16. Ying Jaejoong

3.7K 474 46
                                    

Sosok semampai itu melangkah gesit, melewati puluhan prajurit yang berjaga. Dengan tubuh terbalut jubah kelabu serta wajah yang terhalang tudung, dirinya begitu mudah menyelinap di antara gelap. Memasuki sebuah gua besar dan melewati lorong dengan penuh kewaspadaan.

Dikeluarkannya sebuah bulatan kecil yang mengeluarkan aroma busuk nan tajam sebelum melemparnya. Kaki-kaki pendeknya melangkah bagai melayang-layang di atas awan- yang tidak sedikitpun mengeluarkan suara. Terlihat lima orang penjaga tak sadarkan diri sebelum membuka salah satu pintu.

Didapatinya susunan kayu-kayu rapat mengelilingi seorang wanita yang terduduk menyedihkan dalam balutan hanfu kusam. Perlahan dibukanya tudung yang menutupi wajahnya dan memperlihatkan sepasang obsidian tajam dengan ukiran unik khas Zhou.

"Ji Faxian?" selir Wang mulai bangkit dari duduknya dan melangkah anggun mendekati selir Ji, terlihat senyum cerah di sana saat melihat sang madu "Aku tahu kau akan datang dan menolongku." selir Wang bahkan dengan percaya diri menampilkan raut angkuh pada selir Ji "Segera bebaskan aku dari tempat mengerikan ini. Aku benar-benar tidak terbiasa dengan suasana menyedihkan, kau tahu itu."

Selir Ji tersenyum tipis dan mendekati selir Wang "Aku rasa kau harus membiasakan diri, namun sepertiya kau tidak akan lama tinggal di tempat ini. Bukan begitu, Wang?"

Wanita itu langsung melayangkan tawa sinisnya "Tentu saja. Kalau begitu cepat keluarkan aku dari sini agar aku dapat meminta putramu untuk membebaskanku dari tuduhan Ying Yunho."

"Sayang sekali, aku tidak bisa."

"Apa maksudmu, Faxian?!"

Obsidian cantik itu memicing tajam dengan senyum dingin yang mulai terbingkai "Kau berniat memanfatkan putraku dan kembali menjadikannya bonekamu? Kau pikir aku ini wanita bodoh?!"

"Aku memang membiarkanmu membantuku untuk menyingkirkan sang Permaisuri serta Putra Mahkota Yi. Namun aku tidak akan membiarkanmu merebut tahta yang seharusnya milik putraku!"

Air wajah selir Ji menggelap "Dengan melihatmu seperti ini malah membuatku lega, dan seperti katamu- aku juga tidak terbiasa dengan tempat menyedihkan ini."

"Atau kau ingin menyampaikan pesan di pengujung harimu? Bukankah besok adalah hari eksekusimu?"

Selir Ji berbalik dengan raut puas seraya kembali mengenakan tudung di kepalanya "Hanya saja... beberapa hari terakhir aku sering melupakan beberapa hal tidak berguna, jadi kau tidak perlu mengatakan apapun kepadaku, Wang."

.

Senyum terulas begitu tipis saat obsidiannya melihat pemandangan manis di depannya. Sosok cantik itu telah tumbuh menjadi pemuda rupawan yang mengagumkan. Tubuh berisinya dalam balutan hanfu mewah serta jubah dengan ekor yang menjuntai dan sebuah mahkota yang dikelilingi batu-batu bersinar indah. Membuat sosoknya amat mempesona.

Hatinya berdesir lembut saat sosok cantik yang telah menjadi Permasuri Qin itu membelai penuh kasih bagian perutnya yang membulat. Ingin rasanya mendekat, namun ini bukanlah waktu yang tepat.

Jarak keduanya tidak terlalu jauh, dengan sebuah batang pohon besar yang menyembunyikannya serta kegelapan yang menyamarkan sosoknya. Hanya cahaya rembulan yang menjadi satu-satunya bantuan.

Hingga jendela besar pavilion itu mulai tertutup, menghalangi pandangannya akan sosok sang pemuda cantik.

Dengan perasaan lega selir Ji berbalik menjauhi hingga sosoknya menghilang di antara kegelapan, setidaknya dia tahu jika Yi Jaejoong- sosok polos dan lugu yang pernah dirawatnya dulu, kini telah hidup dengan baik dan bahagia.

...

Jaejoong termenung seorang diri di kamarnya. Hari ini adalah penentuan eksekusi selir Wang setelah sebelumnya malam kemarin Liyin sudah terlebih dulu melewatinya. Jaejoong yang menginginkan hal ini, namun perasaannya begitu sukar diartikan. Tidak ada kepuasan atau rasa antusias karena telah menyingkirkan para musuh-musuhnya.

The Beginning of QinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang