“Papah juga sayang. Ngga terasa ya udah tiga tahun Caca ninggalin kita.” - Renaldi
***
Setelah cukup lama berkutat dengan rumus matematika, akhirnya jam pelajaran pun berganti. Semua murid di kelas XI IPA 3 bersorak penuh kebahagiaan setelah mendengar tanda pelajaran yang amat melelahkan itu usai. Mungkin melelahkan bagi hampir seluruh murid di kelas itu. Tapi, berbeda dengan gadis yang sekarang ini tengah membereskan buku yang berserakan di atas meja.Tiara Shakila. Siapa pun murid SMA Harapan Bangsa pasti tahu gadis pemenang Olimpiade itu. Maka tak heran jika dia betah berlama – lama berkutat dengan berbagai rumus matematika. Bisa memecahkan satu soal yang dianggap paling sulit oleh teman – temannya adalah hal yang paling membahagiakan baginya.
“Ra, mau ke mana?” Tanya Alea ketika mendapati Tiara melangkah menuju ambang pintu kelasnya.
Tiara yang sekarang sudah berada tepat di depan pintu menoleh ke sahabatnya itu, “Toilet. Napa mau nganterin?”
“Ehehehe ... mager,” kata Alea sambil bertopang dagu. Pelajaran tadi benar – benar menguras pikiran gadis berambut ikal itu.
“Yayaya ... serah deh,” Tiara memutar bola matanya malas lantas melangkah pergi.
Tiara segera berjalan menuju toilet sebelum guru jam berikutnya datang. Sebenarnya mustahil Pak Edi akan datang mengajar ke kelas IX IPA 3 jika hanya 1 jam pelajaran. Maklumlah, Pak Edi sudah terbilang guru tertua di SMA Harapan Bangsa. Para siswanya sangat memaklumi jika beliau malas jika harus naik ke lantai 2 dan hanya mengajar 1 jam pelajaran.
Tapi, bukan guru namanya jika tidak hadir tanpa memberikan tugas. Itu pula yang dilakukan Pak Edi. Beliau selalu memberikan tugas saat malas mengajar. Terkadang pepatah murid – murid memang benar. “Tiada Hari Tanpa Tugas”.
Di tengah perjalanan menuju toilet, tiba – tiba terdengar suara _
“Ststststs ... stststst ...” tak ada respon dari gadis itu. Belum tentu juga suara itu tertuju padanya.
“Tiara!” panggil seseorang membuat si empunya nama menoleh ke sumber suara.
“Arga,” desis Tiara sambil melihat ke arah laki – laki yang berada di tengah lapang.
Akhirnya gadis itu memutuskan untuk maju beberapa langkah mendekati laki – laki yang sekarang sedang berdiri di depan tiang bendera.
“Lo ngapain disitu?” tanya Tiara sambil menatap laki – laki itu heran.
“Lagi berjemur. Udah tau lagi hormat bendera.”
“Iya tau. Maksudnya lo ngapain hormat bendera di jam pelajaran gini?”
“Guekan cinta tanah air. Murid teladan kaya lo pasti ngga pernah kan rela panas – panasan di jam pelajaran kaya gini buat hormat ke sang merah putih?” laki – laki itu menjawab dengan semaunya.
“Ck. bilang aja lo lagi dihukum,” tebak Tiara tepat sasaran.
Sebenarnya Tiara sangat amat heran dengan laki – laki berwajah tampan ini. Baru beberapa minggu menjadi murid di SMA Harapan Bangsa, tetapi laki – laki ini kerap kali dihukum oleh guru ter - killer di sekolah ini. Bahkan Tiara yang sudah satu tahun bersekolah disini saja sudah ketakutan setengah mati ketika telat saat jam pelajarannya. Tapi disini, Arga Dirgantara yang berstatus sebagai murid baru, seperti tidak masalah jika harus berurusan dengan guru itu setiap hari.
“Ngapain lagi lo dihukum?” tanya gadis berkulit putih itu lagi.
“Ketawan colut sama Pak Hari,” pasrah, akhirnya laki – laki itu mengatakan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Wait
Teen FictionTiara Shakila adalah gadis remaja yang memiliki paras cantik dan otak cerdas. Namun, percayakah kamu jika selama 16 tahun dia hidup dia tidak pernah merasakan yang namanya berpacaran? Bukannya tidak ada laki - laki yang jatuh cinta kepadanya. Tapi s...