BAB 3 - SERANGAN TANPA ABA-ABA

98 8 1
                                    

PUMN!

Sebuah bola melayang dan mendarat tepat di kepala Eza. Membuat cowok itu bersungut kesal pada si pelempar bola yang tidak lain adalah Manda, tunangannya.

Bukannya merasa bersalah, Manda malah tertawa melihat cowok itu terlihat kesakitan sambil mengusap jidatnya yang baru saja mencium bola.

"Elo..." Eza menunjuk cewek itu sambil berjalan mendekat.

"Gue telpon nggak diangkat!" sela Manda kesal. Ia tidak lagi tertawa, tapi menatap cowok itu dengan tatapan tajam. "Kemana aja sih lo?"

Eza mematung, harusnya kan ia yang marah, kenapa cewek itu yang malah memarahinya duluan?

"Gue chat nggak dibalas, di-read doang! Sok ngartis! Gue udah kayak cewek bodoh yang galau pacarnya nggak bisa dihubungin, terus pacarnya juga ketahuan selingkuh. Udah tuh, nekat nyemplung ke laut. Kelar deh hidupnya." cerocos Manda panjang lebar saking kesalnya.

Manda sudah menghubungi Eza berulang kali, tapi cowok itu tidak merespon sama sekali. Padahal, ada hal penting yang harus mereka lakukan berdua. Kalau tidak, ia tidak mungkin akan mencari Eza sampai ke lapangan basket dan menunggu saat yang tepat untuk muncul.

Seperti sekarang ini, saat teman-teman Eza sudah pergi duluan. Karna Manda tidak mau ada yang curiga ia punya hubungan khusus dengan cowok itu. Ia sama sekali tidak berminat mengumumkan tentang pertunangan mereka.

"Oh... jadi ceritanya elo cemburu sama Ratu?" Eza menebak. Mengingat kejadian tidak sengaja papasan tadi pagi. "Hem, gue sih emang ganteng, makanya banyak cewek yang suka." lanjutnya sambil tersenyum bangga.

BUGH!

Eza tertunduk menahan sakit. Manda mendaratkan tinjunya tepat di ulu hati. Seperti biasa, serangan tanpa aba-aba.

"Ikut gue!" Manda membawa Eza ke ujung koridor yang sepi setelah memastikan tidak ada yang melihat mereka.

"Sorry deh, tadi gue sibuk main basket. Jadi, jangan pukul... lagi." Eza tersentak kaget, Manda mengangkat tinjunya lagi. Tapi di luar dugaan cewek itu malah meraih tangannya dan meletakkan di bahunya, seolah merangkul.

"Siap? Senyum!" Layar Ponsel Manda menyala, menampakkan sosok yang tidak asing bagi Eza.

Ceritanya nih, mereka lagi video call sama Kak Kinan, kakaknya Eza.

"Hallo adikku yang ganteng dan calon adik iparku yang cantik. Cieee... mesranya. Pengen dong dirangkul." goda Kak Kinan dengan senyum bahagia melihat keduanya akur seperti itu.

"Hallo Kak Kinan." sapa Manda ramah. "Kapan pulang? Adik kakak yang lucu ini kangen lho." Manda mencubit gemes pipi Eza.

Eza memaksakan senyum sekalipun pipinya sakit karna cewek itu mencubitnya dengan keras.

"Calon adik ipar kakak yang manis ini juga kangen lho." Serangan balik, pipi Manda yang kena cubit.

Video call itu pun berakhir dengan satu kejutan, Kak Kinan pulang minggu depan.

Kak Kinan sudah sebulan ini berada di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga dan melakukan pertemuan dengan orang-orang penting. Hal itu ia lakukan demi kelancaran bisnis keluarganya. Sebelum kelak, Eza yang akan mengambil alih dan menggantikannya.

"Tangan, Pak, tangan!" Manda memberi kode pada Eza karna tangan cowok itu masih menempel di bahunya. Padahal, sandiwara mereka sudah berakhir begitu panggilan berakhir. Jadi otomatis, senyum manis, kemesraan berhenti sampai di situ.

Sontak, Eza menarik tangannya sambil mengelap pada bajunya seperti baru saja menyentuh sesuatu yang kotor.

"Cih! Yang ada gue yang alergi tahu! Disentuh sama tangan elo yang kotor itu." ketus Manda sambil membersihkan bagian bahunya yang tadi disentuh oleh cowok itu.

HELLO TUNANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang