Twenty One (21)

6 2 0
                                    


Malamnya didalam kamar Min Joon sedang membaca buku ditempat tidurnya. Awalnya dia membaca buku dengan sangat fokus, tapi tiba-tiba entah angin dari mana dia terbanyang kejadian disekolah tadi.

Flash back.. Myungho dan Rara berpelukan~~~~~

.
.
.

"Aiiissh.. Kenapa Aku memikirkan itu? Seharusnya Aku senang, semoga dengan begitu Rara tidak mengejar-ngejarku lagi." dia melihat Jam sudah pukul 10.00 PM. Min Joon menutup bukunya dan tidur.

Malam ini bulan purnama, sangat indah jika berada diluar. Tapi dimalam ini juga angin berhembus sangat kencang, hingga daun-daun kering berguguran. Wuussshhh... 🍃🍂🍁

.
.
.

Dia terbangun kembali, malam ini dia tidak bisa tidur. Seperti sedang ada yang mengganjal difikirannya.

"Aku tidak suka hal seperti ini." dia beranjak dari tempat tidur dan mekukan gerakan-gerakan Seperti sedang senam SKJ.

"Drrrt.. Drrrt.. Drrrt.." ponselnya bergetar. Dia segera mengambil ponselnya.

"Hansool?.. Kenapa menelfonku malam-malam seperti ini."
"Ada apa kau menelfonku?"

"Min Joon? Apa kau sedang bersama Nam Seul sekarang?" Hansool bicara sangat pelan, dia takut mengganggu yang sedang tidur.

"Tidak." Jawab Min Joon singkat.

"Sungguh? Dia tidak bersamamu? Lalu kemana dia?.."
Hansool sangat cemas.

"Dia belum kembali?... Sepertinya dia masih berada disekolah. Karena saat bel pulang tadi Aku lihat dia menuju ruang perpustakaan."

"Hah.. Nam Seul.. Dia selalu membuatku cemas."

"Uhmm.. Kau tenanglah, Aku akan coba mencarinya. Hubungi Aku jika ada informasi yang lain."

"Baiklah, terimakasih."

"Ya." menutup telfonnya.

.
.
.

Dia segera mengambil kunci mobil dan turun dari kamar.
Diruang depan Min Gyun melihat  Min Joon sedang lari terburu-buru.

"Mau kemana dia malam-malam begini? Uhmm.. Ingin pergi berkencan?.." melihat Min Joon yang hanya mengenakan kaos lengan pendek, celana boxer, dan sandal jepit.
"Ya! Apa dia sedang mengigau?.. Joon-hyung?!" Mengejar Hyungnya tapi sudah tidak keburu, karena Min Joon mengendarai Mobil dengan sangat kencang.

"Apa dia benar-benar sedang mengigau? Bagaimana bisa dia menyetir dengan keadaan setengah tidur? Aiish.. Semoga tidak terjadi apa-apa." meneguk segelas air yang dia ambil dari dapur tadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Angin masih berhembus dengan kencang, Nam Seul masih berada didepan gerbang sekolah.

"Ponselku mati, bagaimana Aku menghubungi yang dirumah.." ucapnya sambil mencoba menghidupkan ponselnya kembali.

Dia tidak mau merepotkan Satpam yang sedang berkeliling disekolah.

"Aku harus mencobanya lagi." Nam Seul mencoba berdiri dari kursi roda dan perlahan melangkah. Memang terasa sakit tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin dia tidur didepan gerbang sekolah.

"Fighting Nam Seul, kau tadi bisa melakukannya. Ini tidak akan jauh, sebentar lagi akan sampai dihalte." dia menyemangati dirinya sendiri.

Dia melangkah dengan perlahan, tapi lama-lama dia semakin jauh dari sekolah.

Jalanan yang gelap, hembusan angin yang cukup dingin dan daun-daun berguguran.

Nam Seul semakin jauh dari sekolah, kakinya sangat lemah. Dia istirahat dan duduk dibawah pohon yang berguguran.

Dia menangkap daun-daun yang berterbangan, dan dia kumpulkan disamping tempat dia duduk.

"Hari semakin gelap, Aku juga tidak tahu ini jam berapa." menatap kearah bulan.
"Cantik sekali." Nam Seul memejamkan matanya, berharap ada yang menolongnya disini.

"Huuh.." dia menghela nafas dan perlahan membuka kedua matanya.

Matanya yang sipit kini membulat besar, dia juga terpaku tidak bisa mengatakan apapun.

Pria itu tersenyum manis padanya dan memberikan tatapan hangat.

.
.
.

BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang