Manik bulat itu mentap jauh ke arah danau cantik yang membentang di hadapannya. Sesekali mengayunkan tubuhnya, memberi kenyamanan pada sosok mungil yang terlelap dalam dekapannya.
Deru angin membelai lembut keduanya dengan beberapa dedaunan yang berguguran. Aroma musim semi begitu kental menyapa penciuman terbalut pemandangan warna warni pepohonan yang menjulang.
Rasanya sudah begitu lama dirinya tidak merasakan ketenangan seperti ini. Kesehariannya sebagai seorang Permaisuri sering kali membuatnya tidak diam pada satu tempat dalam waktu yang lama. Terlebih dengan sosok Kaisar muda yang begitu posesif padanya, kadang sedikit menyakiti hatinya.
Dirinya tidak sebebas dulu, seperti ketika kedudukannya masihlah seorang Pangeran. Namun dirinya juga tidak mungkin menyalahkan garis takdir yang telah begitu bermurah hati. Menikahi sang naga dan memimpin sebuah negeri besar adalah impian banyak orang, haruskah dirinya tetap menyangkal nasib baik itu?
Gerungan lembut nan menggemaskan sosok mungil itu menyentak kecil kesadarannya. Manik bulatnya menampilkan kilat teduh sebelum mengecup singkat dahi rapuh sang bayi.
"Yang Mulia!"
Seruan keras itu telah mendatangkan tangis terkejut sang bayi dengan sosok manis yang mendekat diikuti tiga orang dayang. Sempat dirinya mendengus kesal ketika kenyamanan yang sebelumnya dirasakan lenyap, terganti kebisingan yang menganggu.
"Kau membangunkan Putra Mahkota, Permaisuri Liu." sentak Jaejoong lembut namun terbalut nada tegas.
Diberikannya bayi itu pada salah seorang dayang yang telah siap dengan sebuah selimut sutra hangat sebelum melewati Shengmin yang menatapnya tajam.
"Ada apa?" Jaejoong membenarkan penampilannya pada sebuah cermin raksasa di pojok ruangan seraya membubuhkan wajahnya dengan sedikit bubuk beraroma mawar "Kau seharusnya sudah mendapat hukuman karena telah membangunkan Putra Mahkota dari tidur tenangnya."
Manik bulat itu menatap lekat Shengmin yang masih berdiri di tengah ruangan- sisi ranjang "Namun Zhou tidak mungkin menjatuhkan hukuman kepada sang ibu Putra Mahkota, bukan?"
Manik rubah itu mengejap jengah "Anda berkata jika kunjungan anda ke Zhou adalah perintah Yang Mulia Kaisar Ying, namun bagaimana rombongan Qin merusak ketenangan Zhou? Anda ingin membuat kedua negeri kembali beradu pedang?"
Bibir ranum itu membulat dengan raut terkejut main-main "Jadi mereka sudah tiba?" raut menawannya mengerut malas "Kenapa cepat sekali?"
"Yang Mulia!"
Jaejoong menatap geli Shengmin yang kembali berseru "Aku tidak pernah berkata jika kunjunganku ini adalah perintah Ying Yunho, lagipula aku hanya ingin sedikit menikmati tempat kelahiranku ini."
"Tapi, Yang Mulia-" Shengmin mendengus tertahan "Setidaknya anda harus mengatakan kepada pasangan anda. Terlebih ada sebuah pesan jika salah satu Pangeran Qin jatuh sakit karena ibu mereka yang seenaknya pergi tanpa kabar."
Jaejoong membulat sebelum bangkit dari duduknya "Siapkan semua barang-barangku." tanpa mengindahkan ketiga dayang yang menatapnya tak mengerti Jaejoong langsung meninggalkan ruangan.
Sungmin mengambil alih bayinya "Laksanakan seperti apa yang dia minta atau kalian tidak akan selamat." Shengmin mengikuti jejak Jaejoong dan membiarkan ketiga dayang yang kerepotan melakukan perintah Permaisuri Qin.
.
Jaejoong mendekati sosok bertubuh besar yang tengah berdiri di salah satu lorong istana, dengan pavilion Permasuri terdahulu sebagai pemandangannya. Manik musang itu menatap jauh ke arah sebuah pohon maple yang tengah menampilkan beberapa kelopak cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Qin
Fiksi Sejarah[Kingdom series 1] Harga dirinya sebagai seorang Putra Mahkota seolah diinjak secara paksa, ketika tahta yang memang seharusnya menjadi miliknya dialihkan kepada orang lain bertepatan dengan terbongkar identitas dirinya serta hukuman untuk sang Perm...