Eleventh : Rindu Yang Tak Tertahankan

67 7 8
                                    

“Hal yang paling istimewa dari  seseorang itu adalah kebaikan. Kebaikan itu abadi. Walaupun orang itu pergi, tapi kebaikan yang dia tanam selama hidupnya akan selalu dikenang selamanya,” - Tiara Shakila

***
Sore ini Tiara memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama dengan piano kesayangannya. Sepertinya sudah sangat lama ia tak memainkan alat musik ini. Tiara membuka pianonya, lalu mulai memainkannya. Dengan lihai, jari – jarinya menari di atas tuts piano.

Dia membawakan lagu Karena Cinta milik Joy Tobing. Salah satu lagu favorit seorang Tiara Shakila. Bukan hanya Tiara. Tapi juga lagu favorit Bianca Samira. Alunan musik mulai terdengar dan mengisi ruang tamu rumah bergaya kontemporer ini. Tiara mulai membuka mulut untuk bernyanyi.

Hari ini...
Adalah lembaran baru bagiku
Ku disini...
Karna kau yang memilihku
Tak pernah kuragu akan cintamu
Inilah diriku dengan melodi untukmu

Gadis itu selalu memaknai setiap kata - kata dari lagu tersebut. Kalimat demi kalimat yang diucapkan sungguh ia nyanyikan dengan penuh perasaan.

Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta

Tiara menyanyikan bait demi bait lagu ini dengan sangat baik.

Inilah diriku dengan melodi untukmu

Setelah melewati satu reff, gadis itu kembali ke reff berikutnya. Ada perasaan senang sekaligus sedih saat menyanyikan lagu ini. Lagu ini mempunyai kenangan tersendiri bagi Tiara. Suara lembutnya menyatu dengan alunan piano yang ia mainkan.

terima kasih cinta ...

Prok prok prok

Suara tepuk tangan tiba - tiba terdengar dari belakang Tiara.

“Arga?” Tiara tersentak kaget ketika menoleh, dia mendapati Arga sudah berada di rumahnya.

“Nice Tiara. Keren. Amazing. Merinding gue dengernya. Lo nyanyi sama mainin pianonya pake hati banget,” Tanpa diminta laki - laki itu menyampaikan pendapatnya. Sesekali dia juga masih bertepuk tangan untuk penampilan Tiara yang tanpa sengaja dia saksikan.

“Sejak kapan lo di rumah gue?” Tiara berdiri dari posisinya. Bukannya berterima kasih atas pujian yang di berikan Arga, gadis itu justru merasa curiga kepada Arga yang berada di rumahnya.

“Sejak, lo kasih pertunjukan gratis.”

“Ngapain lo ke rumah gue? Kok lo ngga ngomong dulu sih mau ke sini?” Tiara berjalan mendekati Arga sambil memberondong laki - laki itu dengan berbagai pertanyaan.

“Santai kali Ra. Gue juga ngga ada rencana ke rumah lu. Tadi gue di taman. Terus gue keinget lo waktu lewat kedai yang waktu itu.” Arga menyerahkan  kantong plastik yang tadi dibawanya, “ice cream buat lo”

“Lo ke rumah gue cuma mau ngasih ini?” Tiara mengambil kantong plastik yang diberikan Arga. Entah mengapa nada suaranya tiba - tiba berubah menjadi lebih lembut. Tiara menjadi tidak enak hati kepada Arga.

“Udah buruan masukin ke kulkas. Entar cair lagi. Udah dari tadi gue belinya.”
Tiara mengangguk, “Bentar ya” lalu pergi menuju dapur.

Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali sambil membawa nampan berisi minuman dan camilan.

“Makasih ice creamnya Ga” Tiara menaruh nampan itu di meja tamu.

“Ga,” Tiara menghentikan perkataanya sejenak, “tapi lo harus janji sama gue ini pertama dan terakhir lo datang ke rumah gue tanpa ngabarin gue dulu. Lo beruntung hari ini gue ngga ngusir lo.” Nada suara Tiara berubah seperti pertama kali dia melihat laki - laki itu. Sedikit sarkas. Tapi sungguh, sejujurnya Tiara tidak bermaksud bicara seperti itu kepada Arga.

Long WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang