Sixteen (16)

10 1 0
                                    


Author P.O.V

(Dipanti pukul 07.00 AM)

Seperti biasanya, keadaan sudah sangat sibuk walaupun masih pagi. Semuanya mempersiapkan sarapan dan juga untuk pergi kesekolah masing-masing.

Ibu Panti:
"Nam Seul? Apa kau bisa menolong Ibu untuk mengambilkan roti yang ada dilemari belakang paling bawah?" masih sibuk menata piring untuk anak-anak panti.

Nam Seul:
"Ya baiklah Bu." pergi menuju dapur....

Nam Seul mengambil 7 pack yang ada dilemari. Diapun kembali keruang makan. Dia mendorong kursi roda itu sendiri, dengan sekuat tenaga dia mencoba lebih cepat agar anak-anak yang ada dipanti tidak terlambat untuk sarapan. Dikamar sebelah Aku mendengar ada yang sedang menangis, Akupun masuk dan melihat Saeron tengah menenangkan Eonwoo yang sedang menangis tersendu-sendu.

Nam Seul:
"Ada apa? Eonwoo kenapa menangis?"

Saeron:
"Nam Seul?.. Eonwoo."

Nam Seul:
"Uhmm.. Biar Aku saja, tolong kau berikan roti ini kepada Ibu Panti." Saeron menuju ruang makan dengan membawa roti.
"Eonwoo?.. Kau Anak pintarkan? Kenapa kau menangis?" Eonwoo berhenti menangis tapi tidak menjawab pertanyaan Nam Seul.
"Eonwoo?.. Kenapa? Ada apa?" Eonwoo masih tidak menjawab, tapi dia hanya memberikan Tasnya yang berlubang dibagian bawah, lubang itu cukup besar pasti barang-barang yang dimasukkan kedalam tas juga akan kembali keluar.

Nam Seul berfikir, jika dia jahit sekarang pasti Eonwoo akan terlambat kesekolah.

Eonwoo:
"Kakak a..apa teman-teman akan mengejekku disekolah jika tasku berlubang?" sambil menghapus air matanya yang masih menetes.

Nam Seul:
"Eonwoo... Kenapa kau berfikir seperti itu?.. Siapa yang berani mengejek anak pintar dan pemberani sepertimu?" mencolek hidung Eonwoo yang memerah.
Eonwoo hanya diam dan menatap Nam Seul.

Eonwoo:
"Apa tas kakak juga pernah berlubang?" kata Eonwoo sambil menunjuk tas yang dipakai Nam Seul.

Tiba-tiba wajah Nam Seul memerah dan air matapun jatuh membasahi pipinya. Dia teringat dengan kejadian 11 tahun yang lalu.

(Flashback...)
Hansool menghampiri Nam Seul yang sedang menangis diayunan samping sekolahnya.

Hansool:
"Nam Seul kenapa kau menangis?" menghampiri Nam Seul dan menghapus air matanya.

Nam Seul:
"Eonni.. Aku besok tidak ingin sekolah." masih menangis.

Hansool:
"Kenapa begitu?"

Nam Seul:
"Tadi saat disekolah tasku sobek dan semua isinya berjatuhan dilantai... Teman-temanku juga mengejekku, Aku besok tidak usah pergi kesekolah, Aku takut."

"Huuu... Tas Nam Seul sobek, tas Nam Seul sobek..." ada anak-anak nakal yang terus mengejek Nam Seul.

Hansool:
"Ya! Kenapa kalian seperti itu pada adikku?!" anak-anak nakal itu langsung berlari pergi.

Nam Seul:
"Mereka akan kembali kalau kau tidak ada, Aku sangat takut."

.
.
.
.
.

Malamnya saat semuanya sudah tidur, Nam Seul terbangun dan melihat Hansool sedang menjahit tasnya. Setelah selesai menjahit dia melihat Hansol menukar tasnya dengan tas Nam Seul.

Hansool:
"Hah.. Sudah selesai, besok Nam Seul bisa pergi kesekolah."

Nam Seul:
"Hansool-Eonni..." dia melihatnya dibalik selimut, sambil menahan genangan air mata.

Meskipun bukan saudara kandung, namun mereka sudah menganggapnya seperti keluarga. Hansool sangat menyayangi Nam Seul, dia bahkan rela mengulang kelas demi bersama Nam Seul dan melindunginya dari apapun.

Sejak saat itu dan sampai sekarang Nam Seul dan Hansool punya ikatan seperti Kakak dan Adik.

.
.
.

Nam Seul:
"Eonwoo.. Kau bisa memakai tasku." melepas tasnya dan memberikan tas itu dengan tersenyum. Dia juga mengeluarkan semua isi tasnya dan memasukkan buku-buku milik Eonwoo.

Eonwoo:
"Bagaimana dengan kakak? Memangnya tidak pergi kesekolah ya.."

Nam Seul:
"Kau tidak perlu memikirkan itu... Ou iya kau harus sarapan kan?.."

.
.
.
.
.

"Dia sudah banyak sekali berubah, semoga dia terus menjadi Nam Seul yang seperti ini." kata Hansool dalam hati yang mengintip dari balik pintu.

.
.
.
.




BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang