsangat marah bercampur kecewa saat mendengar bahwa Levin dan Laura berpacaran.

"Demi apa, lo?"

"Sumpah Vin, nih liat."

Bagas menyodorkan ponselnya ke arah Vino dan menunjukan sebuah foto. Vino menggeram saat melihat foto-foto Laura dan Levin yang begitu dekat.

Membuat beberapa kawannya yang lain ikut melihat, dan mulai menstalk instagram Levin maupun Laura.

"Anjing!"

"Anjir Vin, ini mere-" Belum sempat Satria melanjutkan kata katanya, Vino terlebih dahulu merebut ponsemiliknya itu.

Vino melihat pasangan yang sudah resmi berpacaran itu dengan tangan mengepal. Bagaimana tidak, difoto itu terlihat jelas Levin sedang mencium pipi Laura.

Lemparkan saja, vote dan comment nya 😂❤

My Possessive Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang