6| Bukan Begitu

31 8 9
                                    

"Kenapa?"

Rianna menggeleng. Dia membuka buku miliknya. "Aku tidak percaya."

"Apalagi?"

"Kalau kamu sudah menikah."

"Memangnya aneh ya, kalau menikah di umur dua puluh tahun?"

"Tidak juga." Dia mengatakannya sambil membaca buku. "Hanya saja, kalau itu kamu, aku tidak percaya."

"Aku kenapa memangnya?"

"Kamu tidak pernah terlihat dekat dengan laki-laki, sejauh yang aku tahu. Bahkan teman perempuanmu juga tidak banyak, kan di kampus?"

"Kalau seperti itu sih, benar juga."

"Kamu dan Dinar dulunya teman satu sekolah, atau bagaimana?"

"Kenapa tiba-tiba?"

"Aku cuma tanya, dan kamu hanya perlu menjawab."

"Kami teman satu sekolah."

"Cinta Lama Bersemi Kem--"

"Tidak. Bukan. Ah, aku terlalu banyak memberitahumu."

"Banyak darimana? Aku masih penasaran, ayolah!"

"Lain kali aku akan cerita padamu."

"Lain kalinya kamu itu kapan sih, Kalila?"

Aku nyengir. "Hei, daripada kamu terus bertanya padaku, lebih baik kita ke kantin. Ayo makan."

Rianna sempat protes, tapi akhirnya dia mengikutiku sampai kantin. Aku sengaja mengajaknya ke kantin sekarang, soalnya Dinar masih ada kelas. Jadi dia tidak akan mendatangiku lagi.

"Kali ini aku yang pesankan, kamu duduk saja, Na."

"Oke,"

Saat aku memesan dua piring batagor dan seporsi es buah, aku sempat melirik ke tempat dimana Rianna duduk. Dan dia sedang mengobrol entah dengan siapa. Yang pasti, dia laki-laki.

Aku tidak melirik lebih lama lagi karena makanan yang kupesan sudah jadi.

"Hei, pesankan untukku juga."

Sial.
Bukannya dia ada kelas sekarang?

Aku menunjuknya dengan telunjukku yang gemetar. "Kenapa kamu..?"

Dia malah memesan. "Bang, batagornya satu lagi, es buahnya dua," matanya yang tajam menatapku. "Aku hanya ingin makan bersamamu."

"Setiap hari kan kita juga makan bersama, kamu ini!"

"Di rumah, dan disini itu berbeda sensasinya."

"Sensasi? Kamu pikir aku ini apa?"

"Istriku lah, siapa lagi?"

"Terserah."

Aku tadinya ingin meninggalkannya di tempat penjual batagor dan es buah ini tapi dia berbisik.
"Jangan kemana-mana."

Aku hanya diam saja, tetapi tetap berada di sisinya.

Aku tahu sekarang.

Dinar datang kembali bersama Kak Satria, dan sekarang Rianna sedang mengobrol dengan seniorku waktu SMA itu.

"Ayo, aku sudah selesai."

Aku mengangguk, mengikuti kemana ia akan melangkah. Rianna tampak bersemu saat aku dan Dinar datang.

"Gimana bro?"

Kak Satria mengernyit pada Dinar. "Maksud lo?"

"Lah, pura-pura bego."

Kak Satria nyengir. "Mana punya gua?"

Dinar dan aku duduk berhadapan. Aku di sebelah Rianna, dan Dinar duduk di sebelah Kak Satria.

"Nggak ada."

"Terus kenapa lu beli dua?" Kak Satria menunjuk es buah di depan Dinar.

"Istri gue cuma beli buat temennya, dia sendiri cuma air putih. Masa gua tega sama istri gua sendiri?"

Ini terdengar sangat memalukan.[]

🤔
I'm late again
Holy shit.

28 Juni 2018

embrasséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang