Chap 9

4K 565 92
                                    

Jaejoong melangkah cepat penuh amarah. Sudah hampir seharian penuh dirinya menunggu kehadiran Jendral Ying di bukit bagian barat pavilion teratai. Namun pemuda licik itu tidak juga datang, hingga akhirnya seorang prajurit mengampirinya dengan sebuah pesan dari sang Jendral.

"Panggilan dari Kaisar katanya?! Hingga rela mengabaikan undanganku! Lancang sekali."

Jaejoong mengabaikan seruan khawatir dari barisan dayang di belakangnya. Jaejoong sudah terlanjut marah.

"Setelah melecehkanku di kolam mandi, kini Jendral licik itu mengabaikan undanganku?! Aku tidak terima ini."

Sret

Jaejoong langsung memasuki ruangannya. Napasnya sedikit memburu karena terlalu cepat melangkah. Bahkan tatanan rambut panjangnya telah berantakan, dengan anak rambut di sekitar wajah.

Dibukanya jubah tebal yang membalutnya. Kaki panjangnya melangkah menuju sebuah cermin raksasa. Jaejoong menatap pantulan tubuhnya. Benar-benar buruk dengan keringat yang terus menetes. Wajahnya terlihat cukup kusam oleh debu.

"Yang Mulia."

Jaejoong menatap beberapa dayang yang telah siap dengan berbagai nampan. Jaejoong merasa baru saja membersihkan diri, namun kini dia harus kembali berendam di kolam.

Dayang lain membawa nampan dengan berbagai hidangan menggugah selera dan mulai menatanya pada meja besar di sisi ruangan.

"Apakah anda ingin makan terlebih dulu, Yang Mulia?"

Jaejoong melirik pakaiannya dengan pandangan jijik lalu melepaskan pita yang menggulung rambutnya. Surai hitam panjang itu tergerai begitu indah. Terlihat sangat lembut dan menawan. Mungkin Jaejoong tidak menyadarinya, namun para dayang terlihat begitu terpana pada pergerakan Jaejoong yang melepaskan pita.

Tubuh ramping yang hanya terbalut hanfu putih tipis serta rambut yang tergerai, menjadi pemandangan terindah bagi siapapun yang melihat. Para dayang seketika mengakui jika Jaejoong akan menjadi Ratu tercantik dan terindah pada sejarah Qin. Bahkan melebihi beberapa wanita dari petinggi Kerajaan yang diangkat menjadi selir.

"Begitu mengagumkan, melebihi para selir." guman seorang dayang muda tanpa sadar.

Jaejoong lantas memutar tubuhnya cepat dan mendekati sang dayang. Manik bulatnya menyipit tajam, membuat dayang muda itu ketakutan.

"Selir? Aku baru mendengarnya. Kaisar Ying memiliki selir?"

Jaejoong mengeram tertahan. Jaejoong tidak akan membiarkan Kaisar bertemu selir-selirnya lagi setelah ini. Usai penobatan nanti, Jaejoong akan membuat Kerajaan ini berada di bawah kekuasannya.

"B-benar, Yang Mulia... Kaisar Ying memiliki beberapa selir dari petinggi istana." jelas seorang dayang paruh baya.

Jaejoong berbalik cepat. Terlihat begitu kesal. Beberapa katanya? Bukankah itu berarti lebih dari satu?

Jaejoong merasa cukup terhina. Haruskah dirinya menyingkirkan selir-selir itu? Tapi cukup sulit ketika Jaejoong belum memiliki pendukung di Kerajaan Qin. Terlebih Kaisar yang seolah menjauhinya.

Sayangnya, Jaejoong telah berambisi untuk menguasai istana cantik ini. Kaisar Ying telah merebutnya dari Zhou, dan sudah seharusnya Kaisar Ying membahagiakan Jaejoong di Qin.

"Berapa banyak selir Kaisar?"

Para dayang saling berpadangan takut. Terlebih suara Jaejoong terdengar begitu tajam dan penuh ancaman. Dengan gugup salah seorang dayang memberanikan diri untuk menjawab, meski sekitar dahinya telah meneteskan pelu.

Jaejoong memang sosok yang lembut dan baik. Bahkan jarang sekali memarahi dayang. Mereka juga tidak di repotkan oleh permintaan sulit dan aneh dari Jaejoong. Sejak kedatangannya, para dayang dengan mudah dibuat jatuh cinta. Hanya saja ada saat dimana Jaejoong terlihat mengerikan.

The Beginning of QinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang