ADA seseorang yang gue tunggu.
Tanggal 1, begitu yang tertera di layar ponsel Manda yang membawa kakinya menuju ke sebuah taman. Di sana ada dua ayunan kosong. Manda duduk di salah satunya.
"Aku akan kembali." kata itu meraung-raung di kepala Manda, menghadirkan perih.
Iya, Manda sedang menunggu, seseorang. Namun, sampai matahari terbenam pun ia masih duduk sendiri, menunggu.
Tangal 1, bulan berikutnya. Gerimis. Manda melangkah ringan di genangan air. Lalu, seolah ingin menikmati hujan yang turun, ia bermain ayunan, sendiri.
Lagi, Manda sedang menunggu, seseorang. Dan lagi, ia hanya menunggu. Sedangkan seseorang yang ia tunggu tidak pernah menampakkan dirinya.
Hujan reda saat Manda sudah menginjak lantai rumahnya. Namun, saat menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas, langkah Manda terhenti, ia menoleh karna menyadari kehadiran seseorang.
Papa sedang menatapnya, dingin. Sedingin tubuhnya yang dibaluti pakaian basah. Bahkan, Manda rasa lebih dingin dari itu.
"Masih belum nyerah juga?" kata itu keluar lagi dari mulut Papa. Entah sudah ke berapa kali. Manda sampai hafal, begitu pun kata selanjutnya. "Sampai kapan?"
Benar, itulah tebakan Manda.
Sampai kapan? Manda juga tidak tahu sampai kapan. Ia hanya ingin menunggu dan terus menunggu. Tidak apa-apa bukan?
Diam, itulah pilihan Manda.
"Cepat mandi dan ganti pakaian. Keluarga Eza akan datang sebentar lagi." kata Papa yang sudah seperti perintah bagi Manda.
Manda mengangguk mengiyakan.
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Papa mengundang keluarga Eza makan malam di rumah mereka.
Dan seperti biasa, Manda masih menjadi gadis yang manis, anggun, santun dan calon menantu yang sempurna di mata keluarga Eza.
Hanya saja, kali ini Manda lebih banyak memilih diam. Bahkan, ia malas untuk sekedar adu mulut sama Eza.
"Galau, Neng?" goda Eza saat ia dan Manda sudah memisahkan diri dari keluarga mereka.
Mereka berdua kini sedang duduk di halaman samping rumah Manda sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang bersinar indah.
Pelan, Manda menjatuhkan kepalanya di bahu Eza.
Lho? Eza kaget dong!
"Bentar aja, gue pinjam bahu elo." suara Manda terdengar mengiba.
Eza pun membiarkannya. Tapi aneh juga sih, membuat dirinya bertanya-tanya. Apalagi wajah Manda kelihatan pucat. Mungkin sakit, begitu di pikirannya.
Karna hal itu, Eza tidak mengajak Manda berdebat lagi. Ia memilih diam seperti diamnya Manda. Mungkin ini pertama kalinya Eza merasa waktu berjalan sangat lambat karna ia terbiasa menghabiskan waktu untuk bertengkar dengan tunangannya itu.
Sampai keluarga Eza pamit pulang, posisi mereka masih seperti itu. Tenyata Manda tertidur, pulas. Ya sudah deh, Eza minta izin gendong Manda sampai ke kamarnya karna tidak enak membangunkan cewek itu yang sudah terlelap dalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO TUNANGAN
Teen FictionSaling nggak suka, tapi dipaksa tunangan. Ya sudah deh, MANDA dan EZA pun sepakat berpura-pura saling menyayangi di depan keluarga mereka. Tapi di luar itu mah, mereka kayak tikus dan kucing. Nggak pernah akur! --- EZA punya kebiasaan buruk. Ia sela...