"Ada apa kau menemuiku?"
"Aku hanya ingin memperingatkanmu, Song Liyin."
Mata indah itu memicing tak terima dengan wajah yang terlihat keruh "Lancang sekali Jenderal rendahan seperti dirimu memanggilku seperti itu, tuan Liu!"
"Bagaimana dengan dirimu? Selir yang ditugaskan Kaisar Ying untuk-"
"Hentikan, Dixin! Jika kau tidak memiliki sesuatu yang hendak dibicarakan, maka tinggalkan aku." Liyin membuang muka dan langsung memunggungi Dixin.
"Liyin, kita sudah berjanji untuk tidak menyakiti siapapun. Aku sudah berusaha sebaik mungkin-"
"Tapi aku sama sekali tidak melihatnya, kau pernah berjanji padaku di masa lalu namun pada akhirnya kau meninggalkanku."
Dixin terdiam dengan raut sesal "Kali ini saja aku memohon kepadamu, jangan sakiti siapapun... terlebih Permaisuri. Aku tahu kau tengah berusaha merebut perhatian Kaisar Ying."
"Kau tidak tahu apapun, Jenderal Liu! Jadi jangan sekali-kali menuduhku sembarangan!" Liyin mulai menjauhi Dixin dengan sepasang mata yang memicing penuh dendam "Dan jangan temui aku lagi."
Dixin memandangn Liyin hampa sebelum berseru pasti "Aku pastikan jika rencanamu tidak akan berhasil, Liyin. Memperebutkan kedudukan tidak akan membuatmu bahagia."
Sepasang manik bulat itu memandang tak percaya percakapan dua orang di depannya. Raut wajahnya mulai mendatar sebelum berbalik dan meninggalkan kolam cantik itu dengan cepat, mengindahkan suara sobekan dari arah belakang.
Hilang sudah minatnya untuk menghabiskan waktu seorang diri di taman indah seraya bermain-main dengan ikan kecil yang mengagumkan. Bayang-bayang ucapan singkat Jenderal Liu dan Selir Song telah memenuhi pemikirannya.
Sebenarnya apa yang terjadi hingga Yunho rela menjadikan Liyin selir bagi Qin? Adakah suatu hal yang tidak diketahuinya?
.
"Permaisuri."
Manik bulat itu tersentak ketika sepasang lengan besar mendekapnya begitu cepat, bahkan membuat jantungnya berdetak cukup keras karena terkejut.
Baru saja dirinya tiba di pelataran Pavilion Teratai ketika sosok Kaisar muda Qin langsung mendekatinya terbalut raut khawatir, terlebih dengan Xingyi dan Zilou yang menundukan kepalanya bersalah.
Jaejoong menampilkan senyum sesal setelah menyadari jika kedua dayang kepercayaannya itu baru saja menerima kekejaman Yunho sebelum dirinya tiba. Diraihnya lengan Yunho dan membawa sang pria kesayangan menuju sisi pavilion, tepat di taman bunga cantik kesukaannya.
"Tidak biasanya anda berkunjung dengan tiba-tiba, Yang Mulia. Ada yang hendak anda sampaikan?" Jaejoong mulai mendudukan diri pada salah satu kursi di bantu Yunho, meski usia kandungannya masih cukup muda namun Jaejoong mulai merasa kepayahan. Dipersilahkannya dua orang dayang menyiapkan beberapa kudapan kecil ditemani teh bunga mawar yang segar.
Yunho tersenyum simpul dan mulai membelai tonjolan yang kian terlihat dibalik jubah Jaejoong "Salahkan jika aku hendak mengabiskan waktu dengan pasanganku dan calon anak kita?"
"Tentu saja tidak, Yang Mulia. Kami sangat senang menghabiskan waktu bersamamu."
Yunho meraih tangan Jaejoong dan mengusapnya lembut, merasakan cinta dan kasih sayang dari sepasang manik bulat seindah mutiara langka itu. Menikmati hangatnya pagi dengan deru angin lembut yang menggoda.
Jaejoong terdiam, tak banyak berbicara seperti biasanya. Dahi putih itu menyercit samar, seolah menyimpan suatu hal yang berat. Kejadian yang dilihat Jaejoong sebelumnya cukup membuat Permaisuri cantik itu tidak focus dan terus memikirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Ficção Histórica[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...