"CANTIK." puji Manda pada dirinya sendiri ketika berkaca pada cermin kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.
Manda tidak sedang membual, hari ini ia memang tampil lebih WAH dari biasanya. Ia bahkan membeli baju baru dan pergi ke salon.
Tahu karna apa? Keluarganya akan makan malam dengan keluarga penting. Manda lebih suka menyebutnya begitu, meskipun orangtuanya menyebut keluarga penting itu sebagai calon keluarga besar mereka.
Oke. Jangan dibahas lagi karna sebenarnya, Manda terpaksa harus menghadari makan malam keluarga ini. Ia terpaksa harus membeli baju baru, pergi ke salon dan terpaksa jadi cantik.
Ponsel Manda berdering keras, menyadarkannya dari lamunan. Ia meraih tas yang terletak di sisinya. Mengeluarkan ponselnya.
'MISHA' nama yang muncul dari layar ponsel. Misha itu sahabat Manda yang paling bawel sedunia.
"Hal..." Baru saja mau menyapa, Manda sudah disemprot panjang lebar sampai ia harus menjauhkan ponselnya dari telinga.
"OMG-OMG-OMG! GAWAT-GAWAT! Please, bawa gue kabur! Sekarang! Gue bisa gila!" cerocos Misha dari seberang sana dengan tempo cepat.
"Elo butuh bantuan gue buat hubungin rumah sakit jiwa dan bilang kalau elo mau kabur ke sana, gitu ya?" jawab Manda ngasal, namun disambut Misha dengan teriakan keras.
"ELO PIKIR GUE GILA? HAH?"
Amara menarik nafas panjang, berusaha tenang. Sekalipun ia tidak habis pikir kenapa orang bawel ini menelponnya dan meneriakinya tanpa alasan yang jelas?
"Gue mau dijodohin sama Bokap Nyokap gue sama cowok yang nggak jelas."
Perlahan nada suara Misha mulai mengiba.
"Besok, gue harus ketemuan sama dia. Dan secepatnya gue dipaksa tunangan sama dia. Coba deh elo pikir, menderitanya gue. Hiksss... Hari gini, masih zaman perjodohan. Mana pake tunangan lagi, bisa-bisa gue beneran terikat sama dia dengan label 'tunangan'. Hiksss..." Terdengar isakan tangis yang lebay.
Amara diam. Ini seperti dejavu. Ia tidak tahu harus menenangkan Misha dengan cara apa.
"Gue harus gimana dong?" tanya Misha meminta solusi setelah selesai bercerita.
"Lo...."
"Manda." panggil Mama memotong ucapannya. Manda menoleh keluar, Mama memberi kode menyuruhnya turun dari mobil. Tamu yang mereka tunggu sudah datang.
Manda mengangguk pada Mama.
"Sha, gue tutup teleponnya ya? Acara keluarga gue udah mulai nih. Daa..."
"Hiksss.... Manda, ja-hat."
Manda tidak mendengar kata Misha yang terakhir itu. Ia buru-buru memasukkan ponselnya ke tas, merapikan penampilannya, lalu turun dari mobil, menghampiri Mama dan Papa yang sudah lebih dulu menyambut tamu mereka.
***
"SALAM Om, Tante, Opa." Manda merapatkan kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum manis, tanpa paksaan sama sekali, sekalipun dipaksakan.
Entah sejak kapan, Manda pintar berakting seperti itu. Matanya beralih menatap ke seorang cowok yang juga melakukan hal yang sama pada kedua orangtuanya.
Saat mata mereka bertemu, ada percikan api yang berkobar, kemudian salju yang hangat turun perlahan.
"Kangen kamu... tunanganku." kata Manda dengan senyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO TUNANGAN
Teen FictionSaling nggak suka, tapi dipaksa tunangan. Ya sudah deh, MANDA dan EZA pun sepakat berpura-pura saling menyayangi di depan keluarga mereka. Tapi di luar itu mah, mereka kayak tikus dan kucing. Nggak pernah akur! --- EZA punya kebiasaan buruk. Ia sela...