Chap 14

3.4K 510 70
                                    

"Tidurmu nyenyak, Permaisuri?"

Manik bulat itu langsung dihadapkan oleh wajah rupawan sang Kaisar, dengan bibir hati yang mengulaskan senyum tampan serta binar bahagia. Jaejoong menautkan dahinya dengan pemikiran yang masih mengambang. Bias mentari sudah mulai menyinari ruang cantik dengan berbagai warna kelopak bunga yang telah menyambutnya.

Jaejoong kembali teringat dengan kejadian semalam. Dimana dirinya mengikuti sekelompok mencurigakan yang membawanya ke dalam hutan, hingga dirinya dikejutkan dengan keberadaan selir Wang serta Jin Zaotan. Lalu bagaimana kelanjutan peristiwa setelahnya? Apakah dirinya tertidur ketika perjalanan kembali?

"Apa yang kau pikirkan, Permaisuri? Aku tidak menyukai permukaan indah ini berkerut terlalu dalam." Yunho membelai lembut dahi Jaejoong dan meninggalkan kecupan singkat di sana.

Jaejoong mulai beranjak dari baringnya dan bersandar manja di bahu Yunho. Sama sekali tidak mengerluarkan suara dan kembali terpejam nyaman.

"Apakah bawaan bayi kita hingga membuatmu semanja ini, heum?"

Jaejoong menoleh cepat dengan raut kosong "B-bayi? Bayi siapa, Yang Mulia?" serunya penuh rasa terkejut.

Yunho tertawa kecil seraya mengusap hati-hati bulatan yang mulai tampak dari perut yang terbalut selimut khusus "Disini. Sosok impian kita berdua tengah berlindung. Bayi kita berdua, Permaisuri." lirih Yunho penuh arti dengan sepasang manik musang yang memandang dalam Jaejoong.

Wajah cantik itu membeku dengan raut luar biasa tak percaya, hingga secara perlahan manik bulat rupawan Jaejoong mulai berkaca-kaca dengan kedua tangan yang telah mencengkram kuat jubah hitam kebesaran Yunho.

"B-benarkah? Ini bukan gurauan semata?" bisik Jaejoong begitu kelu.

Yunho langsung membawa sang Permaisuri ke dalam dekapannya dan membelai sayang surai panjang Jaejoong, menenangkan sang pasangan yang dalam keadaan emosional.

"Tentu saja, Permaisuri. Setiap doa dan penantianmu kepada Dewa telah terpenuhi... bukankah Dewa begitu menyayangimu, seperti diriku yang begitu mencintaimu."

Jaejoong sama sekali tidak dapat berucap apapun. Hatinya terlalu bahagia hingga sangat sulit mengungkapkannya dengan kata-kata. Rasa haru mulai memenuhi dirinya dengan perut yang bergejolak lembut. Sepertinya sang bayi juga dapat merasakan kebahagiaannya.

Pagi ini terlalu indah untuk di lewatkan begitu saja, namun Jaejoong tahu pasti jika Yunho memiliki tugas lain dan dengan terpaksa membiarkan lengan kekar itu mengendurkan tautannya.

Senyum cantik Jaejoong terulas kian lebar, dengan air wajah yang bersinar indah. Jaejoong merasa jika kehamilannya ini dapat membawa keberkahan tiada akhir bagi Dinasti Qin, dinasti mereka. Terlebih bayi yang terlahir darinya, yang merupakan bagian dari dirinya dan Yunho.

"Yang Mulia ini terlalu banyak hingga aku tak kuasa untuk menerimanya." ucap Jaejoong kebingungan "Namun aku bahagia karena dapat memberikan anda keturunan. Terima kasih... terima kasih karena telah mempercayaiku, Yang Mulia."

Yunho kembali membelai perut Jaejoong lamat-lamat, merasakan kehadiran sebuah detakan lebut di sana dan menyapa sosok mungil yang tengah bersemayam.

"Seharusnya dirikulah yang berterima kasih kepadamu, Permaisuri. Ini adalah hadiah luar biasa yang kau berikan padaku dan negeri ini. Aku sangat mencintaimu, Ying Jaejoong."

"Hamba juga mencintai anda, Yang Mulia Ying Yunho." sahut Jaejoong pelan sebelum menarik lekuk Yunho untuk membawa keduanya ke dalam ciuman hangat penuh rasa haru yang tak terbayangkan.

.

Lekuk cantik itu tak lepas dari wajah rupawan Jaejoong. Dengan tangan yang terus merapikan penampilan sang Kaisar, yang terbalut jubah kebesaran biru tua dengan dalaman cerah serta seutas kain yang melingkari pinggang kokohnya.

The Beginning of QinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang