"Apa sebenarnya yang terjadi padamu, Permaisuri?"
Jaejoong menundukan kepalanya dalam, menolak untuk membalas tatapan Yunho "Maafkan aku, Yang Mulia."
"Aku tidak butuh maafmu, aku membutuhkan kejelasan pada kejadian barusan yang menimpamu. Rasa bersalahmu ini tidak dapat mengulang waktu dan menahan penyerangmu itu untuk tidak melukaimu, Permaisuri." seru Yunho marah.
"Yang Mulia?"
Yunho membawa Jaejoong yang tengah berbaring pada ranjang untuk didekapannya, tanpa berniat menyentuh lengan kanan sang Permaisuri yang terluka. Meski para tabib telah membubuhkan ramuan dedaunan terbaik, namun luka itu tidak mungkin dapat sembuh dalam sekejap dan hal ini benar-benar Yunho sayangkan.
Tidak seharusnya pasangan tercintanya ini terluka, jika saja dirinya tidak pergi terlalu lama. Mungkin saja kejadian barusan tidak akan terjadi. Atau setidaknya mereka tidak berhasil melukai Jaejoong.
"Aku terlalu mengkhawatirkan dirimu, Permaisuri. Hingga dada dan kepala ini terus dipenuhi pemikiran-pemikiran buruk yang bisa saja kembali menimpamu."
Jaejoong tersenyum kecil dan mulai meraih wajah Yunho untuk menatapnya "Lupakan kejadian itu, Yang Mulia. Semakin anda memikirkannya, maka akan membuat kesehatan anda menurun. Bukankah anda baru saja kembali pagi ini dan sudah pasti perjalanan jauh itu luar biasa melelahkan, bagaimana jika kutemani anda berendam di kolam?"
Jaejoong mulai melepaskan kaitan jubah kebesaran sang Kaisar seraya menumpukan tubuhnya di atas perut kokoh Yunho, hingga memperlihatkan kaki jenjangnya yang melingkari pinggang besar Yunho.
Manik musang itu sama sekali mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Jaejoong, yang terlihat begitu fokus pada jubahnya, Tangan besar Yunho mulai membelai sensual kaki indah Jaejoong dengan tangan lainnya menarik sang Permaisuri untuk lebih rapat dengannya.
"Tapi lukamu masih belum mengering, Permaisuri. Aku tidak ingin semakin menyakitimu." bibir hati itu bermain-main di antara bibir Jaejoong.
"Selama luka ini tidak tersentuh air, maka aku akan baik-baik saja, Yang Mulia. Untuk saat ini, biarkan aku menyambut kepulangan anda."
Yunho tidak lagi menunggu waktu lama dan langsung mengangkat tubuh indah Permaisurinya, membawa sosok cantik itu memasuki ruang lain yang telah dipersiapkan dengan sebuah kolam besar dan indah.
Yunho membiarkan Jaejoong melucuti tiap kain dari tubuhnya, tanpa dayang dan pelayan yang membantu- Jaejoong benar-benar memanjakan Yunho seorang diri. Meski beberapa kali dilihatnya pria cantik itu berdesis lirih ketika lukanya bergesekan langsung dengan kain indah yang membalut tubuh Jaejoong.
"Kau yakin, Permaisuri?" cemas Yunho, membantu Jaejoong menanggalkan jubah indahnya.
Jaejoong tersenyum manis "Aku tidak sepenuhnya memasuki kolam, Yang Mulia. Namun akan kutemani anda selama yang anda inginkan untuk berendam di kolam ini."
Yunho tidak dapat menahannya lagi, dengan sigap diraihnya wajah rupawan itu dan menyatukan bibir keduanya. Membelai-belai erotis lidahnya pada permukaan lembut Jaejoong dan menghisap-hisap kehausan bibir ranum itu.
Perlahan dituntunnya Jaejoong mendekati kolam, mengindahkan sehelai kain yang membalut pinggang hingga kakinya mulai dibasahi air, merasakan gemercik panas yang mulai menyentuh kulitnya dengan dekapan yang kian mengerat pada pinggang ramping Jaejoong, meski sempat menyercit saat merasakan perubahan yang cukup signifikan pada bagian tubuh terindah Jaejoong itu.
Apakah Jaejoong makan dengan baik akhir-akhir ini? Pikir Yunho cukup senang.
Manik musang itu mengunus tajam pada wajah rupawan yang masih menikmati ciuman mereka. Kelopak mata menawan yang menutupi bola mata seindah mutiara. Dahi putih yang menyercit dalam, seolah ada rasa penasaran yang timbul di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Historical Fiction[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...