{Bukan} Sahabat Jadi Cinta Part 7

2K 68 2
                                    

Begitu turun dari motor yang di kendarai kakaknya, Ishida segera melangkah masuk kehalaman sekolah. Hari ini memang hari minggu. Tapi Ishida tetap datang kesekolah karena ada pertandingan sepak bola antara SMA nya melawan SMA PEMDA. Yah, hanya pertandingan persahabatan biasa sih. Tapi tetap saja Ishida tidak pernah alpa untuk menyaksikannya. Lagipula biasanya Asryil pasti akan memaksanya untuk nonton. Pria itu kan ikut dalam tim kesebelasan sekolah.

Dan ngomong – ngomong soal Arsyil, hari ini ia tidak di jemput. Ishida tidak tau kenapa hanya saja pria itu bilang ia sedang ada urusan. Jadi mau tak mau Ishida terpaksa meminta kakaknya untuk mengantar karena ia sendiri belum punya SIM untuk bisa berangkat sendiri.

"Ishida!"

Merasa namanya dipanggil, Ishida menoleh. Seulas senyum mengembang di bibirnya saat melihat lambaian tangan Arumy. Dengan segera ia belari menghampiri.

"Kok loe sendiri. Arsyil mana?" tanya Arumy begitu Ishida sudah berdiri dihadapannya. Gadis itu sendiri sengaja clingak clinguk mencari makhluk yang baru saja ditanyakan.

"Nggak tau. Gue nggak bareng sama dia."

"Ha?" Arumy menoleh. Ishida hanya angkat bahu.

"Tapi kan pertandingan udah mau di mulai. Masa tu anak nggak datang?"

"Dia bukan nggak datang Arumy. Gue bilang dia nggak bareng gue. Udah masuk yuk," kata Ishida sambil menarik tangan Arumy untuk segera melangkah kearah lapangan sekolah.

Saat melihat kesekeliling suasana sudah cukup ramai. Sepertinya Arumy benar. Pertandingan sudah akan di mulai. Ishida segera mengedarkan pandangannya kearah lapangan. Menatap para pemain satu persatu. Saat menemukan sosok yang ia cari, gadis itu hanya menghela nafas singkat.

"Akh loe bener. Itu Arsyil sudah di lapangan," tunjuk Arumy.

Ishida hanya membalas dengan anggukan. Kemudian mengisaratkan sahabatnya untuk mencari tempat yang pewe untuk menonton.

Seiring waktu berlalu, sorakan penonton riuh mengiringi jalannya pertandingan. Ishida sendiri hanya melihat tanpa ikut bersorak. Lagi pula, sejujurnya ia tidak menyukai permainan yang satu ini. Satu – satunya alasan kenapa selama ini menonton adalah karena Arsyil selalu memaksanya.

"Akhirnya sekolah kita menang lagi," kata Arumy sambil tersenyum puas. "Kita cari Arsyil yuk. Dia tadi yang udah nyetak gol dua kali soalnya."

Ishida ingin menolak, tapi Arumy sudah terlebih dahulu menyeretnya. Dengan terpaksa ia manut.

"Ngomong – ngomong Arsyil mana ya?" gumam Arumy sambil mengedarkan pandangan kearah orang – orang yang berada di sana. Ishida tidak menjawab, namun tak urung ia melakukan hal yang sama seperti gadis itu.

"Itu dia," kata Ishida yang pertama sekali menemukan Arsyil yang tampak sedang duduk karena kelelahan.

"Oh iya, kita hampiri yuk."

"Tunggu," kata Ishida sambil menahan tangan Arumy sebelum gadis itu sempat menyeretnya lagi.

"Kenapa?" tanya Arumy heran.

Tanpa menjawab Ishida memberi isarat kearah Arumy agar melihat kearah yang di maksud.

"OMG, itu kan Laura," kata Arumy kaget.

Saat itu matanya menangkap kearah sosok Laura yang sedang berjalan menuju kearah Arsyil. Keduanya terlihat ngobrol di kejauhan. Laura sendiri tampak sedang menyodorkan air didalam botol yang langsung di sambut oleh Arsyil yang pasti sedang kehausan.

"Jadi mereka beneran kencan ya?" gumam Arumy lirih.

"Kayaknya sih. Sudah deh. Kita biarin aja."

"Tapi kan..."

"Ishida!"

Kalimat Arumy mengantung begitu saja seiring dengan kalimat teriakan yang mampir di telinganya. Dengan segera ia menoleh. Hal yang sama di lakukan oleh Ishida. Gadis itu tampak mengernyit saat melihat sosok pria yang berjalan kearahnya.

"Hai," sapa Ishida setelah mengenali siapa dia, senyum pun bertenger dibibirnya.

"Jadi loe sekolah disini?" tanya pria itu lagi.

Kepala Ishida mengangguk membenarkan. "Gue baru tau kalau loe ikutan main tadi."

"Akh elo. Masa orang secakep gue sedari tadi main loe nggak nyadar."

Ishida hanya tertawa mendengarnya.

"Ehem ehem."

Refkes Ishida menoleh. Dan baru menyadari kalau Arumy masih ada di sampingnya.

"Oh iya hampir aja gue lupa. Kenalin ini Arumy, temen gue. Dan Arumy kenalin ini Reihan, temen les gue."

"Reihan," kata sosok yang mengaku bernama Reihan sambil mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Arumy.

"Arumy."

"Tapi barusan loe bilang apa? Temen les? Les apaan?" tanya Arumy beberpa saat kemudian.

"Les bahasa inggris. Yah secara gue kan nggak sepinter loe. Dan berhubung kita udah kelas tiga, nyokap gue emang nyuruh gue buat les."

"Oh ya? Kok loe nggak pernah bilang."

"Gue lupa kali, secara kan nggak penting – penting amat. Lagian gue juga baru masuk sekitar dua minggu ini."

"Ooo.." Arumy tampak mengangguk – angguk membenarkan.

"Eh, habis ini kalian berdua mau kemana?" tanya Reihan beberapa saat kemudian.

"Langsung pulang donk. Jemputan gue aja udah di depan," kata Arumy setelah sebelumnya melirik handphonenya yang beberapa saat yang lalu bergetar.

"Ya sudah. Kalau gitu loe duluan deh. Gue juga mau langsung pulang kok. Cuma gue masih harus nunggu kakak gue jemput," balas Ishida.

"Kalau gitu gue duluan ya. Sebelum kakak gue marah marah. Loe tau sendiri kan dia orangnya gimana. Daaa..." pamit Arumy sambil berlalu.

"Jadi loe belum di jemput?" tanya Reihan sepeninggalan Arumy.

Ishida menggelang. "Belum. Kakak gue bilang dia masih ada urusan. Jadi gue masih harus nunggu bentar lagi."

"Kalau gitu gimana kalau gue anterin?"

"Ya?"

Reihan tersenyum. "Tenang aja. Itu bukan karena gue naksir elo kok. Cuma kebetulan gue juga nggak ada kegiatan lagi. Lagian gue juga naik motor sendirian."

Ishida terdiam. Sibuk mencerna tawaran yang ia dapatkan barusan. Kalau menunggu kakaknya juga belum tentu pria itu segera datang.

"Oh, atau sudah ada pacar loe yang mau nganterin?" tanya Reihan saat melihat Ishida yang terdiam.

"Nggak nggak nggak. Gue cuma nggak mau ngerepotin. Tapi kalau emang loe maksa. Oke deh kita pulang bareng."

"Gue bukan maksa, tapi gue cuma nawarin," Reihan meralat. Ishida hanya membalas dengan tawa sebelum kemudian keduanya beriringan berjalan kearah parkiran. Selang beberapa saat kemudian keduanya sudah melaju di jalan raya.

Bersambung...

{Bukan} Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang