Ishida menatap makanan yang terhidang di hadapannya tanpa minat. Dalam diam ia tampak menghela nafas dalam. Dadanya terasa sesak, dan ia juga sama sekali tidak bernapsu untuk makan. Tapi karena merasa tidak enak pada Arumy yang duduk dihadapannya , terlebih ia tidak ingin gadis itu berfikir yang tidak tidak maka mau tak mau ia mencoba tersenyum.
Dengan perlahan ia mulai menyendokkan makanan kedalam mulutnya. Namun belum sempat sendok tersebut mencapai mulutnya, ia sudah terlebih dahulu berbelok. Dan tau tau sudah kosong. Saat Ishida menoleh, gadis itu hanya mampu menghembuskan nafas saat melihat raut polos tanpa rasa bersalah di wajah Arsyil yang entah sejak kapan berdiri disampingnya.
"Akh, kalian. Masa makan nggak ngajak ngajak sih," gerut Arsyil sambil duduk tepat di samping Ishida. Bahkan dengan santai tangan pria itu terulur meraih jus alpukat yang ada di hadapannya. Minuman favorit Ishida.
"Emangnya loe dari mana saja?" tanya Ishida terlihat acuh. Arumy sendiri hanya mengeleng melihat ulah seenaknya Arsyil.
"Abis main bola. Makanya cape. Sama haus juga. Kalau gitu gue boleh minta jusnya kan?" kata Arsyil sambil meletakkan gelas yang kini isinya hanya tinggal setengah.
"Eh,monyong. Dimana - mana itu orang kalau minta izin itu sebelum. Bukan setelah," sambar Arumy yang lagi lagi hanya di balas cengiran tak bersalah Arsyil.
"Itu karena gue sudah haus banget tau. Sama lapar juga."
Bunyi mangkok yang bergeser tepat kearah Arsyil membuat pria itu menoleh. Matanya menatap penuh tanya kearah Ishida yang baru saja melakukannya.
"Katanya laper. Makan aja," terang Ishida menjelaskan.
"Terus loe sendiri?" tanya Arsyil heran.
Kepala Ishida mengeleng. "Gue lagi diet."
"Diet?"
Arumy dan Arsyil tampak saling pandang. Merasa ada yang aneh. Sejak kapan sahabatnya kenal sama namanya program pengurusan badan yang satu itu. Tambahan lagi, Ishida sudah cukup kurus. Kalau sampai berat badannya turun lagi, justru mungkin ia malah akan terlihat seperti tiang listrik berjalan.
"Udah. Buruan di makan. Kalau sudah dingin nggak enak tau."
Mendengar itu Arsyil hanya angkat bahu. Dengan perlahan ia mulai menikmati makanannya.
"Arsyil, Ngomong - ngomong ada yang pengen gue tanyain tau sama loe," kata Arumy sambil menikmati makanannya.
"Oh ya? Apaan?" tanya Arsyil tanpa menoleh. Perhatiannya sedang ia fokuskan pada makanan yang ada di hadapannya.
"Soal gossip yang beredar. Katanya loe jadian sama Laura. Itu bener ya?"
"Uhuk uhuk uhuk."
Melihat Arsyil yang tersedak, secara otomatis Ishida mengulurkan jus miliknya. Apalagi pria itu memang belum memesan minuman sama sekali. Selang beberapa saat batuk nya mereda.
"Loe bilang apa?"
"Katanya loe jadian sama Laura. Itu bener nggak sih?" ulang Arumy lagi.
Arsyil tidak langsung menjawab. Dengan ekor matanya ia melirik kearah Ishida. Gadis itu sendiri justru tampak sedang berbicara pada pelayan kantin yang di panggilnya untuk memesankan minuman di meja mereka.
"Itu gossip dari mana?" Arsyil kemudian lebih memilih balik bertanya kearah Arumy.
"Yah banyak sih anak anak yang bilang. Katanya kemaren ada yang liat loe makan bareng dia di Mega Mall. Lagian semua anak anak juga udah pada tau kali kalau tu cewek udah lama naksir sama loe," terang Arumy lagi.
Ishida tidak berkomentar apa - apa. Hanya tatapan gadis itu saja yang tampak lurus menatap kearah Arsyil yang tampak juga sedang menatapnya.
"Yee... kenapa loe malah mandangin gue kayak gitu. Santai aja kali. Loe kan nggak perlu izin dari kita - kita buah kencan sama cewek," Ishida akhirnya buka mulut saat menyadari kalau sedari tadi Arsyil ternyata menatapnya dalam diam.
"Maksutnya?"
"Kalau loe juga emang suka sama dia, ya udah jadian aja. Kalau loe seneng, kita berdua pasti dukung kok. Iya kan My."
"Eh," Arumy yang tidak menyangka akan langsung di lemparkan pertanyaan begitu hanya menoleh kaget. Baru beberapa detik kemudian kepalanya mengangguk membenarkan.
"Jadi loe berharap gue jadian sama Laura?" tanya Arsyil kearah Ishida dengan raut serius.
Isida tidak langsung menjawab. Lebih tepatnya ia tidak tau harus menjawab apa. Hanya saja, kalau memang Arsyil menyukai gadis itu, kenapa tidak. Memangnya ia punya hak apa untuk menentangnya. Status mereka kan hanya sebatas 'sahabat'. Hanya memikirkan hal itu, tanpa sadar kepala Ishida mengangguk.
Bersambung....

KAMU SEDANG MEMBACA
{Bukan} Sahabat Jadi Cinta
Novela Juvenil"Gimana? loe mau kan temenan sama gue?" "Boleh, tapi ada syaratnya." "Syarat? Apa?" "Loe nggak boleh jatuh cinta sama gue. kalau sampai loe jatuh cinta sama gue, maka persahabatan kita akan berakhir. Deal?" "Deal!"