11. Beauty Empress

4.3K 512 60
                                    

"Aku tahu kau tidak benar-benar ingin melukai Yi Jaejoong. Kalian pernah memiliki masa kecil yang bahagia, bukan begitu?"

"Apa yang kau ketahui tentang diriku, huh?"

"Mulutmu memang dapat mengelak, tapi matamu menjelaskan semua... kau seperti buku yang terbuka lebar."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

"Aku hanya ingin... melindungi Yi Jaejoong. Dan aku yakin kau juga akan melakukan hal yang sama- aku tahu kau pernah memiliki perasaan lain padanya."

.

.

.

Yunho menatap dua pria di depannya lekat-lekat sebelum mendesah dalam dan melirik sebuah perkamen yang menjadi topik diskusi itu.

"Kapan keberangkatan dilaksanakan?"

"Lebih cepat lebih baik, Yang Mulia. Terlebih Dinasti Zhou akan mengangkat Kaisar dan Permaisuri sekaligus, serta ada beberapa hal yang harus di selidik lebih jauh di sana." jelas Dixin.

"Permaisuri Ying memasuki ruangan!" Protokol istana berseru lantang dari luar ruangan.

Yunho menatap tajam kedua pria didepannya yang terlihat tegang. Yunho mengangguk pelan dan mempersilahkan keduanya untuk meninggalkan ruangan, bersamaan dengan kedatangan Jaejoong yang membawa sebuah tampan berisi beberapa cawan cantik diatasnya.

"Apakah aku mengganggu anda, Yang Mulia?" Tanya Jaejoong lembut seraya meletakan nampan pada sisi meja yang dipenuhi perkamen milik Yunho.

Yunho menggeleng kecil dan menatap dalam Permaisuri cantiknya "Jadi apa yang membuatmu jauh-jauh datang kemari, Permaisuri?"

"Izinkan aku, Yang Mulia."

Yunho mengulurkan salah satu tangan yang dipinta Jaejoong. Manik musangnya menatap dalam wajah rupawan sang Permaisuri yang kini tengah membuka lengan jubahnya. Memperlihatkan luka memanjang yang terlihat basah serta beberapa sisi masih mengeluarkan darah.

Yunho termenung saat Jaejoong memerah sebuah kain dari rendaman ramuan dedaunan sebelum membalutkan kain itu pada lukanya. Mengusapnya perlahan. Menekannya dengan sangat berhati-hati.

"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku telah melukai anda, menuduh anda dengan begitu jahatnya, membuat anda marah. Mohon hukum aku, Yang Mulia." lirih Jaejoong seraya terus mengobati luka Yunho. Kepalanya terus tertunduk dalam dengan manik bulat yang menyendu, menolak untuk menatap wajah Yunho.

Yunho beranjak dari duduknya untuk mempersempit jarak keduanya. Menyingkirkan meja yang dipenuhi perkamen dan membawa Jaejoong mendekat "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Permaisuri. Aku tahu hal ini akan terjadi. Dan biarlah berlalu, jangan diingat lagi."

Jaejoong memberanikan diri untuk menatap Yunho. Membalas senyuman Yunho dengan lekuk manisnya. Jaejoong merapatkan tubuh keduanya dan bersandar nyaman pada bahu Yunho. Menikmati kehangatan tubuh besar Yunho yang melingkupinya. Terlebih belaian lembut menyapa punggungnya nyaman.

"Terkadang aku berpikir jika hidup di istana tidak akan pernah pernah ada kebahagiaan..." Jaejoong menatap Yunho yang memandangnya dalam "Tapi kini aku merasakan kebahagiaan itu tengah menghampiriku, meski kurasa itu tidak akan lama."

Yunho terdiam. Kata-kata Jaejoong seolah tengah menyindirnya. Dibelainya pemukaan lembut pipi Jaejoong lalu mengecup dalam bibir ranum itu cukup lama, seolah menyalurkan semua kata yang tidak sempat terucap.

"Kebahagiaan memang bukan hal yang abadi. Ada saatnya kita dihadapkan suatu ujian untuk mencaritahu kebahagiaan yang sebenarnya. Namun... aku akan selalu berusaha untuk selalu membuatmu tersenyum, Permaisuri. Meski dimatamu apa yang kulakukan itu akan menyakitimu, tapi percayalah jika itu memang untuk kebaikanmu, untuk perlindunganmu dan senyummu."

The Beginning of QinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang