Jiyeon duduk diatas kasur Minho sambil memperhatikan namja itu belajar, Minho belajar dalam diam dan terlihat sangat berkonsentrasi. Jiyeon membuka tas miliknya dan mengambil novel yang hampir habis ia baca, Jiyeon sangat suka membaca novel karena saat ia membacanya ia merasa dirinya dan Minho menjadi tokoh utama didalam novel itu. Seandainya saja hal itu terjadi didunia nyata, ia pasti akan sangat bahagia bisa memiliki suami sepintar dan setampan Minho, Jiyeon yakin beberapa tahun lagi Minho akan tumbuh menjadi namja tinggi, berbadan tegap dan sangat-sangat tampan seperti ayahnya.
Sedangkan Jiyeon? Ia yakin tubuhnya akan bertambah besar.
"Minho"
"Eum?" Minho menjawab dengan tidak suka karena Jiyeon mengganggu konsentrasinya.
"Saat lulus kau akan melanjutkan sekolah dimana?"
"Bisnis"
"Sayang sekali"
"Wae?"
"Mungkin kita memang tidak berjodoh, aku sepertinya ingin memiliki suami seorang dokter. Novel ini membuatku ingin menikah dengan seorang dokter, pasti namja yang memakai jas dokter akan sangat menarik dan sangat tampan, anakku akan sangat cerdas jika aku menikah dengan namja yang cerdas." Ucap Jiyeon dengan drama, ia sebenarnya sengaja mengatakan hal itu lagipula walaupun ada seorang dokter yang mendekatinya ia tetap memilih Minho. ia hanya ingin melihat reaksi namja itu.
"baguslah, itu artinya kau tidak mengejarku lagi."
"Kau tidak cemburu ataupun ingin memperjuangkan ku?"
"Tidak"
"Kurangi membaca novel karena itu bisa merusak otakmu yang sudah rusak itu." Ucap Minho dengan datar dan dingin, Jiyeon berbaring diatas kasur Minho dan membaca kembali novel nya, sedangkan Minho kembali melanjutkan belajarnya yang sempat terganggu oleh Jiyeon.
"Minho"
"Apa lagi?"
"Nanti jika aku memang bukan jodohmu. kau harus berjanji padaku?"
"Apa?"
"Jika aku dan dirimu tidak berjodoh, anak kita harus berjodoh."
"Anakku tidak akan menikahi anakmu."
"Wae?"
"Mereka saudara."
"Aku kan bukan keluargamu."
"Ya tidak bisa."
"Kau jahat sekali, aku berjanji anakku akan cerdas hingga pantas untuk anakmu."
"Kau idiot sekali"
"Ya!"
Minho kembali belajar, kali ini namja itu memasang headset ditelinga nya agar Jiyeon tidak mengganggunya dengan pertanyaan pertanyaan yang luar biasa aneh. Selagi Minho belajar, Jiyeon memutari kamar Minho sambil melihat barang-barang baru namja itu , ia memang suka sekali membongkar barang Minho untuk melihat apakah ada dari gadis lain. Tatapan nya terpaku pada gitar yang berada disudut ruangan.
Ia mengangkat gitar itu dan berjalan kearah Minho.
"Minho-ah"
Namja itu hanya diam namun Jiyeon tidak menyerah, jadi ia duduk disamping Minho dan memeluk lengan namja itu.
"YAK! PARK JIYEON" Minho kesal dan sudah habis kesabaran.
"Ajari aku bermain gitar"
"Tidak penting"
"Ajari aku"
"Tidak mau."
"Aish kau jahat sekali."
"Kau menyusahkan saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Should i confess?
RomanceBagi Park Jiyeon, Choi Minho adalah dunianya. Bagi Choi Minho, Park Jiyeon adalah masalahnya.