Manik musang itu menatap tajam penuh dendam kearah sang Kaisar yang tengah menatapnya sendu. Kedua tangannya terkepal erat dimasing-masing sisi, tubuh besarnya berdiri tegap dihadapan para menteri yang menatapnya sinis, serta beberapa saudara laki-lakinya menatapnya dalam diam, tak dapat berkomentar apapun.
"Sesuatu yang dikatakan tanpa adanya bukti adalah palsu. Terlebih yang melakukannya adalah seorang Kaisar yang Agung, dan perintah yang diberikan tanpa persetujuan beberapa pihak adalah tindakan yang amat sangat gegabah. Aku memang tidak pantas berkata seperti itu serta telah memperlakukan seorang Kaisar dengan lancang, terlebih diriku hanyalah seorang Putra Mahkota yang sebentar lagi diturunkan tahtanya. Jika saja aku memiliki kekuasaan yang lebih, maka akan aku buktikan kepada Yang Mulia jika apa yang Permaisuri katakan adalah kebenaran. Anda telah dibutakan oleh bibir manis selir pertama."
"Putra Mahkota Yi! Tidak sepantasnya anda berkata seperti itu kepada seorang Kaisar. Seharusnya anda menerima apa yang telah Kaisar Agung putuskan." Manik musang itu menatap remeh salah satu menteri yang berseru tegas kepadanya. Dengan senyum tipis namja tampan itu menatap beberapa menteri yang telah menentangnya.
"Lantas apa yang membuatmu berani mengaturku dengan kata-katamu itu, Menteri Zhou? Aku hanya menginginkan keadilan yang seharusnya telah kudapatkan, jika saja orang-orang sepertimu tidak mengalihkannya dan membuat semua ini semakin rumit." Namja tampan itu menatap datar Kaisar yang masih terdiam sebelum pergi meninggalkan ruangan mewah nan besar itu diikuti beberapa pengawal dan dayang.
Mata baya sang Kaisar menatap tubuh tegap salah satu putra kebanggaanya yang menghilang dibalik pintu besar dihadapannya dengan tangan yang mengepal kecil. Masih dapatkah dirinya menganggap sang Putra Mahkota sebagai putranya setelah mengetahui kebenaran yang sebenarnya? Masih bisakah dirinya memanggil namja tampan itu Putra Mahkota kebanggaannya setelah semua kejadian ini?
Diliriknya para menteri yang masih menundukkan kepalanya dalam akan perkataan sang Putra Mahkota serta keempat Pangeran yang menatapnya kebingungan. Terlebih salah satu Pangeran yang paling muda diantara ketiga lainnnya, atau bisa dikatakan keempat putranya yang lain. Pangeran bungsunya yang akan berusia 16 tahun pada dua purnama yang akan datang. Pangeran bungsunya yang spesial dan sangat dicintai rakyatnya akan kebaikan hati yang dimilikinya itu, kini harus menanggung beban berat diusianya yang masih sangat belia.
Kaisar tidak tega menatap raut sendu dari wajah rupawan sang Pangeran bungsu. Manik bulat itu adalah salah satu dari sekian kelemahannya. Wajah indah dengan bibir ranum berwarna merah penuh, bola mata hitam besar yang membuat tiap orang terpikat, hidung mungil yang runcing. Indah. Sangat indah, dan keindahan itulah yang membuat dirinya sangat luar biasa menjaga sang Pangeran bungsu, terlebih akan kelebihan mengagumkan yang diberikan Dewa dengan murah hati kepada sang Pangeran.
"Yang mulia..." Mata tua itu berkedip sesaat dan mengalihkan tatapannya dari sang Pangeran bungsu yang telah menundukkan matanya dalam, lalu melayangkan tatapan tegas pada para menteri yang masih menunggu keputusannya.
"Meski berat... tapi aku akan tetap menyerahkan tahta yang seharusnya milik Putra Mahkota Yi Yunho kepada Pangeran bungsu. Tapi jika Putra Mahkota Yi bisa melaksanakan syarat yang aku berikan, maka tahta ini akan kembali padanya."
...
Yunho memasuki tempat dimana para tahanan berada dengan langkah cepat. Manik musangnya menatap sedih sang Permaisuri yang meringkuk pada salah satu ruang kecil yang dibatasi kayu-kayu besar yang dipasang renggang pada tiap sisinya. Langkahnya memberat ketika melihat wanita cantik itu dalah keadaan yang memprihatinkan, terlebih dengan pakaian yang tidak selayaknya seorang bangsawan sepertinya kenakan. Yunho menundukkan tubuhnya untuk menatap lebih dekat sang Permaisuri yang terlihat memejamkan matanya, diulurkan salah satu tangannya untuk menggenggang jemari lentik wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Ficción histórica[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...