Manik bulat itu mengerjap lemah dengan dahi yang menyercit kuat. Tubuhnya mulai beranjak bangun dengan kepala yang sesekali berdenyut, matanya mengedar berusaha mengingat suatu hal. Namun semakin dirinya berusaha mengingat, semakin terasa sakit di kepalanya.
Telapak kaki putihnya mulai menapaki lantai kayu dan berjenjit seketika saat udara dingin penyapa kulitnya. Sekelebat kejadian mulai terbayang di kepalanya.
Malam temaram berbalut cahaya bulan. Tubuh yang di dekap erat. Bibir yang saling bertautan. Napas panas yang saling berhembus. Libido yang perlahan meninggkat. Suasana erotis yang cukup membara.
Jaejoong membulatkan matanya saat bayangan nista itu memenuhi ingatannya, namun begitu buram dan samar. Wajahnya memanas dengan jantung yang berdegup cepat.
Apakah dirinya berciuman dengan Jendral Ying? Di kamar ini?!
Jaejoong kembali menjatuhkan tubuhnya pada ranjang dan menampilkan raut tak percaya "Kenapa aku memikirkan hal kotor dengan Jendral jahat itu?"
Jaejoong langsung menegakkan tubuhnya marah "Hal itu tidak mungkin terjadi! Tidak akan!"
Tubuh rampingnya terus mundur hingga menubruk meja rias. Alis runcingnya bertautan. Bokongnya terasa sakit, padahal dia hanya menyenggol pelan meja itu.
Jaejoong menyikap hanfu dan melihat sebuah memar di kulitnya "Apakah aku terjatuh?"
Jaejoong berpikir jika mimpi erotis itu bisa saja menyebabkan memar pada kulitnya. Mungkin dia membentur sesuatu saat memimpikan Jendral Ying semalam. Pria cantik itu mengabaikan memarnya dan kembali membenarkan letak kain cantiknya.
Manik bulat itu menatap sekeliling ruangan. Kakinya mulai melangkah mendekati sekumpulan bunga pada sudut lain. Membelai lembut tiap kelopak cantik disana dan menghirup aroma khas dari bunga-bunga itu.
"Yang Mulia."
Jaejoong menatap Sungmin bersama beberapa dayang tengah berdiri di depan pintu dengan berbagai nampan pada masing-masing tangan.
"Anda harus segera membersihkan diri sebelum memulai kegiatan hari ini, Yang mulia."
Beberapa dayang mulai mendekati Jaejoong dengan Sungmin yang bergeming dalam posisinya, menunggu Jaejoong yang akan dipersiapkan.
Jubah tipis Jaejoong dilepas dan menyisakan dalaman tembus pandang, yang dengan segera dibalutkan sebuah kain. Mereka menuntun Jaejoong, yang membisu pada sebuah ruang dengan kolam besar yang cantik.
Jaejoong membiarkan dayang itu mulai melepaskan tiap kain pada tubuhnya. Kaki jenjangnya mulai menuruni tiap anak tangga untuk menikmati air beraroma lembut itu. Tubuh telanjangnya terendam hingga dada, dengan sebuah nampan berisi secangkir teh yang mengapung di sisinya.
Jaejoong mulai memejamkan mata saat tubuhnya diusap lembut lalu menyesap perlahan teh beraroma kuat itu. Cukup untuk menetralkan tiap rasa sakit yang sebelumnya membalut tubuhnya. Jaejoong mulai rileks dalam kehangatan air kolam.
"Yang Mulia, anda tidak bisa berlama-lama berendam disana. Ada kegiatan lain yang menunggu anda."
Jaejoong menatap sekilas Sungmin yang melebarkan sebuah kain lembut. Dengan malas Jaejoong beranjak dari kolam dan membalutkan tubuhnya dengan kain pemberian Sungmin. Kembali dihampirinya beberapa dayang yang telah siap dengan busana yang akan dipakainya.
"Memang apa kegiatanku hari ini?"
Sungmin menunduk sopan "Berlatih memanah serta tes pedang."
Jaejoong menahan pergerakan salah seorang dayang yang hendak memakaikannya hanfu cantik berwarna kuning terang dengan ekor sedang "Tidakkah lebih baik aku mengenakan ku (celana atau bawahan)?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Historical Fiction[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...