#14

1.9K 86 0
                                    

Pada malam Minggu setelah kejadian kesalah pahaman, Vino mengajak Marsella untuk makan Bakso yang letaknya berada di pinggir jalan berdekatan dengan Alun Alun Kota Bandung.

"Yang?" Yang adalah panggilan sayang Vino untuk Marsella. Yang dipanggil menoleh dan tersenyum.

"Yang?"

"Sayang."

"Kalo Gecan? Udah gak laku?"

"Masih kok. Masih laku. Gecan ku sayang ku cintaku."

Marsella tertawa dan menepuk pundak Vino pelan. Vino menoleh dan langsung menggapai tangan Marsella yang menepuk pundaknya itu, lalu menciuminya berkali kali.

"Kamu kok tinggi si? Aku jadi gak pede jalan sama kamu. Pasti nanti pada ngira nya aku adik kamu, lagi." Wajah Marsella mendadak menjadi murung saat melihat bahwa tinggi dirinya adalah sedada Vino.

"Aku tinggi juga pasti buat kamu."

"Buat aku, maksudnya?"

"Ya mungkin kamu jawaban dari tinggi nya aku. Biar kalo kamu lagi nangis, aku bisa peluk. Terus kalo lagi ngambek, kamu kan bisa aku cium. Cium disini, nih." Vino menekan kedua pipi Marsella dengan gemas.

"Sakit tau ih!"

"Lagian itu pipi, apa-apa si? Ampe berisi gitu."

"Ini pipi tau!"

"Iya-iya maaf."

Akhirnya mereka berdua telah tiba di tempat makan tersebut. Mereka mengambil meja paling belakang.

"Kenapa dibelakang?"

"Ya gapapa si, aku kan pengen berdua sama kamu. Kapan lagi coba?"

Marsella hanya tersenyum tipis.

"Vin? Kan tadi kata kamu, kamu tinggi juga karena aku. Misalkan, kamu tinggi tapi bukan buat aku gimana?"

"Ya aku bakal minta ke tuhan buat jadiin diri aku pendek kalo aku gak sama kamu."

"Kalo kamu tinggi, tapi bukan buat aku gimana? Tapi buat cewek lain."

"Aku putusin dia."

"Hahahaha, boong banget kamu. Paling juga dalem hati jawabannya gak kayak gitu."

"Aku serius."

"Yaudah iya-iya."

Bakso pesanan mereka berdua telah tiba. Dengan senang hati, Marsella langsung memakannya. Sementara Vino tertawa melihat mulut Marsella yang penuh.

"Kamu kok tau si. Kalo aku lagi mau bakso?"

"Serius? Aku gak tau loh."

"Ini gak sengaja kali ya?"

Vino mengangguk dengan mantap.

Selesai makan, mereka berdua berjalan disekitar alun-alun kota Bandung. Vino merangkul Marsella sambil tersenyum. Mata mereka bertemu cukup lama.

Kemudian, Marsella mulai menyanyi dengan suara kecil.

Aku suka sama kamu
Kamu suka sama dia
Dia suka sama teman mu
Teman mu suka sama aku

Kalau mau nya hatiku,
Sudah saja kamu sama aku
Tapi kalau kalau begini
Lebih baik kita semua teman saja.

Marsella sengaja menekan kalimat TEMAN SAJA dengan lantang disamping Vino. Vino yang mendengar, langsung membekap Marsella dengan ketiak nya.

"Vino ih! Apaan si!!"

"Ga, engga. Gabakal aku lepasin."

"Vin ih!! Ketek kamu bau!!"

"Wangi."

"Bau!"

"Wangi sayangku."

"Bau ih! Lepasin Vin!" Marsella masih memberontak. Dan tangan nya masih saja berusaha untuk melepaskan tangan Vino dari dirinya.

Bekapan itu akhirnya terlepas. Marsella langsung menghirup udara segar dengan banyaknya dan mengatur nafas.

Sementara Vino, ia terbahak-bahak melihat wajah Marsella yang memerah akibat bekapannya.

"Apaan si kamu! Sakit tau kepala aku!" Marsella menjauh dari Vino dan duduk disalah satu bangku Alun-alun tersebut, sembari merapikan rambutnya yang berantakan.

Vino mendekat dan duduk disebelahnya. Ia melirik Marsella yang sedang merapikan rambutnya dengan tawa.

"Lagian, kamu nyanyi tapi kok akhirnya kayak di teken gitu. Mau nyindir nih?"

Marsella mengangkat bahu tanda tak peduli. Sementara Vino, tertawanya malah makin menjadi hingga membuat semua orang yang berlalu-lalang terpesona, terutama para perempuan.

Dengan cepat, Marsella langsung mencubit paha Vino dengan keras hingga membuat nya berhenti tertawa dan meringis kesakitan.

"Argh! Sakit Sela!"

"Kamu ngapain si ketawa? Banyak yang liatin kamu tuh dari tadi!"

"Terus kamu kenapa kesel? Emang nya kenapa kalo mereka pada liatin ketawanya aku? Ketawa aku bagus sih."

"Gasuka ih!"

"Cemburu?"

"Nggak!"

"Terus kenapa marah? Sakit tau, ampe dicubit gini. Nih merah!"

"Lagian kamu nya malah ketawa. Aku gasuka! Apalagi di tempat terbuka gini. Banyak cewek lagi!"

"Hahaha, bad girl dan jutek kayak kamu bisa possesive? Ngakak."

"Ngakak aja. Aku gak peduli ya. Lagian juga bener kok aku gak suka liat kamu ketawa, ketawa kamu bau jigong."

Tawa Vino semakin kencang. Marsella berdecak sebal dan langsung meninggalkan Vino yang masih terbahak ditempat sendirian.

"Eh Marsella tunggu. Cieelah marah. Marsella woi!!"

Malam semakin larut. Keduanya kini berada didalam mobil Vino dengan alunan musik yang mengisi kekosongan mereka. Keheningan, hanya ada itu diantaranya.

Marsella masih setia dengan tatapannya yang lurus. Melihat lampu merah yang tak kunjung menghijau.

"Ngantuk?" Vino berusaha bertanya kepada Marsella yang terlihat seperti menahan kantuk nya.

Marsella mengangguk dengan wajah yang kelelahan.

"Yaudah, tidur aja. Nanti kalo udah sampe, aku bangunin."

Marsella menyenderkan tubuhnya di atas jok mobil dengan mata yang sudah terlelap. Ia benar benar lelah.

Melihat Marsella yang tertidur pulas, dengan pelan Vino merapikan anak rambut Marsella yang menutupi wajahnya.

Ia sangat beruntung memiliki Marsella saat ini. Banyak perubahan dalam hidup nya semenjak Marsella hadir. Ia tersenyum tipis mengingat kembali awal pertemuan mereka.

Sampai ia tersadar, jika lampu sudah berganti menjadi hijau. Suara klakson mobil dari arah belakang membuatnya tersadar.

Ia menggapai tangan Marsella. Lalu ia cium tangan itu berkali-kali dengan mata yang masih fokus pada jalan.

"I love you!"

Guys, aku minta request dari kalian dong!
Siapa yang cocok jadi Vino, dan siapa yang jadi Marsella:((( udah itu aja:)) Thx, ya!!!

Salam : Author😚

My Possessive Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang