Part 7

3.9K 339 155
                                    

Setelah kejadian dipulau satu bulan yang lalu Jiyeon kembali selalu mengikuti Minho kemanapun, entah mengapa melihat kepedulian Minho saat itu membuat Jiyeon yakin bahwa ia masih memiliki harapan untuk memenangkan hati Minho yang dingin itu. Jiyeon , seperti biasa mengganggu Minho dan Yora. Hal itu juga membuat Yora semakin tidak menyukainya namun Yora tidak akan berani padanya karena Jiyeon bukan orang yang bisa di intimidasi oleh yeoja semacam Yora, apalagi jika menyangkut Minho.

Jiyeon duduk didekat Yora dan Minho yang terlihat sibuk dengan buku dihadapan mereka dan duduk bersebelahan dan terlihat dengan jelas sejak tadi Yora semakin menempelkan dirinya dengan Minho. Jiyeon mengunyah permen karetnya dengan rasa kesal dan kembali terfokus dengan novel yang ia baca mencoba tidak menghiraukan yang ia lihat.

"Minho-ah"

"Eum?"

"Eomma dan appaku ingin bertemu lagi denganmu."Jiyeon mengangkat sebelah alisnya.

"Benarkah?"

"Ya, mereka ingin sekali bertemu denganmu."

"Baiklah, kau bisa mengajakku kapanpun kau mau."Jiyeon menampilkan wajah jijik saat menengar suara Minho yang melembut saat berbicara dengan Yora. Berbeda sekali dengan saat namja itu bicara padanya, sejak kecil Minho memang begitu membenci dirinya sepertinya namun ia tahu Minho sangat peduli padanya.

Tentu saja orang tua Yora bersemangat untuk bertemu Minho, Minho adalah tangkapan yang sangat bagus apalagi ia adalah calon pewaris perusahaan ayahnya, tentu saja banyak orang yang menginginkannya.

Namun Jiyeon tidak seperti itu.

Ia hanya jatuh cinta.

Seperti semua rasa dihatinya timbul tanpa ada alasan yang jelas.

"Percuma kau mengajaknya untuk bertemu orang tuamu, karena Minho suatu saat nanti akan menjadi suamiku."Ucapannya membuat dua anak manusia itu menatapnya entah dengan tatapan bagaimana yang ia tahu mereka menatapnya dan ia masih melihat novelnya.

"Aku kekasihnya, kau tidak pantas berbicara seperti itu."Yora tersinggung.

Jiyeon menutup novelnya.

"Kau memang kekasihnya. Tapi aku akan menjadi isterinya."

"Aku tidak akan menikah denganmu."Minho berucap dengan dingin.

Jiyeon tersenyum penuh rahasia.

"Ya kau akan menikah denganku. Suatu saat nanti kau akan berlutut untuk memintaku menjadi isterimu."Jiyeon tahu ia terlalu terbawa cerita novel yang baru saja ia baca. Namun perkataan adalah doa dan ia sangat berharap apa yang ia katakan dapat terjadi.

"Dalam mimpi mu"

"Kau akan mencintaiku dengan segenap hatimu Choi Minho, setiap harimu akan seperti neraka jika tidak berada disampingku. Lukaku akan menjadi lukamu juga."Jiyeon tidak tahu mengapa ia bisa mengatakan hal semengerikan itu pada Minho, seolah otaknya sudah lama hilang. Kini wajah Yora merah padam menahan kemarahannya namun Minho menatapnya dengan tatapan datar dan wajah tanpa ekspresi.

"Aku tidak akan melakukan hal semenjijikan itu. Apalagi mencintaimu dengan segila itu"

"Ya kau akan menjadi suamiku suatu saat nanti."

***

Yoona melirik Yora yang dengan hebatnya memotong sayuran didepan nya, sedangkan Jiyeon berdiri dengan wajah bingung dan terlihat linglung karena ia tidak bisa melakukan apapun, ia tidak pandai memasak dan tentu saja ia kalah dari Yora. Yoona terlihat sedikit terpukau dengan kemampuan Yora dalam hal memasak, namun dengan segera sadar saat menyadari wajah Jiyeon yang berubah sedih karena tidak dapat melakukan apapun.

Should i confess?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang