Jiyeon menatap Minho dengan sembunyi-sembunyi, sedangkan namja itu balas menatapnya dengan tatapan aneh dan kemudian membuang muka. Sepertinya Minho tidak mengingat apa yang terjadi semalam, namja itu kembali seperti semula datar dan dingin. Jiyeon duduk dengan tidak bersemangat didekat tenda miliknya sambil menatap kearah laut ucapan Minho terus berputar diotaknya.
Sebegitu cintanya kah Minho pada Yora?
"Kau tidak ikut makan?" Biasanya Lee Joon yang bertanya hal itu namun melihat siapa yang bertanya membuat Jiyeon sedikit terkejut, Minho berdiri sambil menatapnya dengan tatapan datar namun ada dua piring makanan di tangan nya.
"Kau membawakan aku makanan?"
"Tidak, ini untuk Mir." ucap namja itu dingin membuat Jiyeon langsung kembali menekuk wajahnya. Ia sempat sempat saja berpikir namja itu membawakan makanan untuknya, Minho jahat sekali.
"Dia bohong, aku sudah mendapatkan jatah sarapan. dia mengambilkannya untukmu." Mir tiba-tiba muncul dan tersenyum menggoda kearah Minho, Jiyeon berdehem dan tersenyum kecil saat Minho memberikan piring itu padanya.
Saat Minho ingin berjalan pergi Jiyeon menahan lengan baju namja itu.
"Temani aku disini, please."
Tidak seperti biasanya yang selalu mengomel, Minho malah duduk dengan tenang disebelah Jiyeon. Mereka duduk cukup dekat hingga Jiyeon merasakan suhu tubuh Minho disampingnya, hangat sekali seandainya saja ia bisa memeluk Minho.
"kenapa kau putus dengan Yora?"
"bukan urusanmu."
"Padahal kau sangat mencintainya." Minho berhenti mengunyah makanannya dan menatap Jiyeon dengan aneh.
"maksudmu?"
"kau jatuh cinta padanya."
"hm."
"Aku mengenalmu sejak kita masih kecil, dan Yora yeoja pertama yang membuatmu jatuh cinta. Begini, aku memang menyukaimu namun melihatmu patah hati terasa buruk untukku, jadi kembali lah pada yeoja yang kau cintai."
"Aku tidak akan kembali pada Yora."
"Cinta harus diperjuangkan Minho." Minho melirik Jiyeon.
"menurutmu seperti itu?"
"Ya seperti aku selalu memperjuangkan dirimu."
"Bagaimana jika cinta itu malah membuatmu lemah?" Minho bertanya.
"Lihat aku." Jiyeon menatap mata Minho begitu juga namja itu. "ya aku melihatmu."
"Cinta membuatmu lebih hidup dan merasa dunia ini menjadi tempat yang indah, saat kau memiliki orang yang kau cintai kau akan lebih kuat bukannya menjadi semakin lemah. Mungkin lemah dalam konteks kau tidak bisa melihatnya terluka dan itu membuatmu ikut terluka jadi kau mungkin menyimpulkannya menjadi lemah."
"menurutmu begitu?"
"Ya."
"Jika kau terus mengulur waktu kau akan kehilangannya. Yora cantik dan banyak namja yang menyukainya. Seorang yeoja tidak bisa menunggu selamanya, dia harus memenuhi kewajibannya untuk menikah dan memiliki seorang anak."
"Tapi aku rasa kami bukan pasangan yang cocok." Jiyeon mencoba tersenyum walaupun sejak tadi ia mencoba menahan tangisannya, ia malah meminta namja yang ia cintai kembali ke Yora yeoja yang namja itu cintai. Cinta tidak egois bukan? dia tidak ingin Minho sedih.
"Seperti yang aku katakan, yeoja tidak bisa menunggumu selamanya. Jika kau terus menunda, suatu saat nanti kau akan melihat namja lain melingkarkan cincin dijari
manisnya , menikahinya dan mencintainya.Lalu kau akan hanya menjadi seorang teman dari masa lalu yang terlupakan." Jiyeon merasa hatinya retak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Should i confess?
RomansaBagi Park Jiyeon, Choi Minho adalah dunianya. Bagi Choi Minho, Park Jiyeon adalah masalahnya.