Pertemuan mereka memang tanpa sengaja. Tapi satu yang pasti, Tuhan tidak pernah mempertemukan seseorang tanpa alasan. Hubungan tidak selalu terjalin karena sebuah persamaan. Ada kalanya sebuah hubungan akan berjalan baik jika dimulai dengan sebuah perbedaan.
***
Hari ini tim basket sekolah akan mengadakan semacam gladi bersih. Latihan terakhir untuk pertandingan besok lusa melawan SMA Garuda Sakti. Berhubung hari ini tanggal merah, mereka mengizinkan semua warga sekolah untuk menyaksikan latihan untuk mengisi waktu luang.Tiara, Alea, Kamila, dan Restya sedang bersiap – siap untuk pergi ke sekolah. Sebenarnya mereka tidak terlalu berminat untuk melihat. Toh itu hanya latihan. Tapi, berhubung banyak teman seangkatan mereka yang hadir, mereka berempat memutuskan untuk ikut melihat.
“Ya ampun Mila cepet kek. Lo mandi lama amat. Ntar yang ada kita sampe sana tu dah pada bubar. Lelet banget dah ni bocah satu.” Restya terus mengomel sambil menggedor pintu kamar mandi.
Pintu kamar mandi itu akhirnya terbuka, “Iya iya. Sabar dong.”
"Sabar - sabar. Lo tu abisnya lama banget Mil. Itu belum juga lo dandannya lama. Nyisir rambut lo tu entar ada sejam kali. Lo tu nggak maju – maju ya dari dulu. Pantes tiap hari lo datengnya mepet ya ke sekolah.” Restya terus saja mengomel seperti ibu – ibu yang sedang memarahi anaknya karena terlambat sekolah.
Tiara dan Alea yang sudah siap, duduk di atas ranjang Tiara hanya bisa melihat kedua sahabatnya sambil geleng – geleng kepala.
“Ya ampun kalian tu lucu banget sih. Yang satu kalem banget kayak putri solo. Yang satu lagi cerewet banget. Ngomong nggak ada jedanya kayak rel kereta.” Alea terkekah geli melihat kelakuan mereka berdua.
Tiara mengambil ponselnya yang di charge di nakas, “Udah - udah ah. Kalian tu ya. Ini kamar gue udah kayak kapal pecah tahu nggak? Terus berisik banget lagi kayak posko pengungsian aja.”
"Yang sabar ya Ra. Kangen lo nanti ngga ada kita. Ya nggak?" Restya merangkul bahu Kamila.
***
Setengah jam berlalu, akhirnya mereka berempat pergi ke sekolah dengan mobil sedan merah milik Restya. Jalanan hari ini cukup ramai. Bahkan beberapa kali mobil mereka terjebak macet sampai Restya memekik kesal.Akhirnya, mereka berempat tiba di sekolah. Setelah memarkirkan mobil mereka langsung menuju lapangan yang sudah dipenuhi siswa – siswi yang ingin melihat.
“Wadaw rame amat. Kalau gini mending gue tidur aja di rumah.” Restya angkat suara pertama kali ketika melihat hampir seluruh lapangan sesak oleh lautan manusia.
“Jujur gue bingung deh ini yang dilihat apa? Kan Cuma latihan. Mending lihat pas tanding yakan?” Tiara berjalan beriringan dengan Kamila untuk mencari tempat duduk sambil berdesal – desalan dengan anak lainnya. Sedangkan Alea dan Restya ada di depan mereka berdua.
“Paling lihat cogan Ra. Kan lo tahu anak basket ganteng – ganteng. Kalau kita mah beda lagi. Kita mah kesini karena kuker. Tapi harusnya tadi kalian nurut sih sama gue. Mending ke mall ngadem.”
“Yaelah nge - mall mulu lo Mil. Eh tapi gue tu gemes pengen nyakar tu cewek cewek gatel tau gak? Geli banget deh teriak – teriak gak jelas. Lihat aja tu.” Alea menunjuk seberang lapangan yang brisan depannya dipenuhi siswi – siswi yang sedang berteriak berlebihan menyebut nama anggota tim basket.
Disana juga ada Arabel, Luna, dan Abel. Tentunya Arabel yang paling bersemangat. Melihat kelakuan teman – temanya, Tiara hanya tertawa sambil geleng - geleng kepala.
“Udah duduk sini aja.” Alea duduk di kursi kantin yang masih kosong.
“Ya elah ngga kelihatan dog Al. Gimana sih lo Al. Kalo gini kita mah cuma lihat punggung orang.” Restya langsung mengomel, tapi juga ikut duduk disebelah Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Wait
Teen FictionTiara Shakila adalah gadis remaja yang memiliki paras cantik dan otak cerdas. Namun, percayakah kamu jika selama 16 tahun dia hidup dia tidak pernah merasakan yang namanya berpacaran? Bukannya tidak ada laki - laki yang jatuh cinta kepadanya. Tapi s...