Seiring berlalunya waktu, hubungan Arsyil dan Ishida terlihat semakin akrab. Bahkan setiap hari mereka pergi dan berangkat ke sekolah selalu bersama. Karena siapa yang menduga jika kebetulan rumah mereka ternyata memang searah. Namun seperti yang dijanjikan, hubungan keduanya tiada yang berubah. Tetap berstatus sebagai sahabat. Walaupun begitu banyak orang - orang yang selalu meledek kedekatan mereka dan mengangapnya pacaran, keduanya sama sekali tidak terpengaruh.
"Ishida, Arsyil mana?" Tanya Arumy sambil duduk disamping Ishida yang sedang santai membaca buku di bawah pohon jambu yang memang ditanam di halaman depan pekarangan sekolah. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk penghijauan.
"Tau...," balas Ishida acuh.
"Tumben, biasanya juga kalian lengket terus ya?"
"Enak aja. Emangnya kita prangko."
"Jîɑaª˚˚ªaaª˚˚ªa♓.. X_X™ , dia baru nyadar. Semua orang disekolah kita udah pada tau kali. Kalau loe sama Arsyil itu udah kayak prangko," balas Arumy baling mencibir. Ishida hanya angkat bahu.
"Tapi ngomong - nogmong , loe ngapain nyariin dia?" tanya Ishida tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca. Sepertinya pertanyaan itu hanya iseng.
"Emangnya loe belum tau ya?" Arumy balik bertanya heran.
"Tau A̐ªP̤̈Αªª an ?" Ishida ikutan memasang tampang yang sama. Kali ini perhatiannya ia alihkan pada Arumy.
"Eh busyed. Kalian kan udah akrab gitu. Masa loe nggak tau sih gosip yang lagi heboh disekolah kita."
"Gosip? Heboh?" ulang Ishida masih tidak mengerti. Arumy membalas dengan anggukan semangat. Tumben banget Ishida tampak tertarik gitu.
"Gue nggak tertarik."
Toeng. Arumy hanya mampu menghela nafas kesel. Sahabatnya yang satu itu memang tidak pernah berubah sama sekali. Sejak dulu ia mengenal gadis itu, ia tau kalau Ishida sama sekali tidak pernah tertarik untuk mengetahui urusan orang lain. Tapi kali ini kan masalahnya beda.
"Yakin loe nggak tertarik?"
Tak ada reaksi apapun yang ada di wajah Ishida selain gelengan kepalanya.
"Walaupun soal kabar jadiannya Laura dan Arsyil?"
Ishida menghentikan gerak tangannya yang sedang membalikan halaman buku dihadapannya. Matanya menatap terpaku kearah tulisan yang sudah ia baca barusan. Sementara Arumy sendiri menanti penuh minat akan reaksi yang akan ditunjukan sahabatnya kali ini. Tapi beberapa saat kemudian gadis itu kembali menghembuskan nafas kesel ketika melihat Ishida yang kembali hanyut dalam bacaannya.
"Akh, loe ngЪќ asik banget si. Masa diem aja."
"Lah, emangnya gue harus ngapain?" Ishida balik bertanya. "Masa iya gue harus manjat pohon sambil bilang pucuk pucuk pucuk gitu."
"Ya engЪќ gitu juga kali. Tapikan...."
Arumy tidak melanjutkan ucapannya saat wajahnya menatap kearah Ishida yang sedang menatapnya polos. Mata bening gadis itu tampak berkedap kedip menanti kelanjutan ucapannya."Sudah lah. NgЪќ penting juga. Lupakan!" Arumy akhirnya menyerah.
Ishida hanya angkat bahu melihatnya. Dan kembali bersiap untuk melanjutkan aktifitasnya membaca. Tapi sebelum hal itu terwujud, Arumy sudah terlebih dahulu merampas bukunya.
"Temenin gue makan yuk. Mikirin kalian bikin gue laper."
"Ya?!" Ishida menatap tidak mengerti.
Tapi Arumy juga terlihat ogah untuk menjelaskan. Hanya saja tangan gadis itu erat menyeret sahabatnya untuk mengikuti kemana mereka akan pergi. Tau tau keduanya kini sudah duduk terdampar di kantin sekolah.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
{Bukan} Sahabat Jadi Cinta
Teen Fiction"Gimana? loe mau kan temenan sama gue?" "Boleh, tapi ada syaratnya." "Syarat? Apa?" "Loe nggak boleh jatuh cinta sama gue. kalau sampai loe jatuh cinta sama gue, maka persahabatan kita akan berakhir. Deal?" "Deal!"