Jaejoong hanya dapat terdiam saat tiga orang dayang membalutkan tiga lapis kain pada tubuhnya. Manik bulatnya menatap nampan dengan sepasang kain putih serta alas kaki berwarna hitam, yang setelahnya dikenakan pada kedua kaki cantiknya.
Wajah rupawannya terus menampilkan raut angkuh selama para dayang merapikannya, meski hatinya terus merasa dongkol bukan main ketika menyadari jika kain-kain yang membalut tubuhnya adalah hanfu, khusus untuk seorang gadis yang sedang masa kurungan sebelum melangsungkan pernikahan. Jaejoong merasa terisolasi karenanya, terlebih sesuai adat yang ada Jaejoong tidak boleh pergi kemanapun setelah ini.
"Kami sudah selesai, Yang Mulia"
Diamatinya baik-baik penampilannya saat ini. Jaejoong akui jika dirinya begitu cocok dalam balutan hanfu mewah bernuansa merah ini, terlebih dengan surai panjang yang tergerai sebagian. Membuat Jaejoong berkali lipat lebih menawan. Tetapi harga dirinya cukup terluka.
Mengabaikan penampilannya saat ini, Jaejoong meraih sembilah pedang cantik yang begitu panjang dan runcing. Dirinya sempat tertegun saat menyadari betapa ringannya pedang cantik itu, terlebih dengan pegangan yang terasa lembut dan nyaman. Benar-benar membuatnya jatuh cinta.
Tubuh rampingnya menyelinap dengan lihai, meski sempat direpotkan oleh kain yang membentang cantik dikakinya. Manik bulatnya menatap sekitar pavilion tempatnya berada sebelum mengendap-endap pergi.
Tanpa tahu jika sosok tinggi dengan jubah hitam kebanggaannya tengah menatap Jaejoong dengan kedua manik musang tajamnya. Bibir hatinya menyunggingkan senyum penuh arti "Selalu saja berbuat ulah, huh?" bisiknya tersapu angin
"Jendral, tuan Lui telah kembali dan ingin menemui anda"
Dilihatnya Dixin yang menunduk sopan sebelum melangkah cepat menuju pavilion lain tempatnya tinggal. Melewati beberapa gerbang megah dengan ukiran naga emas kebangaan Qin serta ratusan prajurit yang berjaga.
"Persilahkan dirinya masuk" titahnya cepat sebelum berdiri tegap menghadap pintu dengan Dixin yang setia disisinya.
Terlihat sosok manis dengan beberapa luka kecil pada wajahnya melangkah pelan menuju sosok tinggi besar itu dan menunduk singkat sebagai pengabdiannya.
"Hamba kemari untuk menghadap anda, Jendral Ying"
"Apa yang ingin kau katakan padaku, Shengmin?" Tanya Jendral Ying tanpa tedeng alih-alih
Senyum kecil terulas pada bibir mungil Shengmin yang masih menunduk dalam, sebelum menatap berani sosok tinggi didepannya "Hamba hanya ingin menyampaikan keinginan hamba kepada anda, Jendral"
"Atas dasar apa kau bersikap lancang seperti itu?" Jendral Ying terlihat begitu marah, terlebih Shengmin terus menampilkan raut menantang padanya.
"Hamba tidak memiliki alasan khusus untuk itu. Tapi hamba memiliki sesuatu hal akan sosok Jendral Agung Zhou sebelumnya, Jung Ilhoon"
Jendral Ying membulatkan matanya sesaat sebelum mendelik tajam pada sosok manis didepannya "Apa yang kau inginkan sebenarnya, Shengmin?!" desisnya mencekam dan sempat membuat Shengmin bergetar takut
"Izinkan hamba menjadi pengawal bagi Yang Mulia Yi Jaejoong, Jendral. Hamba bersumpah akan melindungi beliau dengan nyawa hamba sebagai jaminannya" ujar pemuda manis itu dengan begitu lantang dan penuh keyakinan.
"Aku tidak akan membiarkan sosok asing untuk menjadi tangan kanan calon Permaisuri negeri ini" cegat Jendral Ying bengis
"Hamba tidak akan memaksa anda untuk mengizinkannya, namun selamanya anda tidak akan mengetahui sosok Jung Ilhoon, Jendral!" Shengmin berdesis kuat "Anda tidak akan mengetahui sosok ayah anda yang sebenarnya, Jendral..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Historical Fiction[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...