"Beberapa orang penyusup baru saja meninggalkan istana Qin."
"Siapa mereka? Apa yang hendak mereka lakukan?"
"Kami mendengar jika mereka hendak membunuh Yang Mulia Permaisuri Ying."
"Apa rencana mereka?"
"Mereka akan mencampurkan makanan Permaisuri dengan racun bunga poppy."
"Kalau begitu, kita harus mencegahnya sebelum terjadi... atau kita semua tidak akan selamat."
.
.
.
Sudah tiga hari sejak kepergian sang Kaisar yang meninggalkan tahtanya dengan seorang Permaisuri rupawan kebanggan Qin. Jaejoong menjalankan harinya seperti biasa, menghadiri beberapa pertemuan, tentunya ditemani dengan beberapa dayang pilihan serta pengawal kepercayaan. Penjagaan Jaejoong luar biasa ketat, bahkan mereka tega melenyapkan lalat yang hendak menyentuh kulit indah sang junjungan.
Pemerintahan serta petinggi kerajaan pun tetap menjalankan tugas seperti biasa, dan mungkin pada beberapa situasi terlihat perbedaan yang mencolok. Selama mereka dipimpin oleh seorang Permaisuri, sudah tentu peraturan lisan yang berjalan tidak sama dari sebelumnya.
Jika dulu meresa selalu merasa tertekan dengan kepemimpinan Yunho yang tegas dan cermat serta akurat, terlebih Yunho selalu menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi detik itu juga- tidak peduli jika permasalahan yang dihadapi seberat mengangkat lima ekor gajah, Yunho tetap memaksa mereka berpikir cepat dan tepat.
Sedangkan Jaejoong memiliki kepemimpinan yang lebih santai dan fleksibel. Jaejoong akan memberi waktu bagi mereka untuk mencari tahu permasalahan hingga ke akar sebelum memutuskannya. Mereka tidak perlu merasa tertekan, terlebih dengan pembawaan Jaejoong yang tenang dan menarik. Membuat mereka nyaman, hanya saja itu yang membuat mereka juga terlalu banyak membuang-buang waktu dan sering menunda. Terlalu terbuai akan kepemimpinan bebas Jaejoong.
Jaejoong tengah mempersiapkan diri. Setelah membersihkan diri di kolam indah dengan aroma bunga mawar kesukaannya serta telah mengenakan hanfu indah bermotif bunga teratai terbalut jubah kebesarannya. Kini Jaejoong tengah membiarkan tiga orang dayang mengurusi surai panjangnya.
"Adakah yang ingin anda kenakan untuk pagi indah ini, Yang Mulia?"
Jaejoong melihat sebuah baki yang dipenuhi oleh giok pilihan, disamakan dengan pakaiannya kali ini. Jemari cantiknya menyentuh satu persatu giok cantik itu. Dari yang terbesar- biasa digunakan untuk pertemuan formal, menemani Yunho. Sedang- digunakan untuk menemani Yunho pada setiap jamuan penting. Kecil- bentuk yang sering kali dikenakannya ketika menikmati waktu berdua bersama Yunho.
Semua giok itu berbentuk sama, hanya ukuran saja yang berbeda serta hiasan yang mengelilinginya. Semakin besar ukuran giok cantik itu, maka semakin mewah hiasannya.
"Ini saja, dan gelung seluruh rambutku."
Xingyi segera meraih giok mungil menawan yang dipilih Jaejoong dan segera merapikan surai panjang sang junjungan. Menggelung dengan berhati-hati tiap helai hitam itu dan memasangkan giok bunga teratai disana.
Jaejoong menatap refleksinya pada cermin besar di depannya, sebelum melangkah meninggalkan ruang mewah itu. Diikuti beberapa orang dayang dan pengawal, Jaejoong melintasi panjangnya lorong indah yang di kelilingi tanaman merambat yang tumbuh subur, dengan pemandangan taman yang menghampar luas di kelilingi pepohonan rindang dan kebun bunga cantik.
Terkadang Jaejoong membayangkan sosok anak kecil yang berlarian gesit mengitari taman dengan dirinya yang tertawa lepas serta Yunho yang memperhatikan keduanya dengan penuh kasih. Andai saja angan itu dapat terwujud, namun Jaejoong tidak ingin mengharapkan suatu hal yang belum pasti. Dengan memiliki Yunho serta mendapatkan Qin dirasa cukup luar biasa, di samping dirinya yang sangat jarang bersyukur serta kepuasan yang kerap kali lenyap.
![](https://img.wattpad.com/cover/110976586-288-k57524.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Fiksi Sejarah[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...